Berbicara mengenai cinta yang paling romantis di dalam islam, tentu sebagian orang pasti setuju dengan kisah cinta paling romantis antara Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah Az zahra. Ali Bin Abi Thalib merupakan Khulafa’ur Rashidin ke 4 sedangkan Fatimah Az Zahra merupakan anak bungsu dari Rasulullah SAW bersama siti Khadijah. Fatimah ialah wanita yang sangat cerdas, cantik dan mempunyai hati yang sangat mulia.

Kisah cinta antara dua manusia yang sangat mulia dihadapan Allah SWT dan memiliki kedudukan yang tinggi di mata Allah sangatlah mengesankan, bukankah kisah cinta ini sangatlah romantis. Kisah cinta antara Ali Bin Abi Thalib dengan Fatimah Az zahra sangatlah menyentuh hati dan mampu menjadi pelajaran berharga bagi setiap orang.

Bahkan di dalam beberapa riwayat dijelaskan bahwa kisah cinta keduanya tak hanya berupa kisah cinta paling romantis. Tetapi kisah cinta keduanya merupakan kisah cinta yang sangat mulia dan juga terpuji.

Hal ini dikarenakan kisah cinta keduanya berlandasan pada iman dan keyakinan hanya pada Allah semata. Hal ini terbukti dengan keduanya mampu menyimpan cinta mereka didalam hati masing-masing untuk satu sama lain dengan sangat baik. Meskipun keduanya saling mencintai satu sama lain dari jaug hari sebelum mereka menikah.

Akan tetapi keduanya mampu menyimpan perasaan cinta tersebut dihati masing-masing yang pada akhirnya bisa saling mencurahkan perasaan cinta tersebut di dalam ikatan yang halal yakni ikatan pernikahan.

Meski akhirnya mereka dipersatukan di dalam ikatan pernikahan, perjuangan dan juga pengorbanan keduanya untuk sampai ke pernikahan tidaklah mudah. Hal ini terbukti dengan berkali-kali Ali harus merasa kecewa dan juga berusaha ikhlas menerima kenyataan bahwa Fatima pada saat itu telah dilamar oleh pria lain yang jauh lebih sukses, jauh lebih berpengaruh dan juga jauh lebih dekat dengan Rasulullah yang tak lain pria tersebut adalah Abu Bakar As Shidiq.

Mengetahui hal tersebut hati Ali seketika hancur. Bagaimana tidak hancur, ia mengetahui bahwa wanita pujaannya akan di lamar oleh pria yang lebih tinggi di mata Allah SWT dan juga dimata Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar telah memberanikan dirinya untuk menghadap Rasulullah dengan niat ingin mengutarakan untuk mempersunting putri kesayangan Rasulullah yakni Fatimah Az Zahra. Akan tetapi Fatimah menolak lamaran dari Abu Bakar. Dan setelah mendemgar penolakan dari Fatimah, hati Ali kembali sedikit tenang. Bagaimana tidak, wanita yang begitu ia cintai dan ia sebut didalam setiap doa nya untuk diberikan keridhoan Allah atas dirinya tidak jadi untuk menjadi miliki orang lain.

Tetapi sayang sekali keceriaan dan ketenangan di dalam hati Ali bin Abi Thalib kembali sirna. Hal ini dikarenakan ia mendengar bahwa sahabatnya, yakni seseorang yang memiliki kedudukan yang tinggi di mata Allah dan Juga Rasulullah serta gagah perkasa dan memiliki segalanya yakni Umar Bin Khatab menghadap Rasulullah dengan tujuan ingin menatakan bahwa bekiau ingin meminang Fatimah.

Setelah mengetahui hal tersebut Hati Ali Bin Abi Thalib seketika langsung hancur. Tetapi keberuntungan sekali lagi berpihak kepada Ali. Karena lamaran Umar ditolak oleh Fatimah dan juga Rasulullah. Hati Ali pun menjadi tenang kembali namun disisi lain hatinya juga sangat gundah, sedih dan juga galau.

Bagaimana tidak, jika kedua pria yang memiliki kedudukan tinggi di mata Allah dan juga Rasulullah saja ditolak lamarannya lalu bagaimana dengan dirinya yang hanya seorang pemuda miskin dan tak punya apa-apa. Kondisi inilah yang membuat Ali menjadi pasrah. Ia hanya meminta kepada Allah agar diberikan yang terbaik untuknya.

Walaupun memang nantinya Fatimah akan menjadi istrinya di dunia dan insyaallah di akhirat pasti Allah akan memberikan jalan dan kemudahan baginya. Di dalam sebuah riwayat juga telah dikatakan bahwa pada suatu hari pada saat itu Ali sedang berbincang dengan Abu Bakar, ia mengatakan “wahai Abu Bakar, engkau telah membuat hatiku yang sebelumnya tenang menjadi goncang. Engkau telah mengingatkanku akan sesuatu yang sudah aku lupakan. Demi Allah, aku menghendaki Fatimah. Tapi yang menjadi penghalang satu-satunya bagiku ialah karena aku tidak mempunyai apa-apa untuk memberanikan diri datang padanya.” Mendengarkan perkataan Ali, Abu Bakar pun tersentuh lantas mengatakan, “wahai Ali, janganlah engkau berkata demikian. Bagi Allah dan RasulNya, di dunia dan seisinya ini hanyalah ibarat debu-debu bertaburan belaka.’’

Dan setelah mendengarkan nasihat dari Abu Bakar dan juga dukungan beberapa sahabat yang lainnya. Ali pun lantas memberanikan dirinya untuk menghadap Rasulullah dan mengutarakan isi hatinya. Dan apa yang disampaikan Rasulullah pun begitu mengharukan dan menyentuh hati. (IZ)

Widyanti Putri Widodo
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Sunan Ampel Surabaya

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini