Perempuan

Perempuan bukan Penghalang Ibadahnya laki-laki

(Ilustrasi: Pixabay.com)

Fakta-fakta sejarah mengungkapkan, beribu tahun sebelum datang Islam datang, khususnya di zaman Jahiliyah, perempuan dipandang tidak memiliki kemanusiaan yang utuh dan oleh karenanya perempuan tidak berhak bersua, tidak berhak berkarya, tidak berhak memiliki harta, apalagi perempuan dianggap sebagai penghalang ibadahnya bagi laki-laki.

Sungguh miris ketika budaya Jahiliah yang sudah sangat jelas merendahkan seorang perempuan dan memandangnya sebagai makhluk hina, ketika pada zaman itu anak-anak perempuan dikubur secara hidup-hidup karena orang tuanya khawatir menanggung malu. Budaya itulah yang sekarang dikenal dengan nama budaya patriarki, dimana budaya itu sangat kental akan penindasan, perlakuan tidak adil, segala sesuatunya ditentukan oleh laki-laki, dan perbuatannya tidak manusiawi.

Sejarah islam mencatat bahwa dalam waktu yang relatif singkat, perjuangan Rasulullah membuahkan hasil yang signifikan. Rasulullah sangat gigih mengikis budaya Jahiliyah yang tidak manusiawi dan melecehkan perempuan, beliau memperjuangkan terwujudnya ajaran islam yang akomodatif terhadap nilai-nilai kemanusiaan, ajaran yang mengusung kesetaraan dan keadilan gender, beliau secara bertahap mengembalikan lagi hak-hak perempuan sebagai manusia utuh dan merdeka.

Dalam bukunya 60 hadis shahih khusus tentang hak-hak perempuan dalam islam karyanya Faqihuddin Abdul Kodir dijelaskan bahwa perempuan itu bukan penghalang ibadahnya laki-laki, adapun hadisnya yaitu : 

عَنْ أَنَسٍ بِنْ ماَلِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (( حُبِّبَ إِلَيَّ النِّسَاءُ وَطِّيْبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَين فىِ الصَّلاَةِ )) . رواه النساءى

Terjemahan :

Annas bin Malik Ra. Menuturkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “Aku senang perempuan dan parfum, serta mataku selalu merasa teduh dengan shalat.” (Sunan an-Nasa’i)

Sumber Hadis :

Hadis ini diriwayatkan Imam an-Nasa’I dalam Sunan-Nya (no.hadis : 3956) dan Imam dalam Musnad-Nya (no.hadis : 12478, 12488, 13257, 14254)

Baca Juga:  Sayyidah Aisyah dan Kondisi Perempuan pada Zamannya #1

Ini adalah pernyataan tegas dari Nabi Muhammad Saw. Bahwa perempuan merupakan bagian penting dari kehidupan beliau didunia ini. Dalam teks ini, perempuan sejajar dengan parfum dan shalat.

Nabi Muhammad Saw. Mencintai perempuan. Sama seperti cinta beliau kepada parfum dan shalat. Sekalipun shalatlah yang benar-benar meneduhkan kehidupan beliau. Sebagai sosok yang dicintai oleh Nabi Muhammad Saw., perempuan tidak seharusnya dilecehkan dan direndahkan, siapa yang merendahkan perempuan, berarti menistakan Nabi Muhammad Saw. 

Karena dicintai oleh Nabi Muhammad Saw., perempuan seyeogianya tidak dikonotasikan sebagai faktor yang menghambat ibadah atau menghalangi kedekatan seseorang kepada Allah Swt. Jika ada orang yang berfikir demikian, maka ia menyalahi Nabi Muhammad Saw. Dan tidak meneladani sunnah beliau.

Jika dipahami secara Mubadalah, maka laki-laki juga bukan penghalang bagi perempuan untuk beribadah, beramal, dan mendekat kepada Allah Swt. Bahkan bisa jadi, justru laki-laki bisa membantu perempuan mendekat kepada Allah Swt. Jika dipernyataan Ibnu Arabi juga boleh di-mubadalah-kan, maka perempuan yang sudah biasa dengan kualitas feminin bisa juga beribadah dan beramal diranah maskulin, memimpin dan bertanggung jawab diranah publik.

Maka dari itu, umat islam harus bangkit, khususnya kaum perempuan. Mari bergandengan tangan berjuang keras melawan budaya jahiliyah yang sesat dan merugikan kepentingan kemanusiaan. Sebab, budaya jahiliyah yang melecehkan dan memarjinalkan perempuan inilah penyebab utama dari kemunduran dan keterbelakangan umat manusia. Marilah kita sebagai umat islam mengakhiri semua bentuk ketimpangan dan ketidakadilan gender melalui upaya-upaya konkrit yang sejalandengan pesan-pesan moral Islam.

Salimatus Sadiyah
Mahasiswa Syekh Nurjati Cirebon.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Perempuan