Sudah dua tahun lamanya aku tinggal di kota santri. Namanya Pondok Pesantren Roudhotul Quran 2 Ciwarak. Sebagai seorang santri tentunya disibukkan dengan kegiatan yang padat mulai dari bakda subuh sampai akan tidur. Salat berjamaah, mujahadah, dan zikir malam adalah rutinitas kami. Ngaji sudah menjadi menu sehari-hari dan ngantuk turut menjadi lauk pelengkap. Wallohu a’lam bishowab kadang menjadi alarm ketika ngaji. Selain itu, ngantri dalam hal apapun adalah adat kami. Lebih miris, ghozob adalah penyakit akut kami yang sudah mentradisi dan belum ditemukan vaksinnya kecuali diri sendiri menyadari. Astaghfirullah, namun kami diingatkan dengan Ta’ziran acapkali melakukan kesalahan.

Hari-hari yang indah penuh dengan keunikan ala santri perlahan berubah ketika dunia digemparkan dengan berita wabah covid-19. Bulan Februari akhir, kasus tersebut mulai bermunculan di Indonesia dan terbukti ketika awal Maret di Indonesia sudah ada yang positif terkena virus covid-19. Mendadak aku merasa gelisah, apalagi beredar isu yang mengatakan bahwa di RS. Margono Banyumas sudah ada yang positif terkena virus tersebut. Selain itu banyak pula beredar berita hoax lainnya. Dari situlah kemudian pengasuh pondokku menyarankan agar seluruh santri senantiasa rutin mengamalkan doa sebagai berikut.

لِيْ خَمْسَةٌ أُطْفِئ بِهَا # حَرَّالْوَبَا ءِ الْحَا طِمَة

المُصْطَفَى وَالْمُرْتَضَى # وَابْنَا هُمَا وَفَاطِمَة

Aku berharap diselamatkan dari panas derita wabah yang bikin sengsara dengan wasilah derajat luhur lima pribadi mulia yang aku punya. Baginda Nabi Muhammad al-Mushthafa SAW, sayyidina Ali Al-Murtadla dan kedua putranya (Hasan dan Husain) serta Sayyidatina Fathimah Azzahra (Ijazah dari K.H Hasyim Asy’ari)

Selanjutnya membaca doa ijazah dari Bapak K.H Mu’tashim Billah (pengasuh Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Jogja)

Baca Juga:  New Normal Siap Mental Dan Spiritual

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا صَلاةً تَدْفَعُ بِهَا عَنَّا الطَّعْنَ وَالطَّا عُوْنَ يَا مَنْ إذَا أرَاد شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ (×١١)

مَوْلاَيَ صَلّ وَسَلّمْ دَائِمًا أَبَدًا # عَلَى حَبِبِيْكَ خَيْرِالْخَلْقِ كُلّهِمِ (×٣ )

هُوَالْحَبِيْبُ الَّذِيْ تُرْجَى شَفَا عَتُهُ # لِكُلّ هَوْل مِنَ الأَهْوَال مُقْتَحِمِ (×٣)

يَا رَبِّ بِالْمُصْطَفَى بَلِّغْ مَقَا صِدَ نَا # وَاغْفِرْلَنَا مَا مَضَى يَا وَاسِعَ الْكَرَمِ (×٣)

Doa tersebut dibaca mulai dari Li khomsatun sampai Karomi setelah selesai salat jamaah magrib dan subuh. Tambahan selanjutnya membaca Salawat Burdah (yang ada di albarzanji) setiap hari (waktunya kondisional). Salawat Burdah yaitu sebuah Qashidah yang berupa karya sastra Arab atau puisi klasik yang mengisahkan tentang sejarah Nabi Muhammad Saw. Yang dikarang oleh Imam Al-Bushiri yaitu seorang pujangga Mesir pada abad 13, yang jumlahnya 160 bait. Salawat ini biasanya dibaca sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw. Konon, karena syairnya begitu indah dan alunannya dipercaya mampu untuk mengobati berbagai jenis penyakit baik jasmani maupun rohani serta mengatasi problematika hidup lainnya. Seperti itulah ijazah dari beliau Bapak K.H Mu’tashim Billah.

Doa-doa ijazah dari beliau K.H Hasyim Asy’ari dan K.H Mu’tashim Billah senantiasa dibaca rutin di Pondok Pesantren Roudhotul Qur’an 2 Ciwarak. Selain, itu ada tambahan juga mengenai doa penolak bala covid-19 yaitu Adhiyatul Maridh. Yang aku ketahui, Adhiyatul Maridh sendiri merupakan kumpulan doa-doa untuk penolak bala. Salah satu kumpulan lafaznya  ada di buku “Wirid dan Do’a-do’a Penting Simbah K.H Mufid Mas’ud” yang ditulis ulang oleh Ahmad Musyaffa atas arahan K.H Atabik Yusuf Zuhdi (Pengasuh Pondok Pesantren Roudhotul Qur’an 2 Ciwarak yang telah wafat satu tahun lalu dan sekarang pengasuh pondok beralih ke istrinya, Ibu Nyai Nur Shohifah Mufid Al-Hafidzah).

Baca Juga:  Posisi Ekonomi Berada di Ujung Tanduk

Selain itu, karena di pondok putri ada dua komplek, maka untuk pembacaan Salawat Burdah dan Adhiyatul Maridh dilakukan secara bergantian. Misal, hari ini komplek depan membaca Salawat Burdah pada sore hari secara bersama-sama di aula putri, maka komplek belakang membaca Adhiyatul Maridh di Perpustakaan. Begitulah setiap harinya selalu bergantian. Tak lupa, yang kebagian jatah membaca Adhiyatul Maridh diakhiri dengan membaca doa oleh salah satu santri dan diaminkan masing-masing dalam hati.

Hal yang bisa dilakukan seorang santri hanya bisa memperbanyak berdoa dan ikhtiar sebagai bentuk kehati-kehatian di tengah pandemi yang semakin ganas. Misalnya di pondok saja, selalu membiasakan pola hidup bersih dan sehat, berjemur, dan penyemprotan lingkungan pondok dengan cairan desinfektan oleh kakang santri. Selain itu, sesuai anjuran salah satu santri putra ketika membacakan protokol kesehatan santri, bahagia bisa menangkal virus covid-19 Konon katanya, bahagia bisa meningkatkan imun dalam tubuh. Maka berbahagialah. Perbanyak berdoa dan jangan lupa usaha. Semoga apa yang menjadi ikhtiar kita senantiasa dirahmati Allah SWT. Aamiin. [HW]

Fatimatuzzahro
Santri Putri PP Roudhotul Quran 2 Ciwarak, Banyumas dan Mahasiswi Program Studi Hukum Keluarga Islam (HKI) Fakultas Syariah IAIN Purwokerto

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini