Rebo Wekasan

(Karena menyambut rebo wekasan, saya putuskan untuk mengunggah kembali tulisan beberapa tahun yang lalu. Sebagai panduan melakukan, sekaligus pengingat akan waktu amalan.)

Sebelum saya menulis tentang ini, mohon lapangkan fikiran anda dan bukalah hati untuk memahami bahwa ilmu sangat luas dan banyak. Tolong jangan tanyakan hukum atau menghukumi disini, karena saya hanya mencoba meniru laku para guru.

Terus terang, hari ini saya bingung mau menulis yang mana. Karena ada tiga sahabat baik yang meminta menulis tentang tiga hal yang sangat menarik(beginilah repotnya saya, bila tidak ada tema, mumet nyari. Bila ada banyak tema, tambah mumet pilih yang mana). 🙂

Yang pertama, beliau ingin saya menulis tentang 13 pesan filosofis socrates. Saya sudah mengaku belum pernah mendalami tentang filsafat dan terutama tentang socrates. Karena memang dari dulu saya hanya bisa membaca yang ‘ringan-ringan’ saja. Namun beliau tetap keukuh saya bisa dan mampu menulis tentang itu. Saya jawab insyaallah(lek uteke nyandak. Hehehe)

Lalu sahabat yang kedua meminta saya menulis tentang sejarah asma’ arto di Kwagean, saya telah menyanggupi dengan segala keterbatasannya.

Namun, sebelum saya mulai menulis tentang asma’ arto (yang biasanya saya mulai mencari bahannya di hari senin), ternyata ada satu sahabat lain yang meminta saya menulis tentang rebo-wekasan (rabu penutup).

Menimbang waktu rebo wekasan yang sudah mepet, maka saya meluluskan permintaan menulis tentang rebo wekasan. Karena asma’ arto masih ada waktu minggu depan (insyaallah).

Mari kembali ke hatimu, eh ke masalah inti. Yaitu rebo-wekasan.

Rebo wekasan atau rabu-pamungkas adalah hari rabo terakhir di bulan shofar sebagaimana diterangkan dalam kitab adalah waktu dimana Allah menurunkan bala’. Dan menyikapi fenomena ini, ulama’ salaf melakukan ritual khusus yang berupa sholat sunah rebo wekasan.

Baca Juga:  Salah Kaprah Amaliah di Masyarakat

Maka bisa disimpulkan sholat rebo-wekasan adalah sholat sunah yang dilakukan pada hari rabu terakhir dibulan shofar yang tahun ini kebetulan jatuh pada rabu esok hari(21 september 2022).

Kenapa ada sholat rebo wekasan?

Rebo Wekasan

Menurut syekh al kamil fariduddin dalam kitab jawahirul khumus menerangkan: “Disetiap tahun Allah menurunkan 320.000 bala’ yang kesemuanya dijatuhkan pada hari rabu terakhir dibulan shofar, maka hari tersebut menjadi hari tergenting disepanjang tahun. Barang siapa melakukan sholat empat rokaat (sholat rebo wekasan) insyaallah diselamatkan dari semua bala’ itu hingga akhir tahun”.

Bapak bercerita bahwa amalan ini hukumnya adalah sunah, dan dulu diajar-amalkan kepada bapak oleh gurunya yaitu romo yai ahmadi (Allahuyarham). Dalam amalan-amalan yang tidak populer seperti ini, bapak seringkali mengingatkan kepada kami bahwa amalan ini lebih kepada fadhoilul a’mal. Dan pada dasarnya adalah sholat sunah.

Maka sekali lagi, tolong jangan menanyakan hukum pada saya. Kalau menurut anda sholat sunah boleh, maka sudah. Jangan ada bahtsul masail diantara kita. Hahaha

Adapun tatacara sholat rebo wekasan seperti yang diterangkan dalam kitab ta’limul mubtadi’ juz awal adalah sebagai berikut:

Sholat dilaksanakan pada hari rabu yang terakhir di bulan shofar. Dilakukan 4 rokaat dengan 2 salam. Adapun niatnya adalah:

اُصَلِّي سُنَّةً لِدَفْعِ الْبَلاَ يَا رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالٰى

Disetiap rokaat membaca:
1. Surat al-fatihah sekali
2. Surat al-kautsar 17 kali
3. Surat al-ikhlas 5 kali
4. Surat al-falaq sekali
5. Surat an-nas sekali

Setelah salam yang kedua (rokaat keempat) membaca doa:

‎بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوٰى يَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ شَرِّ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُتَكَرِّمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ وَاُمِّهِ وَبَنِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يُنْزَلُ فِيْهِ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ فَسَيَكْفِيَهُمُ الله ُوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَاللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى الله ُعَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم

Baca Juga:  Doa Selamat Bala

Sebelum melaksanakan sholat rebo wekasan, pada hari selasanya (hari ini) ada tradisi menyembelih kambing di Kwagean. Daging kambing inilah yang biasa disebut sebagai daging jamu oleh bapak.

Saya yang tidak doyan daging kambing pun selalu memaksakan diri (dulu dipaksa ibuk Allahuyarham) untuk makan daging meskipun cuman segigitan.

Diterangkan dalam kitab sullamul futuhat juz 3 bahwa siapa yang memakan daging kambing atau sapi yang disembelih dan dimaksudkan sebagai jamu penolak bala’, penyakit tho’un, dan wabah penyakit. Maka akan diselamatkan dari tiga hal tersebut.

Untuk tatacara penyembelihan serta doa-doa yang dibaca ada dalam kitab sullamul futuhat juz 3 (terlalu panjang bila ditulis disini alias wes kemeng ngetik iki). Hehehe

Yang ingin melaksanakan monggo, yang tidak juga monggo. Asal yang melaksanakan tidak merasa lebih benar, dan yang tidak melaksanakan juga tidak menyalah-nyalahkan.

Saya disini ingin berbagi ilmu bukan mengadu ilmu. []

#salamKWAGEAN

Muhammad Muslim Hanan
Santri Alumnus PIM Kajen dan PP Kwagean Kediri

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini