Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.” (QS Al Baqarah, 183-184)

Ketakwaan merupakan sesuatu yang berarti dalam kehidupan manusia. Tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja, melainkan juga untuk kehidupan di akhirat. Keberadaan dan tingkat ketakwaan sangat menentukan martabat seseorang. Martabat di hadapan manusia dan di hadapan Allah swt. Ketakwaan selalu menjadi issue penting dalam rangkaian agenda Ramadan.

Pengertian secara etimologis, bahwa kata “takwa” berasal dari bahasa arab. Kata takwa memiliki kata dasar Waqa-Yaqi-Wiqaayatan yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatikan, dan menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “takwa” berarti menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah swt dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Para penerjemah Al-Qur’an mengartikan “takwa” sebagai kepatuhan, kesalehan, kelurusan, perilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan. Begitu pentingnya takwa dalam kehidupan kita, sehingga kata takwa dalam Al Qur-an disebut sebanyak 238 kali dengan berbagai bentuk akar kata.

Takwa di mata Allah swt adalah sesuatu yang sangat penting, berharga, dan mulia, dibandingkan dengan harta, pangkat, jabatan, derajat pendidikan, suku, bangsa dan sebagainya. Hal ini didasarkan pada firman-Nya dalam QS Al-Hujurat : 13, yang artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Betapa tingginya kedudukan takwa di hadapan Allah swt.

Dengan sifat rahman dan rahim-Nya, Allah swt mengingatkan kita kaum mukminin untuk menjaga taqwa dalam setiap harinya melalui salat malam, di samping salat fardlu. Allah swt berfirman dalam QS Adz Dzaariyat : 17-18 yang artinya, ”Mereka (orang bertakwa) sedikit sekali tidur di waktu malam hari dan di akhir-akhir malam, mereka memohon ampunan kepada Allah swt. Dengan salat malam, para mukminin menjadi meningkat takwanya”. Selanjutnya dalam setiap minggunya, para mukminin diingatkan lewat khutbah Jumat oleh para khatib untuk terus meningkatkan ketakwaannya. Bahkan nasihat taqwa menentukan sah tidaknya salat Jumat. Sedangkan pada setiap tahunnya dipilih satu bulan untuk berpuasa, agar bertakwa.(QS Al Baqarah:183-184). Pada ujung ayat dan awal ayat berikutnya tertulis, “La’allakum tattaqquuna – Ayyaamam ma’duudah”, yang artinya, “bahwa puasa yang diwajibkan itu selama waktu tertentu (sebulan), agar kamu semua “BERTAKWA”. Puasa Ramadan harus penuh jumlah harinya, tidak boleh kosong seharipun, kecuali ada uzur. Di sini BERTAKWA, menggunakan fi-‘il mudhori’ (ing-form). Artinya bahwa sehabis menunaikan ibadah puasa tidak langsung mendapat hadiah menjadi takwa, tetapi ketakwaan itu harus dijaga terus menerus, sehingga mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:  Keluarga Allah di Dunia

Untuk bisa membina ketakwaan seseorang, perlu diketahui ciri-ciri orang bertakwa. Adapun ciri-ciri orang bertakwa dapat dikemukakan sebagai berikut: “(Yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosanya itu, sedang mereka mengetahui. Ini semua adalah beberapa ciri ketakwaan. Masih ada beberapa ciri yang juga penting diketahui.

Walaupun kita diingatkan oleh Allah swt untuk menjaga dan meningkatkan kualitas takwa kita, tapi kita tanpa mengenal tempat dan waktu, kita seharusnya terus memanaj dan memperbaiki perilaku takwa. Rasulullah saw bersabda: “Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada; iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi).

Mengapa kita perlu terus mengupayakan dan memanaj takwa dengan baik? Rasulullah saw, ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi). Kita harus benar-benar mampu menjaga mulut dari perkataan yang menyesatkan dan menjaga kemaluan dari perbuatan yang terlarang, sehingga hidup kita selamat di dunia dan akhirat.

Di samping takwa bisa mendekatkan kepada Allah swt, ada beberapa hal yang menjadi keutamaan-keutamaan takwa, di antaranya sebagai berikut: (1) Surga diwariskan bagi orang-orang yang bertakwa (QS Maryam:63), (2) Takwa sebagai sebab seorang hamba dicintai oleh Allah (QS Ali ‘Imrân:76), (3) Dibukakannya keberkahan dari langit dan bumi bagi orang yang bertakwa (QS Al-A’râf:96), (4) Allah Ta’ala bersama orang-orang yang bertakwa (QS An- Nahl:128), (5) Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah berikan baginya jalan keluar, (QS Ath Thalaq:2), (6) Dimudahkannya urusan di dunia dan akhirat serta dimudahkan rizkinya bagi orang yang bertakwa (QS Ath-Thalâq, 65:4, (7) Takwa adalah sebaik-baik bekal seorang hamba di dunia dan di akhirat (QS Al-Baqarah:197), dan (8) Kesudahan yang baik di dunia dan akhirat adalah bagi orang-orang yang bertakwa (QS Al-A’râf:128). Keutamaan-keutamaan ini harus bisa dirasakan sebanyak mungkin, sehingga bisa menjadi motivasi untuk meningkatkan kualitas takwa kita.

Baca Juga:  "Ngaji Pasaran" Online, Menembus Batas-batas Tradisional

Dalam memenuhi panggilan Allah swt, baik dalam konteks menunaikan ibadah haji, umrah atau yang lainnya, kita umat beriman tidak ada bekal yang terbaik kecuali takwa. Allah swt tegaskan dalam QS Al Baqarah:197, yang artinya “Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa“. Betapa pentingnya takwa dalam kehidupan kita. Karena itu pendidikan yang kita bangun melalui jalur pendidikan apapun, wajib diarahkan untuk membangun dan mengembangkan ketakwaan. Dengan fokus, bertakwalah kepada Allah dengan sesungguhnya, dan tidak alan mengakhiri hidup ini kecuali tetap dalam keadaan Islam.

Demikianlah sedikit catatan yang bisa menjadi rujukan untuk memahami dan merenung tentang Ramadan dan Ketakwaan. Kita jadikan momentum Ramadan kali ini untuk me-refresh dan meneguhkan pengetahuan, iman dan amaliah kita, sehingga setelah kita melewati bulan Ramadan ini, terjadi proses perbaikan dan peningkatan ketakwaan yang selalu menjadi obsesi kita. Semuanya itu tergantung kita sendiri, bagaimana kita menjalani puasa Ramadan kali ini, di era Covid-19, yang sarat tantangan. Semua umat manusia, terutama umat Islam di dunia dan Indonesia khususnya dihantui problem kesehatan dan kemanusiaan. Allah swt tidak pernah memberi beban yang melebihi kemampuan kita. Karena itu kita perlu bekerja keras untuk bisa mencari hikmah, sehingga Ramadan kali ini benar-benar bisa meningkatkan ketakwaan kita. Aamiin. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah