Sabar dan Syukur adalah Cara Terbaik dalam Menghadapi Problematika Hidup

Dalam berkehidupan, manusia tidak pernah luput dari sifat salah dan lupa. Di samping itu juga, dalam menjalani kehidupan manusia akan pasti menghadapi yang namanya masalah, baik masalah di kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat.

Masalah hidup yang dihadapi manusia adakalanya merupakan ujian dari Allah SWT atau sebagai pengingat dari Allah untuk kita yang di dunia telah melakukan kesalahan. Masalah-masalah tersebut tidak akan selesai jika kita tidak menghadapinya karena masalah akan datang silih berganti. Jika satu masalah selesai maka kita harus bersiap dengan datangnya masalah yang lain.

Masalah yang datang kepada kita tidak akan mungkin melebihi batas ukuran kemampuan kita dalam menghadapi masalah tersebut. Setiap masalah sudah pasti termasuk ujian dari Allah, dan ujian tersebut tidak akan keluar dari beberapa kemungkinan, yaitu mudah dan mampu dilaksanakan, tidak mampu dilaksanakan, dan mampu melaksanakan tetapi dengan susah payah.

Allah memberikan cobaan atau ujian kepada hambanya tidak akan melebihi batas kemampuan yang dimiliki hambanya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 286 yang berbunyi:

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا….

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya….” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 286).

Dalam ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah SWT menguji hambanya sesuai dengan kadar kemampuan seorang hamba. Seperti contoh ujian Allah kepada orang miskin tidak mungkin sama dengan ujian Allah kepada orang kaya. Allah menguji orang miskin dengan kekurangan harta dan pangan, sedangkan Allah memberikan ujian kepada orang kaya dengan godaan harta yang melimpah.

Maka, jika mengambil kesimpulan dari dua contoh di atas, datangnya masalah bisa menuntut kita untuk menerapkan perilaku sabar dan syukur. Bersabar akan datang kepada orang miskin yang diberi cobaan ekonomi dan bersyukur akan datang kepada orang kaya yang berlimpahan harta.

Baca Juga:  Bersabar dalam Ketidaknyamanan

Manusia yang menghadapi masalah dengan sabar dalam kehidupannya akan tenang dan akan selalu bersyukur atas apa-apa yang diberikan oleh Allah baik berupa kenikmatan maupun cobaan. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah akan selalu bersama dengan orang-orang yang bersabar.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 153.

Sabar adalah suatu perilaku yang wajar jika dilakukan saat menghadapi cobaan hidup, akan tetapi syukur merupakan suatu hal yang unik dan langka jika dilakukan dan diterapkan pada saat menghadapi masalah. Sedikit sekali orang yang bisa menerapkan perilaku syukur ketika menghadapi suatu cobaan, dan tentunya tingkatan syukur yang satu ini berada di atas tingkatan sabar.

Seperti dalam kitab al-Faidh al-Rahmany fi al-Manaqib al-Syaikh Abd al-Qadir al-Jilany karya Abd Karim al-Barzanjy, di dalam kitab tersebut Syekh Abdul Qadir al-Jilany berkata:

الْفَقِيْرُ الصَّابرُ أفْضَلُ مِنَ الْغَنِيِّ الشَّاكِرِ * وَالْفَقِيْرُ الشَّاكِرُ أفْضَلُ مِنْهُمَا * وَالْفَقِيْرُ الصَّابرُ الشَّاكِرُ أفْضَلُ مِنَ الْكُلِّ *

“Seorang fakir yang mau sabar lebih utama dari orang kaya yang bersyukur, dan orang fakir yang bersyukur lebih utama dari keduanya dan orang fakir yang mau bersabar dan bersyukur lebih utama dari semuanya”

Terlihat pada kutipan pendapat Syekh Abd al-Qadir di atas bahwa sabar dan syukur adalah dua perilaku yang mempunyai hubungan. Perilaku sabar akan hadir pada orang fakir yang diberi cobaan dan perilaku syukur akan hadir pada orang kaya dan juga tidak menutup kemungkinan dua perilaku (sabar dan syukur) akan hadir pada siapa saja.

Seorang yang fakir yang bersabar dan orang kaya yang bersyukur adalah suatu hal yang wajar, tetapi jika seorang yang fakir lalu kemudian ia bersyukur maka hal itu lebih utama dari keduanya apalagi seorang yang fakir yang berperilaku sabar dan syukur, maka keutamaannya melebihi segalanya.

Baca Juga:  KH M Ulil Albab Arwani: Selalu Syukuri Nikmat Allah

فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 152

Pada ayat tersebut bisa diambil pelajaran bahwa kita dituntut untuk selalu mensyukuri nikmat Allah SWT, hal itu bukan berarti masalah atau cobaan yang datang dari Allah bukan merupakan nikmat. Ketika seseorang itu melihat orang lain yang lebih rendah darinya niscaya ia akan sadar bahwa nikmat yang telah Allah berikan kepadanya lebih dari orang selainnya.

Dengan demikian, sikap sabar dan syukur akan terjadi jika datang suatu ujian atau cobaan dari Allah kepada kita. Tinggal manusianya saja yang menghadapi ujian, mau sabar dan mensyukuri atau malah menghindar dari ujian tersebut. Jadi, semua masalah yang telah kita alami, lewati, dan hadapi adalah merupakan ujian dari Allah untuk kita seorang hamba yang tugasnya hanya mematuhi perintah tuhannya.

Lulus atau tidaknya ujian tergantung kita, jika kita melewati ujian dengan tenang, sabar, syukur, tawakal, dan tentunya tetap di jalan Allah. Maka, nilai ujian yang kita dapat akan baik. Nilai ujian di sini adalah derajat kita sebagai manusia di mata Allah SWT juga di mata hambanya.

Sekelas nabi Muhammad SAW yang merupakan seorang nabi dan rasul saja masih mendapat ujian, apalagi kita yang bukan seorang wali atau nabi. Jadi, marilah kita hadapi masalah yang sejatinya adalah ujian yang datangnya dari Allah dengan kesabaran dan penuh rasa syukur walau masalah itu datang silih berganti. Wallahu A’lam.

Abd Hamid Majid

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Hikmah