Di awal tulisan ini, akan dimulai dengan kalimat tanya. Apa yang Anda ketahui tentang waktu? Jika Anda menjawab waktu adalah tahun, bulan, hari, siang, malam, jam, menit dan detik. Maka sejatinya waktu bukanlah itu. Waktu juga bukanlah kalender, sebab kalender adalah buatan manusia yang berawal dari peristiwa tertentu. Sejatinya, waktu di luar batas kemampuan manusia, dengan kata lain waktu adalah ciptaan Tuhan.

Beberapa filsuf bahkan kebingungan untuk menanggapi apa itu waktu, seperti pernyataan Augustinus terkait waktu. Dia berkata, “Jadi, apa waktu itu? Jika tak seorang pun mengajukan pertanyaan itu, aku tahu. Namun jika seorang menanyakan itu dan aku disuruh menjelaskan, aku tidak tahu lagi.”

Dari kebingungan tersebut, menurut kamus KBBI waktu ialah suatu rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Lebih mudahnya waktu adalah saat ini, yang sedang berlangsung. Dalam kaidah gramatika bahasa arab disebut “zaman hal”. Adapun masa lalu adalah “saat ini” yang semenit lalu, satu jam lalu, atau yang dulu dilakukan dan begitu seterusnya. Sedangkan masa depan kita sama sekali tidak mengetahui bagaimana dan seperti apa akan dilalui. Oleh karena itu waktu saat ini atau yang sedang berlangsung sangatlah berharga, bernilai, dan sangat terbatas.

Imam syafi’i pernah berkata, “Waktu bagaikan pedang, jika kau tak menggunakannya untuk memotong, maka kau akan terpotong olehnya. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dengan melakukan perkara yang haq (kebenaran), pasti dia tersibukkan dengan perkara yang batil.”

Waktu saat ini, kita telah berpindah dari tahun 1440 Hijiriah menuju 1441 hijriah. Artinya telah banyak waktu yang dilewati selama setahun. Pertanyaannya, apakah disibukkan dengan yang hak atau yang bathil? Dan dengan waktu yang akan datang, apakah akan lebih disibukkan dengan yang haq atau yang batil?

Baca Juga:  Nilai-Nilai Pancasila yang Luhur Tumbuh Subur dalam Bingkai Kebhinekaan Generasi Santri Masa Kini

Jawabannya, ada pada cara kita menyikapi waktu. Dalam surat Al-Ashr. Allah bersumpah “Demi Masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, nasehat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasihati supaya menetapi kesabaran”.

Ada tiga term dalam sumpah Allah yang menghindarkan manusia dalam keadaan merugi di dunia dan akhirat. Yang pertama, orang yang beriman yakni menjadi hamba yang taat. Iman yang di dalamnya terdapat 3 hal yakni perkataan, amalan dan keyakinan. Keyakinan inilah ilmu. Karena ilmu berasal dari hati dan akal. Bahasa mudahnya orang yang berilmu jelas selamat dari kerugian. Maka, dengan setiap saat mencari ilmu dan hikmah dari segala peristiwa yang dialami adalah keniscayaan bagi orang yang tak ingin rugi baik dunia atau akhirat.

Yang kedua, melakukan amal saleh. Artinya seseorang hanya memilih untuk menggunakan waktunya untuk hal baik dan bermanfaat. Sekecil, sesimpel, dan sesederhana apa pun, jika itu baik maka akan menjadi tujuan untuk menghabiskan waktu yang diberikan Allah padanya.

Yang ketiga, nasehat menasihati dalam kebenaran dan sabar. Dengan kata lain, saling memotivasi, menasihati, dan mendorong untuk menyebarkan kebenaran. Semisal, menghindari berita hoaks, peduli pada lingkungan, dan menyanjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan sabar, yang dimaksud ialah sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menerima takdir Allah yang terasa menyenangkan atau menyakitkan.

Praktiknya memang sulit, tak semudah ketika diucapkan atau ditulis. Tapi apakah akan terus merugi setiap saat? Dengan tahun baru hijriah ini, sikapi waktu dengan semestinya, saat ini juga, awali saja dengan melakukan hal-hal baik setiap saat secara Istiqomah. Mencari ilmu dan hikmah sepanjang waktu sambil menerima Takdir menyenangkan atau menyedihkan yang Allah berikan. Dilengkapi dengan memohon, semoga waktu yang tersisa sebelum ajal diarahkan oleh Allah menjadi waktu yang penuh manfaat kebaikan dan pekerjaan yang menguntungkan di dunia dan akhirat. Wallahua’lam bis showab.

Arif Chasbullah
S1 Ilmu Al Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya, Santri Ponpes Miftahul Ulum Banyuputih Kidul, Jatiroto, Lumajang.

Rekomendasi

4 Comments

  1. […] kita ingin mengetahui urutan nama bulan kalender Hijriyah atau kalender Islam, maka urutannya dapat diikuti sebagai berikut, yaitu (1) Muharram, (2) Safar, […]

  2. […] kita ingin mengetahui urutan nama bulan kalender Hijriyah atau kalender Islam, maka urutannya dapat diikuti sebagai berikut, yaitu (1) Muharram, (2) Safar, […]

  3. […] hijrah adalah nama yang dipilih untuk nama tahun dalam kalender Islam. Apakah salah bila peringatan tahun Hijriah dikaitkan dengan hijrahnya Nabi? Loh, siapa yang menyalahkan!!, tidak salah lo. Karena dalam […]

  4. […] Muhasabah Akhir dan Awal Tahun (Khutbah Masjid Sabillah Malang). Munajad Akhir Tahun (Masjid Ramadhan Araya […]

Tinggalkan Komentar

More in Hikmah