PSGA UNISNU Dapatkan Support System dari Global Affair Canada (GAC) dan Komnas Perempuan dalam Implementasi Perguruan Tinggi Responsif Gender

Pesantren.id – Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Unisnu Jepara turut andil dalam workshop finalisasi dan konsolidasi Draft Naskah Operasionalisasi Indikator Perguruan Tinggi Responsif Gender. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Rumah Kitab, We Lead (Women’s Voice and Leadership), Hivos Shoutheast Asia, JASS (Just Associates) dengan support dan dukungan penuh dari Global Affair Canada (GAC) yang pada kesempatan ini dihadiri secara langsung oleh Bapak Nevin dari Kanada dan juga Ibu Lies Markoes (Direktur Rumah Kitab)

Workshop ini merupakan keberlanjutan dari forum Solo, Semarang dan Lampung yang dilaksanakan selama 3 hari mulai Senin-Rabu (6-8/6-2022) bertempat di Orio Hotel Jakarta Pusat. Peserta workshop finalisasi dokumen PTRG adalah 8 Tim PSGA dari berbagai Perguruan Tinggi yaitu UIN Raden Mas Said Surakarta, UIN Walisongo Semarang, IAIN Metro Lampung, IAIN Pekalongan, IAIN Ponorogo, UIN Riau, IAIN Samarinda dan UNISNU Jepara. Selain itu, workshop finalisasi ini dihadiri pula oleh para pemangku kebijakan seperti Bapak Suwendi (Kemenag), Ibu Leni (Deputi bidang kesetaraan gender KemenPPA), dan juga para wakil rektor dari 8 Perguruan Tinggi.

Kegiatan ini bertujuan untuk finalisasi dokumen PTRG sekaligus sebagai salah satu upaya untuk membangun kekuatan melalui konsolidasi draft naskah operasionalisasi indikator Perguruan Tinggi responsif gender kepada para pemangku kebijakan agar nantinya dapat diimplementasikan dengan baik. Para wakil rektor yang hadir sangat menyambut baik kegiatan ini dan memberikan dukungan dalam nantinya mengimplementasikan pengaruutamaan gender di Perguruan Tinggi.

 

Sementara Bapak Nevin dari Global Affair Canada (GAC) yang merupakan support system utama dari kegiatan workshop operasionalisasi indikator PTRG ini memberikan apresiasi kepada teman-teman PSGA dan juga rumah kitab yang telah berjuang menyusun dokumen  PTRG dengan sangat baik. Harapannya dokumen ini bisa bermanfaat bagi Perguruan Tinggi lainnya dalam mengimplementasikan pengarusutamaan gender (PUG). Beliau juga menyampaikan bahwa Kanada percaya pengarusutamaan gender dapat mendukung pembangunan sumber daya manusia di Indonesia ini.

Baca Juga:  Ketidakadilan Gender dalam Beban Kerja Perempuan

Sedangkan Ibu Leni yang merupakan Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kemen PPA memberikan apresiasi kepada teman-teman PSGA dan rumah kitab atas inisiasi dalam merumuskan indikator PTRG yang lebih implementatif untuk diterapkan di Perguruan Tunggi. Beliau juga menyampaikan bahwa Perguruan Tinggi memiliki peran yang esensial dalam mengimplementasikan pengarusutamaan gender baik melalui performance kinerja maupun tridarma Perguruan Tinggi.

Pada hari ketiga workshop dilakukan dengan silaturrahim bersama Komnas Perempuan yang langsung disambut baik oleh Prof.Alimatul Qibtiyah, Ibu Ameera dan Ibu Wulan. Dalam sambutannya Prof. Alim menyampaikan bahwa dokumen PTRG ini bisa menjadi nutrisi bagi komnas perempuan dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Beliau juga bersedia bekerjasama dengan PSGA dalam penyelenggaraan workshop capacity building bagi civitas akademika di Perguruan Tinggi agar memiliki perspektif gender.

Sementara perwakilan Tim PTRG yaitu Santi Andriyani (Ketua PSGA Unisnu) saat silaturrahim ke komnas perempuan menyampaikan bahwa kami PSGA membutuhkan support dan dukungan dari Prof Alim (Komnas Perempuan) dalam memberikan arahan dan masukan terkait dokumen PTRG ini agar nantinya dapat diimplementasikan dengan baik di Perguruan Tinggi. Dokumen PTRG ini bersifat living and loving document, sehingga akan terus senantiasa diperbarui agar lebih baik dan tetap relevan sepanjang masa.

Workshop keempat ini bukanlah yang terakhir, tetapi akan terus berlanjut sampai pada tahap diseminasi dokumen PTRG ke berbagai Perguruan Tinggi.  Para Tim PTRG berkomitmen bersama akan terus berjuang dalam membumikan prinsip kemanusiaan agar suasana akademik menjadi aman, nyaman, dan membahagiakan tanpa adanya tindak kekerasan maupun praktik ketidakadilan gender di Perguruan Tinggi. Sehingga akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat bisa dirasakan oleh semua warga kampus tanpa terkecuali. []

Redaksi
Redaksi PesantrenID

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Berita