Perempuan Berparas Cantik dari Kedudukan Hina menjadi Mulia

Jarang sekali nama istri nabi yang satu ini disebutkan, namun beliau juga tidak kalah cantik dari beberapa istri nabi dan memiliki banyak cerita yang mungkin sedikit diketahui oleh umat muslim. Istri nabi ini bernama Juwairiyah. Juwairiyah binti Al-Harits bin Abi Dhirar bin ‘Aidz bin Malik bin Khuzaimah, berasal dari Bani Mushthaliq. Memiliki nama asli yaitu Barrah. Nama Barrah diganti setelah menikah dengan nabi Muhammad SAW. Beliau lahir pada tahun 15 sebelum H / 608 M.

Juwairiyah berasal dari keturunan Bani Musthaliq. Ayahnya adalah seorang sahabat nabi yang mulia dan pemimpin bani Musthaliq yang bernama Al-Harits bin Dharar bin Habib bin ‘A`idz bin Malik bin al-Mushthaliq bin Sa’id bin ‘Amru bin Rabi’ah bin Haritsah bin Khuza’ah.

Juwairiyah termasuk dalam Ummul Mukminin atau ibu para mukminin. beliau sosok perempuan cantik, baik hati, dan luas ilmunya. Sebelum menikah dengan Rasulullah beliau pernah menikah dengan Musafi’ bin Shafwan Al-Musthaliqi yang mati dalam keadaan kafir saat perang Muraisi’.

Pertempuran tentara Islam melawan kaum kafir dari Bani Musthaliq itu dikenal sebagai perang Muraisi’, yang terjadi pada tahun keenam hijriyah atau lebih tepatnya pada bulan Sya’ban. Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Pemimpin kaum musthaliq atau  ayah dari juwairiyah, Al-Harist kabur dari tempat peperangan dan Musafi’ suami Juwairiyah tewas terbunuh. Akhirnya para wanita dan anak-anak Bani Musthaliq menjadi tawanan.

Setelah peperangan tersebut, Juwairiyah memberanikan diri untuk menemui Rasulullah demi meminta dirinya dan kaumnya dibebaskan dari tawanan. Alhasil apa yang diinginkan dipenuhi,  bahkan lebih baik dengan apa yang beliau inginkan. Rasulullah memberi tawaran akan membebaskan dirinya dan kaumnya dengan cara Juwairiyah dilamar untuk menjadi istri dan memeluk agama islam. Juwairiyah pun menerima tawaran tersebut.

Baca Juga:  Konferensi Internasional KUPI II: Ajak Perempuan Lebih Militan

Berita pernikahan telah tersebar di tengah kaum muslimin, Bani Musthaliq pun dibebaskan dari tawanan. Sejumlah 100 orang yang telah dibebaskan, dan salah satu dari mereka berkata “Aku tidak mengetahui wanita yang paling besar berkahnya terhadap kaumnya dibanding Juwairiyah”.

Juwairiyah sebelumnya adalah wanita kafir yang menjadi budak tawanan. Kedudukan beliau pada saat itu sangat hina di dunia dan akhirat. Setelah menikah serta memeluk islam menjadikan Juwairiyah sebagai wanita mulia di dunia dan memiliki kedudukan wanita paling tinggi di akhirat. Keadaan sekejap berbalik yang sebelumnya menjadi perempuan paling hina menjadi paling mulia. Keberkahan beliau setelah menikah dengan Rasulullah banyak dirasakan oleh sejumlah kaumnya. Salah satunya Hidup kaumnya menjadi bebas dari tawanan.

Selain itu, dalam hal keilmuaan Juwairiyah telah menghafal beberapa hadis,  termasuk dua hadis yang terdapat di dalam Sahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, selain itu juga terdapat di Sunan Abi DaudJami At-TirmidziSunan An-Nasa’i dan Sunan Ibnu Majah. Ia meriwayatkan hadis kepada Ibnu UmarIbnu Abbas, Ubaid bin as-Sabbaq, Mujahid, dan lain-lain.

Rasulullah adalah seseorang yang pandai menanamkan pengaruh terhadap manusia. Begitu juga kepada istrinya. Setelah memeluk islam, Juwairiyah menjadi wanita yang rajin beribadah dan rajin berdzikir. Karena rajinnya sampai setelah shalat subuh beliau tidak pindah tempat dari shalatnya dan tetap duduk untuk berdzikir kepada Allah SWT.

 Nabi bersabda

لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلاثَ مَرَّاتٍ ، لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ اليَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ : سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ ، وَرِضَا نَفْسِهِ ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

Sungguh, aku telah mengucapkan setelahmu empat kalimat sebanyak tiga kali. Jika ditimbang dengan yang kau ucapkan sejak tadi akan menyamai timbangannya yaitu, “SUBHAANALLAHI WA BI-HAMDIH, ‘ADADA KHALQIH, WA RIDHAA NAFSIH, WA ZINATA ‘ARSYIH, WA MIDAADA KALIMAATIH. (Artinya: mahasuci allah aku memuji-Nya, sebanyak makhluk-Nya, sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan ‘Arsy-Nya, dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya).” (HR. Muslim, no. 2726)

Baca Juga:  Peran Istri dalam Regulasi Kompilasi Hukum Islam

Dari ibnu abbas, Adapun nama barrah diganti dengan juwairiyah karena nabi Muhammad tidak suka kalau dikatakan “beliau keluar dari barrah (kebaikan)”.

Kehidupan juwairiyah sangatlah sederhana, layaknya istri-istri nabi yang lainnya. Sehingga sosok juwairiyah ini yang membuktikan bahwa wanita itu tidak perlu menghamburkan uang, dengan rezeki yang seadanya beliau bisa mengurus dengan baik. Kencantikannya tidak membuat Juwairiyah menjadi sombong tetapi beliau malah lebih dekat dengan Allah SWT.

Pada tahun 53 H/ 676 M juwairiyah wafat. Beliau wafat di Madinah pada bulan Rabiul Awal. Saat itu usianya 65 tahun. Dishalatkan oleh Marwan bin Hakam (Gubernur Madinah) dan dimakamkan di Jannatul Baqi. []

 

Refrensi:

Ummahat Al-Mukminin. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Dr. Muhammad bin Sulaiman. Penerbit Dar Ibnu Hazm.

Azza Nuraida Q. A'yunin
Siswa MANPK Jombang, Santri Hasbullah Said

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah