Ngaji Kitab Al-Akhlaq Aristoteles: Nicomachea (5)

Nicomachea banyak dibicarakan oleh para sarjana Islam klasik Arab. Terdapat di dalam literasi sejarah ilmu pengetahuan dan pemikiran, kedokteran, musik, filsafat, biologi, botani, literasi ensiklopedia para tokoh dan pemikir/filsuf, dan berbagai ragam literasi yang lain. Khususnya dalam literatur ensiklopedia yang ditulis sarjana Islam klasik.

Di antara yang menyebut Nicomachea yaitu Sha’id al-Andalusyi (1029-1070 M.) dalam kitabnya “Thabaqat al-Umam”, dengan mengatakan bahwa, “buku akhlak yang ditulis Aristoteles. Buku tersebut menjelaskan tentang memperbaiki akhlak seseorang. Buku besar yang ditulis Aristoteles tentang akhlak diberikan kepada anaknya, dan buku kecil yang ditulis Aristoteles yang menjelaskan akhlak diberikan kepada anaknya yang lain. Buku kecil itu diberi nama Odemian atau Eudemus.”

Sha’id menginformasikan bahwa Aristoteles menulis kitab kecil dan kitab besar yang sama-sama menjelaskan tentang akhlak. Kitab kecil dinamakan dengan Eudemus. Maka yang dimaksud dengan kitab besar tentang etika itu adalah Nicomachea. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Ibnu Aby Ushaibi’ah (wafat 668 H.) dengan mengutip Sha’id al-Andalusy juga menyebutkan kitab akhlak Aristoteles dalam kitabnya, “’Uyun al-Anba fi Thabaqat al-Athibba”. Ia mengatakan bahwa, “Makalah kecil di dalam kitab al-Akhlaq yang ditulis Aristoteles untuk Eudemus yang dinamakan dengan Eticha Eudemus, yang berisi delapan makalah”. Sedangkan Nicomachea berisi sepuluh makalah panjang.

Berbeda lagi dengan al-Farabi, yang mengatakan ada Nikomakus al-Shaghir (Nicomachea Kecil) dan Nikomakus al-Kabir (Nicomachea Besar). Mungkin yang dimaksudkan al-Farabi, kitab kecil adalah Eudemus dan kitab besar adalah Nicomachea. Sebab, barang kali, pada masa al-Farabi, keduanya tidak atau belum disematkan judul Nicomachea dan Eudemus, dan keduanya berbicara satu tema yang sama yaitu akhlak. Aristoteles sendiri pun tidak memberi judul kedua naskahnya itu dengan tajuk Nicomachea dan Eudemus.

Baca Juga:  Ngaji Kitab Nashaih: Takwa Kunci Kebahagiaan

Ibnu Nadhim pun dalam kitabnya yang terkenal, al-Fihrisat, yang ditulis pada tahun 374 H., mengatakan “Di antara kitab karya Aristoteles, yang telah disalin oleh Yahya bin ‘Adiy, yaitu kitab Aristoteles yang berjudul Kitab al-Akhlaq: yang telah diberi tafsir penjelasan oleh Furfurius sebanyak dua belas makalah, dan dinulik oleh Ishaq bin Husein. Dan kitab al-Akhlaq karya Aristoteles yang ditulisan Ishaq bin Husein yang beberapa makalahnya ditafsirkan oleh Tamstius ada di sisi Aby Zakariya bin ‘Ady. Lalu dikeluarkan dalam bahasa Suryani”.

Al-Qifthy dalam kitabnya “Ikhbar al-‘Ulama bi-Ikhbar al-Hukama”, dalam bab al-Khalqiyat, juga menjelaskan kitab Akhlak karya Aristoteles sama persis sebagaimana yang dikatakan Ibnu Nadhim.

Apa yang dijelaskan Ibnu Nadhim dan al-Qifthy, bahwa kitab al-Akhlaq karya Aristoteles yang disertai dengan tafsir Tamstius itu merupakan terjemahan Ishaq bin Hunein ke dalam bahasa Suryani. Sedangkan kitab al-Akhlaq karya Aristoteles yang diterjemah Ishaq bin Husein ke dalam bahasa Arab merupakan naskah orisinil, tanpa menyertakan penafsiran Tamstius (saya tidak tahu pasti penulisan Yunaninya seperti apa nama Tamstius ini).

Tentu saja bukan hanya Nicomachea dan Eudemus saja yang dijelaskan dalam literasi para sarjana Islam klasik, akan tetapi juga menjelaskan karya-karya Aristoteles yang lainnya. Dan ternyata, sarjana Islam klasik yang gandrung filsafat dan mantik Yunani, khususnya Aristoteles, bukan belasan atau puluhan orang, akan tetapi mencapai ratusan orang.

Adalah Nicholas Rescher dalam bukunya “The Development of Arabic Logic” yang diterbitkan University of Pittsburgh, tahun 1964, dan diterjemah ke Arab oleh Dr. Muhammad Mahran dengan judul “Tathawwur al-Mantiq al-‘Araby”, tahun 1985, terbit di Mesir, berhasil menginventarisir ratusan nama ulama atau sarjana Islam klasik yang gandrung dengan filsafat dan mantik. Mungkin tidak akan disebutkan satu persatu di tulisan ini, dan akan dituliskan secara rinci nanti kalau sudah dalam bentuk buku komphrehensif.  Tapi saya akan menjelaskan beberapa nama saja, insyaAllah. [HW]

Mukti Ali Qusyairi
Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir dan Santri Alumni PP Lirboyo Kediri

    Rekomendasi

    Qodim dan khawadits
    Opini

    Qodim dan Khawadits

    Tuhan memiliki sifat qidam, yang bermakna bahwa Tuhan merupakan eksistensi pertama yang bahkan ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini