Penafsiran Al-Qur’an Terhadap Kasus Pembunuhan Seorang Ibu Yang Dilakukan Oleh Anak Kandungnya Sendiri

Tindak pidana pembunuhan di Indonesia semakin marak, entah itu pembunuhan karena faktor keluarga, faktor lingkungan sosial, faktor ekonomi, atau bahkan faktor kepribadian. Pada berita yang baru viral kemarin-kemarin dimana seorang ibu dibunuh oleh anak kandungnya sendiri disebabkan karena si ibu tidak mampu membelikan gadget atau keinginan lain. Padahal hakikatnya seorang anak itu surganya ditelapak kaki ibu dan seorang anak itu harus memiliki adab kepada orang tua ,karena mereka  mempunyai peran dan jasa yang besar, berawal sejak lahir sampai dewasa kini. Dan akhlak atau adap trhadap orang tua itu kan merupakan suatu hal yang sangat amat penting karena kesuksesan anak ada di ridha kedua orang tua. Maka dari itu kita sebagai generasi muda hendaknya berbakti kepada orang tua, menuruti apa yang diperintahkan oleh orang tua terhadap kita dan pantang untuk membangkang akan perintah orang tua. Namun jaman sekarang banyak dari kita para pemuda milenial yang lupa akan kewajiban kita terhadap orang tua, padahal seharusnya sebagai muslimah yang baik itu kita harus memiliki akhlak yang mulia terhadap orang tua kita selagi masih ada. Hal ini dilihat akan berita yang viral kemarin tentang anak yang membunuh ibu kandungnya sendiri membuktikan bahwa pemuda milenial saat ini lupa akan kewajibanna diatas.

Sebuah ksus pembunuhan seorang ibu yang dilakukan oleh anaknya sendiri yang terjadi itu ditemukannya seorang tewas mengenaskan dan amat memprihatinkan di sebuah rumah tepatnya didepan rumah korban terlihat kondisi terbakar dari kepala sampai ke kaki dan dengan kondisi tangan, kaki terikat tali dan mulunya terseumpal sebuah kain. Yang menemukan korban pertama kali yaitu seorang satpam setempat yang tengah berpatroli dilingkungan sekitar TKP pukul 3mpat sore. Dia (satpam) sedang melintas didepan rumah korban terkejut dan curiga ada orang yang tergeletak. Faktor-faktor penyebab dilakukannya perbuatan ini sepertinya kendala atau faktor ekonomi. Tindakan berupa pembunuhan ini timbul bukan hanya karena ekonami tetapi juga faktor kesenjangan sosial, faktor krluarga, faktor lingkungan sosial, faktor pendidikan, faktor media sosial/massa, faktor kepribadian.

Dari segi bahasanya akhlak yaitu Al-Khulq yang artinya watak atau tabiat sedang menurut segi istilah suatu keadaan bagi jiwa yang menyongsong agar ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Sedangkan yang diartikan orang tua disini yyaitu bapak ibuitu bersal dari keturunan (nasab) atau susuan, baik keduannya orang muslim ataupun non muslim, ortu dari kedua belah pihak juga termasuk kedua orang tua. Dalam Q.S. Al-Isra ayat 23 Allah SWT berfirman :

Baca Juga:  Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 235-237 tentang Khitbah dan Hak Mahar Istri

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S. Al-Isra : 23)

Dengan ayat itu ditegaskan bahwa akhlak menghormati orang tua merupakan suatuadanya hal yang sangat penting yang dianjurkan oleh Rasulullah kepada seluruh umatnya yakni : Sayangilah, cintailah, hormatilah, patuhilah kepadanya rendahkan dirimu, sopanlah kepadanya. Dan ketahuilah nikmat yang luar biasa itu hidup bersama kedua orang tua, kalau orang tua kita sudah tiada pastilah hidup serasa kosong dan hatipun merasa sedih karena tidak ada yang kita pandang lagi. Dalam ayat itu juga Allah menegaskan agar kita tak menyembh selain Dia dan hendaknya kita selalu berbuat baik pada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Apabila seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” apalagi sampai berbuat kasarr (kriminalitas/pembunuhan) dan jangan pula kamu membentak mereka dan ucapkan kepada mereka perkataan-perkataan yang mulia. Adajuga bentuk aktualisasi akhlak kepada ortu yang sudah tiada diantaranya : (1) mendo’akan kedua orang tua yang sudah meninggal, (2) meminta ampunan untuk kedua orang, (3) mengingat dan melaksanakan nasehat-nasehatnya, juga menunaikan janji oranag tua apabila semasih hidup mempunyai janji yang belum terpenuhi, (4) menjalin persahabatan/tali silaturahim dengan saudara, sahabat orang tua ketika masih hidup dan juga memuliakan teman-teman orang tua, (5) sering-sering menjenguk/menziarahi kubur orang tua.

Kenyataan dalam kesseharian, setiap manusia tidak akan pernah bisa lepas dari peran dan jasa orang tua. Kehadiaran mereka merupakan sosok yang banyak mencurahkan kasih sayang, perhatian, pengertian bahkan memenuhi segala kecukupan anak-anaknya. Orang tua telah banyak mersakan dan memikul beban penderitaan dan pengorbanan dalam bentuk yang sulit dibayangkan. Itu semua semata-mata demi pelita hati/buah hati yang sangat dicintainnya. Oleh karena itu, sangatlah tercela mana kala ada seorang anak yang menghardik dan berbuat buruk kepada kedua orang tuanya. Sayang sekali jika kalian sampai menyakiti hatinya, mengecewakan perasaannya dan yang paling disayangkan jika kalian membunuh kedua orang tua bahkan ibu (surga kita). Kedua orang tua kita telah berusaha semaksimal mungkin agar semua kebutuhan kita terpenuhi dan juga agar kenikmatan selalu ada untuk anak-anaknya kenapa masih ada anak ynag tega membunuh ibu kandungnya sendiri, miris dan kejam sekali dunia saat ini.

Baca Juga:  Mengenal Tafsir Ulama Asia

Akibat seoran anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya diantaranya dimurkai oleh Allah Ta’alaa, menghalangi terkabulnya do’a, celakalah merekamereka di dunia dan akhirat, dilaknat oleh Allah SWT, amal kebajikannya tidak akan diterima oleh Allah, dan shalatnya tidak diterima oleh Allah ta’aala. Selain itu juga ada akibat negatif yaitu : (a) annak-anak yang durhaka terhadap orang tuanya harus menghadapi kendala-kendala yang berat, sulit meraih kebahagian dan kesuksesan dalam hidupnya. Belum lagia jkaia harus menghadapi akan penderitaan yang berat disaat sakaratulmaut. Hal ini pernah terjadi dan terbukti pada jaman Nabi SAW. Beliau sendiri tak sanggup membimbing anak yang durhaka tersebut untuk mempertahankan akan keimannannya, kecuali ketika ibunya memaafkan. (b) anak yang durhaka akan mengalami kesulitan dalam menemukan kedamaian dalam hidupnya sekalipun ia memiliki kemampuan yang sangat profesiaonal atau berkecukupan dalam materi. Bahkan dilihat banyak diantara mereka hampir putus asa dalam hidupnya.

Tolak ukur akan sebuah durhaka kepada kedua orangtua adalah sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, yakni dalam ayat yang telah disampaikan di atas. Ada juga salah seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah SAW., tentang hal-hal durhaka tepatnya seberapa tolak ukur dikatakannya anak durhaka itu “Apakah ukuran durhaka kepada orang tua?” kemudian Nsbi SAW menjawab, “Ketika mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka.” (H.R. Mustadrak Al-Wasaill 15 : 195).  Pada hadis lainjuga Nsbi SAW pernah bersabda kepada sahabatnya sekaligus menantunya yaitu Ali bin Abi Thalib ; “Wahai Ali, barang siapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (H.R. Al-Wasail 21 : 389; Al-Daqih 4 : 371).

Islam menuntut agar setiap anak supaya merendahkan diri saat bertatapan dengan orang tuanya, seperti halnya seekor burung yang menutup sayapnya. Allah telah menjelaskan dalam kalamnya, yang artinya ; “Dan, rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan. Dan, ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya,…”. allah juga menegaskan agar anak tetap berpegang teguh terhadap islam dan tidak mengikuti ajakan orang tuanya, tetapi juga harus tetap menjalankan kewajiban menghrmati kedus orang tua. Allah swt berfirman dalam firman-Nya (Q.S. Al-Ankabut : 8) : “kami pesankan kepada manusia agar mereka menggauli kedua orang tua mereka dengan baik. Jika kedua orang tuanya menyuruhnya untuk berbuat syirik kepada-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuan mu tentang itu, maka janganlah ditaati. Bahwa ketahuilah, hanya kepada-Ku kalian semua akan dikembalikan. Lalu akan aku kabarkan apapun itu yang telah kalian perbuat. Rasulullah Saw juga bersabda, “Bahwa sesungguhnya, dosa yang paling besar disisi Allah adalah dosa seseorang yang melaknat kedua orang tua mereka.” Para sahabat bertanya kepada Rasul, “Bagaimanakah bentuknya seserang itu melaknat kedua orang tuanya?’. Lalu Rasul pun menjawab, “seseorang mengeluarkan kata-kata yang isinya menghina dan mencela keduanya”. (H.R. Bukhari dari Abdullah ibn Amr).

Baca Juga:  Perilaku Menyebalkan "Salah Ora Gelem Ngaku Salah"

Dalam kehidupan seseorang tidak ada yang paling dekat selain kedua orang tua, dan keduanya adalah orang-orang yang paling berjasa besar dalam menjaga dan membearkan seorang anak hingga dewasa. Tidak akan adanya sebuah yang merupakan gambaran  kebahagian bagi orang tua yang akan mereka rasakan selain melihat anak-anaknya tumbuh menjadi rang yang berbakti dan berbudi pekerti luhur dalam kehidupan. Tidak pula orang tua yang menginginkan anak-anaknya jatuh kejurang kenistaan atau kesangsaraan. Kedua orang tua pasti akan berjuang dan usaha sekuat tenaga demi menjadikan anak-anaknya sebagai seseorang yang sukses dunia akhirat. Seharusnya anak-anak bersykur akan nikmat dan jasa-jasa yang diberikan oleh orang tua sebagaimana syukur seorang hamba kepada Sang pencipta. Allahu ta’alaa menempatkan rasa syukur kepda kedua orang tua sebagai syukkur kedua setelah rasa syukur kepada-Nya. Hal ini dijadikan indikasi sebuah keharusan supaya anak bersyukur kepada kduaorang tua. Rasa syukur terhadap orang tua banyak ragamnya, dan bisa dilakukan dan dikerjakan kapanpun dan dimanapun itu. Berbakti dan syukur seorang anak kepada keduanya harus tetap dilakukan baik itu keduanya masih hidup atau bahakn sudah tiada. []

REFERENSI

Supriono Arif., (2004), Seratus Cerita Tentang Akhlak., Jakarta : Hikmah Republika Anggota IKAPI DKI Jakarta.

Aminudin H dan Syuhada Harjan., (2001), Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas X., Jakarta : PT Bumi Aksara.

Waid Ahfa., (2019), Sayangi Ibumu., Yogyakarta : Laksana (Sammpangan Gg. Perkutut No 325-B Jln. Wonosari, Yogyakarta.

Halimatussa’diyah., (2020), Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Multikultural., Surabaya : CV. Jakad Media Publishing Anggota IKAPI.

Nasik Khirun, S.H.I., M.H.I., dkk., (2021), Kajian Akhlak ; Asrama Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura., Madura : Media Nusa Kreatif (MNC Publishing).

Tim Dosen PAI., (2012), Bunga Rampai Penelitian Dalam Pendidikan Agama Islam., Yogyakarta : Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utama).

Siti Munawaroh
Mahasiswi IAIN Pekalongan

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini