Pesantren

Sejumlah anak dengan mengenakan peci dan sarung terlihat sibuk dan siap siaga di berbagai titik pesantren untuk melayani tamu tuan guru (kiai). Para tamu dari seluruh Indonesia itu tidak sedikit pun merasa kesusahan menginginkan segala kebutuhannya karena beberapa santri dengan kaos warna hijau bertuliskan “Panitia Munas dan Konbes NU 2017” telah siap membantu memenuhi semua kebutuhan tamu.

Pemandangan tersebut nampak di Pondok Pesantren Darul Falah Desa Pagutan, Kecamatan Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pesantren yang dirintis oleh Tuan Guru Haji (TGH) Abhar Muhiddin pada 1956 ini menjadi salah satu lokasi penyelenggaraan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU 2017 di NTB pada 23-25 November 2017.

Pesantren yang berdiri di atas lahan lebih kurang 6000 meter persegi ini dijadikan tempat berlangsungnya Sidang Komisi Bahtsul Masail Waqi’iyah, Maudluiyah, dan Qanuniyah. Sebanyak 18 persoalan masyarakat, bangsa, negara berupaya keras dicarikan solusinya oleh para kiai dari seluruh Indonesia berdasarkan hukum Islam.

Para santri Darul Falah setia menemani para kiai ber-Bahtsul Masail meskipun hingga lewat tengah malam pada 24 November 2017. Beberapa santri tidak pernah absen merapikan sandal-sandal para tamu agar siap pakai ketika keluar. Namun secara tidak langsung, para tamu yang tadinya tidak terlalu mempersoalkan tata letak sandal, menjadi segan terhadap perilaku ikhlas santri Darul Falah sehingga mereka pun merapikan sandalnya masing-masing.

Sejumlah santri juga ditempatkan di pintu-pintu masuk pesantren atau gerbang. Bahkan mereka menerapkan sistem gilir jaga (shift) untuk memastikan lalu lalang tamu berjalan lancar 24 jam. Tidak sedikit pula santri yang penasaran menyaksikan pembahasan persoalan dalam forum Bahtsul Masail tersebut.

Baca Juga:  Dinamika Pesantren Salaf Di Era Digital

Bagi santri Darul Falah Pagutan, menghormati dan melayani tamu, apalagi para kiai yang sedang melakukan Bahtsul Masail, sama saja dengan mematuhi Tuan Gurunya di pesantren tersebut. Mereka bekerja secara sistematis untuk memastikan perhelatan Munas dan Konbes NU berjalan sukses dan maksimal.

Persiapan maksimal yang dilakukan oleh Pesantren Darul Falah merupakan gambaran kemajuan penyelnggaraan pendidikan di pesantren yang kini mempunyai santri mukim sekitar 900 orang ini. Saat ini, pihak yayasan juga menyelenggarakan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Darul Falah untuk menjaga atmosfir akademik perguruan tinggi berbasis pesantren.

Awal rintisan pesantren

NU Online berkesempatan berincang dengan Ustadz Baidawi, salah seorang putra Pengasuh Pesantren Darul Falah, TGH Muhammad Mustiadi Abhar. Baidawi mengungkapkan bahwa perintisan pesantren yang dilakukan TGH Abhar Muhiddin awalnya merupakan forum pengajian kecil di depan rumahnya.

Sekembali dari tanah suci Mekkah, berbagai desakan serta keinginan dari masarakat, meminta TGH Abhar membuka sebuah pengajian di bawah bimbingannya. Ahirnya dia mulai membuka pengajian yang mengambil lokasi di serambi rumah beliau yang sangat kecil, hanya berukuran 6 x 3 meter persegi.

Oleh Tuan Guru Abhar tempat pengajian tersebut diberi nama Darul Falah. Pengajian tersebut dimulai pada 29 Rajab 1376 Hijriah bertepatan dengan 1956 Masehi.

Pada awal berdirinya, Darul Falah hanya memiliki 35 santri yang terdiri dari 30 laki-laki dan 15 perempuan yang berasal dari wilayah Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur. Sekalipun demikian semangat santri sangat tinggi, siang malam para santri mengaji dengan tekun, tanpa ada libur kecuali hari-hari libur nasional.

Karena Pondok Pesantren Darul Falah didirikan dengan keyakinan dan keikhlasan lillaahi ta’aala (semata-mata karna Allah), maka lambat laun seiring berjalannya waktu Darul Falah mulai menampakkan tanda-tanda kemajuannya. Hal ini terbukti dengan makin banyaknya santri yang masuk pada setiap tahun.

Baca Juga:  Panduan Rawat Covid-19 di Pesantren

Sesuai kebutuhan masyarakat, Tuan Guru Abhar mengembangkan pesantren hingga kini menjadi salah satu pesantren dengan sistem pendidikan terbaik. Bahkan, pada 2015 lalu, pendidikan umum yang diselenggarakan oleh pesantren diganjar penghargaan oleh Mendikbud Anies Baswedan sebagai salah satu penyelenggara pendidikan terbaik di Lombok.

Polesan tangan dingin Tuan Guru Abhar menjadikan Pesantren Darul Falah saat ini memiliki berbagai jenjang pendidikan umum berbasis pesantren. Mereka tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama dan tradisi pesantren, tetapi diperkuat dengan pengetahuan umum agar santri tetap mampu mengkuti perkembangan zaman.

Pemandangan para santri dengan sepenuh hati melayani para kiai menunjukkan bahwa kemodernan ilmu pengetahuan tidak mereduksi akhlak yang selama ini menjadi tolak ukur santri ketika hidup di tengah masyarakat. Dengan kata lain, Pesantren Darul Falah menerapkan sistem pendidikan modern dengan tetap meneguhkan akhlak salaf. (Fathoni Ahmad)

Redaksi
Redaksi PesantrenID

Rekomendasi

Hikmah

Ramadan dan Ketakwaan

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum ...

1 Comment

  1. […] pesantren tradisional benar-benar berproses dari bawah dan dengan kalangan masyarakat bawah (bukan […]

Tinggalkan Komentar

More in Pesantren