Santri

Ngaji Berkah, Tanpa Masalah

freepik.com

Kamis pekan lalu, seminar besar itu tiba-tiba bubar. Konon ada film biru, nyelip ditengahnya.

Padahal ini kelas nasional. Penyelenggaranya pun tidak sembarangan, dewan tertinggi pengawal teknologi informasi dan komunikasi negeri ini, bersama kementerian dibidangnya. Yang dibahas pun isu tentang keamanan pula.

Insiden ini membuat platfom konferensi video online terkenal menjadi tertuduh. Tidak aman. Gampang dibobol. Begitulah kata netizen yang merasa selalu benar, dengan segala postingannya.

Kebetulan, Sabtu siangnya waktu Den Haag, ada diskusi online membahas kejadian ini. Daku yang penasaran pun segera bergegas, mendaftar sebagai pendengar.

Hadir di situ praktisi perusahaan profesional. Biasa selenggarakan webinar, dengan platform serupa. Hadir pula mantan peserta seminar Kamis biru, jelaskan kronologinya.

Berdasar kisah situasi dan kronologi, panitia hari Kamis diduga menggunakan platform dengan paket dan setingan yang kurang pas. Kalau tidak boleh dibilang keliru.

Sebagaimana diketahui, saat ini banyak merk platform video konferensi online. Beserta beragam paket yang bisa kita pilih. Sesuai kebutuhan dan kemampuan.

Dari yang gratisan, sampai profesional dengan peserta ribuan. Ada paket untuk meeting biasa, juga ada paket seminar dengan tokoh sebagai pembicara.

Pengetahuan dan pengalaman untuk memilih paket aplikasi ini sangat penting, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Berdasar kesaksian peserta, panitia hari Kamis diduga menggunakan platform paket Cloud Meeting untuk seminar. Hal ini ditandai dengan bisa terdengarnya suara dari ratusan peserta. Siapapun yang menge-klik link undangan, langsung bisa muncul dan mampu bersuara. Tanpa perlu menunggu verifikasi.

Platform paket webinar yang lebih mahal, dapat disetting sesuai kondisi seminar yang sebenarnya. Bahwa nara sumber saja yang berbicara. Pendengar baru bisa bertanya dan muncul suaranya, hanya saat jika diberi akses oleh admin.

Baca Juga:  Prof Misri dari UIN Ar-Raniry dan Adung Staffsus Menag dalam Webinar Nasional Paparkan Metode Pencegahan Radikalisme

Lebih parah lagi, admin hari Kamis diduga membiarkan setingan auto default, apa adanya. Hingga semua peserta mempunyai kebebasan untuk mengganti namanya. Bahkan bebas, membagikan layarnya pula.

Sudah salah pilih paket, keliru pula setingannya. Jahil murrokab, begitu kata mas santri.

Menurut sang nara sumber, di jaman serba harus di rumah ini, aplikasi konferensi online sedang menemukan momentumnya. Sayang sekali pemahaman khalayak umum masih sangat minimalis. Sebatas alat komunikasi jarak jauh, live dan interaktif. Plus bisa membagikan konten presentasi.

Belum banyak ahli IT, bahkan pada tataran tertinggi negeri ini, yang memahami dengan betul, seluk beluknya. Bisa jadi karena tergagap, akan perubahan tren yang begitu cepat.

Sementara itu, Ramadhan sudah begitu dekatnya. Beragam pamflet dan pengumuman bersliweran di dunia maya. Untuk ngaji online, bersama pesantren-pesantren se-Indonesia.

Ini perlu diwaspadai.

Jangan sampai niat mulia ini, tercoreng kejahilan tanpa disengaja. Para santri admin pengajian online itu harus berusaha belajar sekuat tenaga. Mengamankan dawuh para kyainya, tersiar aman ke seluruh dunia.

Hal yang perlu diperhatikan adalah, baca petunjuk manualnya. Pahami betul alat atau tool yang digunakan. Apapun merk dan namanya. Semua platform, tentu punya standar operasional keamanan. Ada setingannya. Jangan biarkan sekali-kali dia dalam kondisi auto, bawaan pabrik, apa adanya.

Menurut para pakar yang berpengalaman, jalankan beberapa langkah ini, agar terhindar dari tragedi fatal nan memalukan:

  1. Gunakan platform khusus paket webinar. Tentu sedikit lebih mahal. Namun aplikasi paket jenis ini memiliki hirarki yang panjang mulai host, co-host, panelist dan attendee. Hirarki ini berbeda dengan aplikasi paket meeting biasa yang hanya ada dua saja: host dan participant. Dalam webinar, hanya host, co-host dan panelist yang bisa membagikan konten menggunakan fitur share page. Sedangkan attendee sebagai jamaah hanya bisa mengikuti dan mendengarkan.
  2. Siapkan minimal 2 santri sebagai admin yang memelototin layar setiap detik. Bergantian memantau aktivitas pengajian secara keseluruhan. Berikan pelatihan dan simulasi dalam beberapa situasi, agar admin benar-benar menguasai teknologinya.
  3. Gunakan password. Dan selalu baru, untuk tiap pengajian. Buang jauh-jauh cara berpikir ‘’password bikin ribet’’. Ibaratnya password adalah kunci gerbang depan pesantren kita. Yang sedang menyelenggarakan acara pengajian Kyai junjungan kita.
  4. Wajibkan jamaah pengajian melakukan registrasi, meski dengan cara yang paling sederhana. Singkirkan pula cara berpikir ‘’registrasi bikin repot’’. Registrasi adalah cara kita mengenali siapa saja yang akan hadir dalam pengajian itu. Toh cuman 1-2 menit. Bagi yang serius ingin ngaji, tentu tidak memberatkan.
  5. Gunakan fitur waiting room, ruang tunggu. Biarkan jamaah yang baru datang menunggu dulu, sebelum diperkenankan masuk ke ruang ngaji. Sampai kita yakin bahwa orang tersebut benar-benar orang yang ada dalam daftar registrasi. Atau telah menunjukkan identitasnya, yang nyata, bukan fiktif, bukan pula robot. Apalagi setan, yang terkutuk.
  6. Gunakan fitur otentifikasi untuk jamaah. Fitur ini bisa diaktifkan apabila kita sudah memiliki email orang-orang yang mendaftar ikut pengajian. Masukkan semua email mereka dalam daftar undangan. Hanya pemilik email tersebut yang bisa mengikuti.
  7. Untuk pengajian terbatas, gunakan fitur lock meeting, jika diperlukan. Bila fitur ini diaktifkan, jamaah yang terlambat hadir tidak serta merta bisa mengikuti pengajian kita. Tidak ada penambahan jamaah baru selama pengajian berlangsung. Aman tanpa gangguan.
Baca Juga:  Bagaimana cara Santri Merespon Ustaz Medsos?

Demikian, semoga bermanfaat dan berkah. Terima kasih kepada pak Joko Intarto dari Jagaters, dan pak Anab Afifi Ori yang telah menginspirasi catatan ini.

Santri Londo
Alumni Pondok Tremas, Mukim di Belanda

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Santri