Ngerinya Mulut Tetangga dan Babi Ngepet

Untuk kesekian kalinya kota Depok bikin geger warganet. Pasalnya, ada seorang warga berhasil melaporkan temuan baru yang barangkali tak bisa dilakukan oleh doktor sepintar apapun di Indonesia, yaitu babi ngepet. Warga penemu babi ngepet beralasan telah memantau tetangganya yang (terlihat) menganggur tapi berduit banyak. Hal tersebut membikin ia curiga, ditambah ia telah menemukan babi ngepet, kecurigaan kian membuncah sampai ke ubun-ubun.

Temuan di atas, jujur saja, membuat saya dan mungkin warganet lain, merasa sedih. Mengapa patut sedih?

Gimana tak sedih, temuan di Depok tersebut menjadi bukti sahih bahwa masih banyak orang tak tau profesi apa saja yang bisa dilakukan sambil ongkang-ongkang kaki dan ngopi santai tapi rekening terus terisi. Sekarang, kian banyak pekerjaan yang tak perlu diikat dengan jam kerja yang kaku serta pakaian formal.

Forex trader, misalnya. Cukup modal hape, atau komputer dengan akses internet. Bosan di rumah? Aktivitas trading bisa dilakukan di kafe, di rumah teman, atau di mana saja asal nyaman. Trader sukses bisa berpenghasilan tinggi. Ia bisa meraup duit setara UMR kota Malang dalam waktu …. beberapa detik.

Redaktur media online pun begitu. Tak perlu pergi ngantor. Pantau saja aktivitas pemberitaan secara daring. Mau unggah berita terbaru juga bisa dilakukan di kafe, asal ada akses internet. Soal pakaian? Kaos oblong, celana jeans, bahkan sarung pun bisa jadi outfit harian. Kerjanya juga bisa dilakukan sambil nyanyi-nyanyi tak jelas.

Atau, yang sedang ramai saat ini? Trading crypto, salah satunya. Kalau punya modal gede, beli alat mining crypto. Siapa sangka harga sekeping koin Bitcoin setara dengan harga rumah di kota Malang? Atau harga sekeping koin Ethereum setara dengan Macbook Pro 2020?

Guyonan di kedai kopi, crypto ibarat tuyul digital. Ditambah dengan makin merebaknya NFT (non-fungible token). Lukisan NFT milik Denny JA bisa terjual seharga 1 Miliar. Denny JA juga menjual cuitannya di Twitter seharga 100 juta lewat NFT.

Lalu, apa sebab semua profesi tadi dicurigai berkaitan erat dengan babi ngepet, misalnya?

Akses yang tidak merata. Hal itu bisa terkait banyak hal, seperti akses terhadap informasi, pendidikan yang kurang memadai, kesenjangan ekonomi yang parah dan sebagainya. Ketidakmerataan tersebut bisa membikin orang tak sehat dalam melihat laku hidup orang lain.

Dari peristiwa Depok, ada yang unik yang perlu direnungkan bersama.

Tetangga, pada waktu tertentu, bisa menjadi musuh yang tak kenal belas kasih. Bayangkan Anda seorang konsultan online yang sukses. Hidup cuma di rumah saja. Sekali keluar, hanya sekedar ngopi bareng sobat senja. Sekali saja tetangga julid, lalu gibahin dan melintir informasi, kelar hidup Anda.

Bila bertemu dengan tetangga model begituan, tugas kita adalah sebisa mungkin tetap akur dengan tetangga tersebut. Bila ditanya soal pekerjaan, jawab saja. Bila perlu ajak tetangga tersebut siapa tahu berminat. Syukur kalau finansial tetangga ikut terdongkrak.

Anyway, tulisan ini bukan ditulis oleh seorang trader kaya, atau pegiat crypto yang sukses. Saya menulis coretan ini sebagai bentuk keresahan karena pernah berada pada posisi digibahin tetangga karena pekerjaan yang tak jelas. Cuma, beruntung saya tidak dikira punya babi buat ngepet. Kalau lilinnya saja, saya punya.

Tak lupa saya ucapkan Selamat Hari Buruh 2021. []

Hanif Nanda Zakaria
Penulis Buku "Bang Ojol Menulis" Alumnus Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

    Rekomendasi

    tertawa syar'i
    Humor

    Tertawa Syar’i

    Anda suka tertawa dan atau membuat orang lain terbahak-ngakak? Pernahkah Anda menertawakan diri ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini