Satu malam indah bersama Syaikh Yusri

Dalam kitabnya “ Al-Hajj : Fadhail wa ahkam “ Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki menulis :

‎( إن من أعظم ثمرات الحج هو حضور العلماء والائمة الهداة والعارفين بالله لأن هؤلاء بركة ونور الموسم تستجلب بهم الرحمة وتسطمطر بهم الرحمات الإلية وتسجلب بهم البركات وتستنزل بهم الخيرات فلابد للحاج ان يتعرف عليهم ويستنير بنورهم ويطلب منهم الدعاء )

“ termasuk buah dari ibadah haji yang paling agung adalah berkumpulnya para ulama dan para awliya’ Al-Arifin billah dari segala penjuru dunia. Karena mereka adalah cahaya dan barokah musim haji. Sebab mereka hujan rahmat turun, barokah-batokah datang. Maka sudah seharusnya bagi orang yang haji untuk mengenalkan diri kepada mereka, mengambil sepercik cahaya mereka dan meminta doa dari mereka “

Tadi malam, setelah perjuangan panjang alhamdulillah Allah memberi saya kesempatan untuk bertemu Syaikh Yusri Gabr Al-Hasani di Masjidil Haram. Seorang Allamah, Muryid Thoriqoh dan seorang dokter bedah dari Mesir. Sama seperti Syaikh Ali Jum’ah, beliau juga berguru kepada Syaikhul Muhadditsin Syaikh Abdullah Shiddiq Al-Ghumari. Beliau bahkan pernah bercerita bahwa dulu beliau sempat ingin meninggalkan study ilmu kedokterannya saking cintanya beliau kepada ilmu agama. Namun ketika beliau mengutarakan niatnya itu kepada Syaikh Al-Ghumari, gurunya itu justru berkata :

“Dimana saja Allah meletakkan kamu, disitulah kamu bisa beribadah kepada Allah. Lakukanlah dengan baik karena itu ladalah bidang yang dipilihkan Allah untukmu ”

“ mulai saat itu aku ( niatkan ) mempelajari ilmu kedokteran Lillahi ta’ala” kata Syaikh Yusri

Dari awal saya memang “mengincar” beliau untuk saya ambil berkahnya selama saya di Makkah, setelah nanya sana-sini akhirnya saya mendapat nomer beliau dari salah satu Mahasiswq Al-Azhar, ketika di Masjidil Harom, saya iseng menelpon beliau dan Alhamdulillah beliau angkat.

“ setelah Isya, kita bertemu di tempat thowaf yang lurus ke Rukn Yamani “ kata beliau

Meskipun pada akhirnya saya bertemu beliau di depan pintu Malik Fahd no 79. Beliau memberi saya Ijazah Toriqoh Syadziliyah dan juga untuk mengikuti kajian-kajian beliau. lalu saya diajak foto bersama. Ckrekk.

Saya kira pertemuan kami hanya akan sesingkat itu, namun ternyata tidak. Beliau mengajak saya untuk bertamu ke rumah seorang Muhibbin beliau dari Suriah yang bermukim di Makkah. Mulai dari naik taksi sampai pindah ke mobil muhibbin beliau itu, saya sudah merasakan bahwa beliau ini bukan sosok sembarangan. di taksi beliau berdiskusi dengan abang taksi yang ada disebelahnya, menjelaskan tentang sebagian permasalahan haji. salah satu yang tulis di catatan hp saya adalah :

العلم ليس معلومات العلم نور يقذف الله في قلب العبد
لو كان العلم معلومات لكان الجوجل أكبر عالم

“ ilmu itu bukan teori atau maklumat. Ilmu itu adalah cahaya yang Allah letakkan di hati hamba-Nya. Jika ilmu itu adalah maklumat maka Google adalah yang paling alim sedunia “

Ketika pindah ke mobil muhibbinnya itu, di dalam mobil beliau izin untuk sholat sunnah. dan sholat sunnah beliau lumayan lama, saya yang videoin beliau sampai bilang dalam hati : “ beliau ini kapan rukuknya ? “ 😅

Kami ternyata dijamu disalah satu “markas” komunitas para ulama dan Munsyidin dari tanah Syam ( Suriah, Lebanon ). Ada Syaikh Umar Addhoba’, juga disitu. Salah satu munsyid Favorit Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki yang pernah ngajar Nasyid di Dalwa.

Ketika pertama kali sampai di majlis, tuan rumah bercerita bahwa ia punya 2 istri, 1 di Mekkah 1 di Turki.

“ maaf maulana, saya paham jika pendapat anda lebih menyarankan nikah 1 saja “ katanya kepada Syaikh Yusri

“ betul, La tusyawwisy Dzihnak.. jangan buat ribet fikiranmu hanya gara-gara poligami “

Acara berlanjut dengan pembacaan Qosidah-Qosidah Shufiyah. dan tiba saatnya acara inti, mendengarkan untaian ilmu dan hikmah dari bintang tamu kami pada malam itu : Syaikh Yusri Gabr

Seperti yang saya katakan, ceramah Syaikh Yusri itu punya karakter yang hampir mirip dengan ceramah Sayyidil Habib Umar, yang dibicarakan adalah Rasulullah, Rasulullah dan Rasulullah. Allahumma Sholli wa sallim alaih.

Dari ceramahnya saya bisa merasakan betapa tingginya level mahabbah Syaikh Yusri kepada Rasulullah. Ketika menafsiri ayat عبس و تولى beliau mengatakan bahwa yang bermuka masam dalam ayat itu bukan Rasulullah, tapi Walid Bin Mughiroh. tidak mungkin Rasulullah bermuka masam, beliau selalu tersenyum dihadapan para sahabatnya.

“ tapi ratusan kitab Tafsir mengatakan dhomir dalam عبس kembali kepada Rasulullah wahai Maulana ? “ sanggah salah satu Syaikh dari Suriah.

“ meskipun 100 kitab Tafsir mengatakan seperti itu aku tidak akan merubah pendapatku. Ratusan kitab Tafsir yang telah dicetak sekarang hanyalah 5 persen dari kitab-kitab Tafsir yang pernah ditulis para ulama kita. manuskrip yang belum dicetak jauh lebih banyak, belum lagi ribuan kitab yang dimusnahkan oleh kaum Tatar ( Mongolia ). “

Beliau juga menyampaikan

“ Cinta Rasulullah kepada pamannya Abu Tholib, juga kepada kedua orang tua beliau adalah dalil paling kuat untuk menyatakan bahwa mereka adalah ahli surga. Rasulullah hanya mencintai orang-orang yang dicintai Allah, sedangkan orang yang dicintai Allah tidak akan pernah disiksa selama-lamanya “

Waktu sudah menunjukkan jam 00:30 Waktu Saudi, sedangkan Syaikh Yusri tak henti-hentinya menuangkan ilmu-ilmunya untuk kami. Ketika menjadi dokter bedah beliau adalah dokter terbaik yang selalu berusaha menjadi yang terbaik, bahkan beliau bahwa dulu ia selalu berpuasa 2 bulan jika ada pasien yang beliau tangani meninggal. Sebagai hukuman atas dirinya agar termotivasi untuk menjadi dokter yang lebih baik.
Begitu pula ketika beliau menjadi seorang mursyid dan seorang Allamah, malam itu beliau berbicara tentang rahasia-rahasia ilmu agama yang belum pernah saya dengar sebelumnya dari siapapun, bagaimana beliau dengan mudahnya menyitir dalil dari sana-sini. dari Ayat ini, dari Hadits itu. Benar-benar luar biasa.

dan akhirnya ketika acara ditutup dengan doa beliau, tak terasa air mata ini jatuh dengan derasnya. Seingat saya, dari sekian banyak ulama yang berkisah tentang Rasulullah, ada 2 sosok yang seringkali membuat saya menangis, Sayyidil Habib Umar dan Habib Ali Al-Jufri, tapi malam kemarin Syaikh Yusri juga berhasil membuat saya menangis karena rindu sekaligus malu kepada Baginda Nabi Saw.

Benar-benar malam yang indah, mungkin seperti ini malam yang disebut dalam syair-syair para awliya’ sebagai Lailatul Uns, Lailatul Wishol, Lailatusshofa, malam dimana hati kita nyaman dan bersambung kepada Allah, barokah duduk bersama mereka para kekasih-Nya.

Allah Yahfadzukum Maulana, semoga bisa bertemu kembali dalam majlis-masjlis wishol lainnya.

Ismael Amin Kholil, Rabu 13 Juli, 00:01 waktu Makkatul Mukarromah.

Ismail Amin Kholil
Alumnus PP Al Anwar Sarang, Alumnus Darul Mustofa Tarim Yaman dan PP Syaikhona Kholil Bangkalan

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini