Permata Keilmuan : Sayyidah Nafisah dan Karomahnya

Kariimah al-daroin (كَرِيمَةُ الدَّرَيْنِ), salah satu julukan Sayyidah Nafisah selain Nafiusah al-‘Ilm. Bukan tanpa sebab beliau mendapatkan julukan ini, akan tetapi karena tersohornya dalam ibadah, kezuhudannya, dikabulkannya doa-doanya dan keikhlasannya beliau sebagai hamba, sehingga Allah SWT memberikan karomah-karomah kepadanya sebagai bentuk pemuliaan dan penghargaan.

Abdurrahman bin Hasan Alu al-Syaikh dalam Fathul Majid menyatakan bahwa karomah adalah hal-hal luar biasa yang ditampakkan oleh Allah SWT melalui hamba-hambanya yang shaleh dan taat kepada-NYA. Hal-hal yang luar biasa ini dianggap Ibn ‘Athoillah sebagai pelipatan segala sesuatu yang ada di dunia ini sehingga seorang hamba mempunyai jarak yang sangat dekat dengan akhirat. Hal ini diredaksikan dalam kitab al-Hikam sebagai :

الطي الحقيقي أن تطوي مسافة الدنيا عنك حتى ترى الآخرة أقرب إليك منك

Artinya, “Lipatan hakiki adalah kau melipat jarak dunia sehingga kau melihat akhirat lebih dekat ketimbang dirimu sendiri”.

Sayyidah Nafisah adalah hamba yang saat taat kepada Allah SWT, sehingga tidak heran apabila banyak yang mengatakan jika beliau adalah termasuk jajaran wali Allah SWT dari kalangan perempuan. Oleh karena itu, tidak heran jika Al-Nabawiy Jamar Siraj (dalam kitab al-Sayyidah al-Nafisah Kariimah al-Daaroin) dan Taufiq Abu ‘Alam (dalam kitab al-Sayyidah Nafisah) mengukir karomah-karomah Sayyidah Nafisah, antara lain :

Membuat sungai kembali normal (penuh dengan air lagi)

Sa’id bin al-Hasan berkata : Suatu ketika sungai Nil mengalami kondisi yang tidak baik-baik saja, yakni airnya sungai Nil berhenti mengalir dan mengering. Orang-orang mendatangi Sayyidah Nafisah dan memohon doanya. Beliau memberikan selendangnya agar dilempar ke sungai Nil. Mereka melakukannya. Dan seketika itu juga sungai Nil mengalir kembali dan melimpah.

Baca Juga:  Betty Friedan, Pejuang Hak Perempuan dan Aktivis Feminis Yahudi Amerika
Menyembuhkan anak perempuan yang lumpuh dari keluarga Yahudi

Ada sebuah keluarga Yahudi yang tinggal di dekat kediaman Sayyidah Nafisah di Mesir. Keluarga itu mempunyai seorang anak perempuan yang lumpuh. Suatu ketika ibu anak itu berkata: “Nak, kamu mau apa ? Kamu mau ke kamar mandi ?” Si anak tiba-tiba berkata: “Aku ingin ke tempat perempuan mulia tetangga kita itu.” Setelah si ibu minta izin pada Sayyidah Nafisah dan beliau memperkenankannya, keduanya datang ke kediaman Sayyidah Nafisah. Si anak didudukkan di pinggir rumah. Ketika datang waktu solat Dzuhur, Sayyidah Nafisah beranjak untuk berwudlu di dekat gadis kecil itu. Air wudlu beliau mengalir ke tubuh anak tersebut. Seperti mendapatkan ilham anak itu mengusap anggota tubuhnya dengan air berkah tersebut. Dan seketika itu juga ia sembuh dan bisa berjalan seperti tidak pernah sakit sama sekali.

Kemudian si anak pulang dan mengetuk pintu. Pintu dibuka oleh ibunya. Dengan heran dia bertanya: “Kamu siapa Nak?” “Aku puterimu.” Jawab si anak. Sambil memeluk si ibu bertanya bagaimana ini bisa terjadi. Si anak kemudian bercerita dan akhirnya keluarga itu semuanya masuk Islam.

Membuat seorang raja tidak dapat melihat laki-laki yang akan dieksekusi

Dikisahkan ada salah satu penguasa pada masa Sayyidah Nafisah yang terkenal akan perilaku-perilakunya yang dzolim, bahkan sampai pada tingkah di mana dia mencari-mencari warga sipil sekedar untuk menyiksanya tanpa alasan yang jelas.

Suatu ketika, penguasa tersebut menyuruh pengawalnya untuk membawa seseorang di hadapannya untuk disiksa. Di tengah jalan menuju ke kediaman penguasa, rombongan pengawal ini bersama laki-laki yang hendak dieksekusi melewati rumah Sayyidah Nafiah, seketika itu laki-laki tersebut menjerit, berlari menuju Saayyidah Nafisah seraya meminta tolong.

Baca Juga:  Rekonstruksi Makna Ibu secara Holistik

Sayyidah Nafisah-pun berdo’a “Ya Allah, berikanlah hijab pada laki-laki ini atas penglihatan orang-orang dzalim”.

Setibanya pengawal dan warga di hadapan penguasa, penguasa tersebut bertanya dengan kagetnya “Di mana laki-laki yang aku perintahkan kalian untuk membawanya’. Para pengawal menjawab “Wahai penguasa, dia ada di hadapanmu”. Penguasa berkata lagi “Demi Allah Aku tidak melihatnya”. Para pengawal penjawab lagi “Wahai Penguasa, sesungguhnya laki-laki ini meminta tolong kepada Sayyidah Nafisah agar didoakan keselamatannya ketika kami membawanya menuju kesini”.

Setelah itu sang penguasa bertaubat kepada Allah dengan sungguh, sebagai buktinya, Dia berkunjung kepada Sayyidah Nafisah dan memberikan sejumlah uang yang banyak seraya berkata “Terimalah wahai Sayyidati (Tuanku), uang ini bentuk syukur atas taubatku”.

Karomah yang tampak setelah wafatnya Sayyidah Nasisah

Karomah-karomah beliau setelah wafat juga banyak. Di antaranya, pada tahun 638H, beberapa pencuri menyelinap ke masjidnya dan mencuri enam belas lampu dari perak. Salah seorang pencuri itu dapat diketahui, lalu dihukum dengan diikat pada pohon. Hukuman itu dilaksanakan di depan masjid agar menjadi pelajaran bagi yang lain. Pada tahun 1940, seseorang yang tinggal di daerah itu bersembunyi di masjid itu pada malam hari. Ia mencuri syal dari Kasymir yang ada di makam itu. Namun, ia tidak menemukan jalan keluar dari masjid itu dan tetap terkurung di sana sampai pelayan masjid datang di waktu subuh dan menangkapnya.

Sayyidah Nafisah, sebagai salah satu kekasih Allah dari kalangan perempuan, sudah sepantasnya bagi kita hamba yang biasa-biasa saja untuk menghormatinya dan memuliakannya. Meskipun begitu, porsi sikap kita dalam memuliakannya tidak boleh sampai melewati batas kewajaran. Dalam hal ini, Syamsuddin al-Dzahabiy menyinggungnya dalam kitabya “Siyaru A’laam al-Nubalaa Vol X, 106’“ :

Baca Juga:  Perempuan Berparas Cantik dari Kedudukan Hina menjadi Mulia

وَلِجَهَلَةِ المِصْرِيِّيْنَ فِيْهَا اعْتِقَادٌ يَتَجَاوَزُ الوَصْفَ، وَلاَ يَجُوْزُ مِمَّا فِيْهِ مِنَ الشِّرْكِ، وَيَسْجُدُوْنَ لَهَا، وَيَلْتَمِسُوْنَ مِنْهَا المَغْفِرَةَ، وَكَانَ ذَلِكَ مِنْ دَسَائِسِ دُعَاةِ العُبَيْدِيَّةِ

Artinya : “Dan dikarenakan kebodohan  masyarakat Mesir, mereka akhirnya mempunyai keyakinan yang melewati batas padanya (Sayyidah Nafisah), melakukan sesuatu yang mengandung unsur syirik, sujud kepadanya  dan meminta ampunan darinya. Itu semua termasuk intrik-intrik ajakan dari kaum ‘Ubaidiyyah (orang-orang syi’ah Ismaa’iliyyah yang disinyalir kental dengan khurofahnya)”. []

Muhammad Ibtihajudin
Menamatkan Pendidikan S1 Ahwal Syakhsiyyah IAIBAFA Jombang, S2 Ahwal Syakhsiyyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan kini mengabdi sebagai Guru di Muallimin Muallimat Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Perempuan