Dua bulan lamanya pandemi virus korona belum juga mereda.  Pemerintah bebarapa kali membuat kebijakan untuk masyarakat untuk tetap di rumah saja. Disamping itu pihak medis terus berjuang menyelematkan pasiennya yang hingga kini terus melonjak. Jajaran keamanan hampir setiap harinya berjaga agar masyarakat tetap patuh aturan. Begitupun pihak lain yang juga berjuang melawan musibah pandemi wabah korona ini.

Doa dan harapan pada Allah SWT memang menjadi senjata menghadapi berbagai masalah, termasuk pandemi virus korona. Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, doa dinilai amat penting untuk menangkal bala dan cobaan serta mencegah dan menghilangkan musibah.

Dalam kitab yang sama, diriwayatkan pula hadis dari Ibnu Umar. Rasulullah bersabda: Doa itu bermanfaat bagi musibah yang telah turun dan yang belum turun. Karena itu, wahai hamba Allah, kalian harus berdoa.

Mengenal Lebih Dekat Qunut Nazilah

Menurut, Wizarah al-Auqaf wa as-Syu’un al-Islamiyyah, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah, dalam Dar as-Shafwah, 1416 H/1995 M, Qunut secara bahasa mempunyai makna ketaatan, berdiri lama, diam, dan berdoa. Makna yang terakhir inilah yang paling masyhur, sebagaimana dijelaskan oleh az-Zujaj. Manakala Imam an-Nawawi menghikayatkan bahwa makna qunut adalah berdoa.

Sedangkan, dijelaskan dalam al-Maktabah al-‘Ilmiyyah: tth, II/601; Ahmad bin Muhammad bin Ali al-Muqri al-Fayumi, al-Misbah al-Munir fi Gharib as-Syarh al-Kabir, nazilah bermakna musibah besar yang menimpa manusia. Seperti diserang musuh, wabah penyakit yang berjangkit yang meliputi suatu kawasan geografi yang luas pelbagai negara, bahaya besar yang menimpa kaum dan sewaktu dengannya.

Artinya, qunut nazilah adalah doa yang diucaapkan ketika berdiri dalam solat di tempat yang tertentu (ketika iktidal) karena musibah yang menimpa kaum muslimin atau sebagiannya.

Baca Juga:  Iktikaf, di Rumah Saja!

Menurut mazhab Syafi’i tidak ada redaksi doa qunut nazilah tertentu, ia dapat dilakukan dengan berbagai macam doa yang sesuai dengan konteksnya. Namun sunnahnya adalah dengan membaca doa qunut subuh yang sangat masyhur, misalnya:

للّٰهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِنَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضٰى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ

مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَاقَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Artinya :

“Ya Allah, tetapkanlah diriku dalam hidayah bersama orang-orang yang Engkau beri hidayah, berilah diriku afiyat (terhindar dari keburukan) bersama orang-orang yang Engkau beri afiyat, jagalah diriku bersama orang-orang yang Engkau jaga, berkahilah bagiku pada anugerah yang telah Engkau berikan, jagalah diriku dari keburukan yang telah Engkau tentukan. Sungguh Engkau yang memberi keputusan dan tidak ada yang dapat merusak keputusanmu. Sungguh tidak akan hina orang yang Engkau bela. Maha banyak kebaikan-Mu dan maha luhur Engkau dari segala keserupaan.” (An-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, V/176).

Dengan demikian, redaksi doa qunut nazilah yang paling praktikal adalah redaksi doa qunut subuh yang sudah biasa dibaca setiap hari.

Kilas Sejarah dan Urgensi

Begitu pentingnya doa hingga dalam Kitab Al Hakim, diriwayatkan sebuah hadis dari Aisyah RA, di mana Rasulullah bersabda:

“Kewaspadaanmu tidak ada gunanya dalam menghadapi takdir. Doa lah yang berguna untuk mengantisipasi musibah yang turun maupun yang belum turun. Sesungguhnya musibah ketika turun dihadapi oleh doa dan keduanya bertarung hingga hari kiamat”.

Dalam catatan sejarah umat Islam, qunut nazilah pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw selepas tragedi Bir Ma’unah pada bulan Safar ke-4 Hijriyah (Mei 625 H) di mana 70 sahabat—yang terlepas hanya seorang yaitu Amr bin Umayyah, dalam riwayat lain Muhammad bin Uqab—yang diutus oleh Nabi Saw untuk berdakwah ke wilayah Najd di serang di Bir Ma’unah.

Baca Juga:  Jumlah Santri Putri Meningkat, Peran Ibu Nyai Semakin Penting

Kemudian di tengah kedukaan peristiwa ini Nabi Muhammad Saw berdoa agar Allah memberikan balasan kepada para pelakunya—di antaranya Amir bin Thufail. Di waktu berikutnya, ketika Amir bin Thufail menuju Madinah untuk membunuh Nabi Saw, ia singgah di rumah seorang perempuan yang terkena penyakit berjangkit. Lalu Amir pun terjangkit dan meninggal di tengah padang pasir. (A Muchlishon Rochmat, Tragedi ar-raji dan Bir Ma’unah, Awal Mula Nabi Muhammad Amalkan ‘Qunut Petaka’, NU Online; dan Isma’il bin Katsir ad-Dimasyqi, al-Bidayah wa an-Nihayah, [Bairut, ]Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi, 1408 H/1988 M], cetakan pertama, tahqiq: Ali Syairi, IV/83-85).

Dari situlah yang kemudian disebut dengan doa qunut nazilah dan terus diamalkan kaum muslimin hingga kini, terutama ketika sedang menghadapi bahaya atau malapetaka.

Menurut mazhab Syafi’i hukum qunut nazilah adalah sunnah ketika terjadi malapetaka atau bahaya yang menimpa kaum muslimin atau sebagiannya. Manakala waktu pelaksanaannya adalah ketika berdiri bangun dari rukuk (iktidal) dalam kelima solat fardu. Dalilnya adalah hadis sahih yang sangat masyhur:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ شَهْرًا لِقَتْلِ القُرَّاءُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ. (متفق عليه)

“Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca doa qunut (nazilah) selama sebulan kerana (tragedi) terbunuhnya para Qurra’ (ahli al-Qur’an) radhiyallahu ‘anhum.” (Muttafaq ‘Alaih)

Qunut nazilah merupakan amalan yang sah dalam fikih Islam ketika menghadapi pelbagai bencana yang menimpa. Dalam konteks sekarang qunut nazilah sunnah dilakukan sebab merebaknya virus korona atau covid-19 sudah menjangkit di berbagai wilayah termasuk Indonesia.  Selain usaha, membangun benteng perlawanan dan menghentikan virus  juga harus dibarengi dengan doa. Dengan berdoa kita menjadi lebih dekat dengan Allah SWT Sang Maha Pencipta. [HW]

Baca Juga:  Menghafal Versus Menalar (2)

Finalis 10 Besar Sayembara Menulis Santri 2020 (Ramadan, Santri, dan Covid-19).

Umi Zakiatun Nafis
Santri PP Al Muchith Cendono Dawe Kudus dan Mahasiswa IAIN Kudus

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini