Qodim dan khawadits

Tuhan memiliki sifat qidam, yang bermakna bahwa Tuhan merupakan eksistensi pertama yang bahkan keberadaannya tidak didahului oleh ketiadaan. Sebagai eksistensi pertama, Tuhan menciptakan segala sesuatu, dan segala sesuatu selain Tuhan dianggap sebagai sesuatu yang baru atau khawadits.

Secara sederhana Al Qur’an menjelaskannya pada ayat 21-22 surat Al-Baqarah. Rabbukum/ Tuhan kalian lah yang menciptakan semua manusia di masa sekarang dan masa lampau, juga yang menciptakan langit, juga yang menciptakan bumi, dan yang menurunkan air dari langit guna menumbuhkan buah-buahan sebagai cara Tuhan memberi rejeki kepada kita.

Kyai Bisri Mustofa, menafsiri kata “Rabbukum” atau “Tuhan kalian” dalam ayat di atas sebagai Allah. Dan ayat ini adalah pengingat dari Allah untuk bertauhid, menyawijikan Allah. Tauhid itulah yang lalu menjadi syarat agar seseorang bisa bertaqwa.

Dengan demikian, Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu. Jika ada individu yang mengaku sebagai Tuhan di masa saat ini, maka seharusnya orang merasa janggal. Sebab, Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu dari awal, bahkan Tuhan juga yang menciptakan individu yang mengaku sebagai Tuhan tadi.

Gus Baha juga pernah menjelaskan bahwa di waktu Nabi Musa dan Fir’aun berdebat, ada satu argumentasi nabi Musa yang menyebabkan banyak pengikut Fir’aun jadi iman kepada Allah. Yakni ketika Nabi Musa berkata “qala rabbukum wa rabbu abaikumul auwalin” (as-syu’ara : 26).

Pengikut Fir’aun seketika sadar bahwa kalau seandainya Fir’aun adalah Tuhan beneran, lalu siapa yang menjadi Tuhan ketika Fir’aun belum dilahirkan, siapa yang menjadi Tuhan ketika mbah-mbahnya Fir’aun dulu kala sudah ada, sedangkan Fir’aun belum ada.

Bagitu juga, ketika ada materi atau benda yang dianggap sebagai sang Pencipta. Padahal Allah lah yang menciptakan bumi, langit dan semua isinya. Maka ciptaan tidak seharusnya dianggap sebagai sang Pencipta.

Baca Juga:  Pemikiran Ibnu Rusyd Terkait Pengetahuan Menuju Tuhan

Materi atau benda bisa saja jadi komposisi atau bahan untuk menciptakan sesuatu. Namun, materi atau benda tidak akan pernah bisa jadi pelaku penciptaan.

Dalam ilmu Tauhid, Pencinta adalah keberadaan yang pertama, yang menciptakan segala hal-hal yang baru. Bukan hanya menciptakan tapi juga merawat semua ciptaannya, dengan memberinya rejeki. []

Muhamad Isbah Habibii
Santri Alumni PP Bahrul Ulum Tambakberas Jombang dan Santri Alumni PP Sabilurrasyad Gasek Malang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini