Kabar terbaru penikam Wiranto adalah seorang muslim & muslimah yang terpapar radikalisme. Akar historisnya gamblang jika anda pengkaji sejarah keislaman (tarikh islami). Sejarah mencatat, berawal dari Kelompok khawarij. Kelompok yang merasa paling suci, paling benar sendiri hingga membunuh sang khalifah Ali, menantu kinasih baginda Nabi.

Mereka yang semula pengikut sang khalifah, tetiba menjadi oposisi dan membangkang pada khalifah. Puncaknya pada suatu subuh di bulan Ramadhan. Sang khalifah ditikam kala menjadi imam sholat subuh. “Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai Ali!” sahut Ibnu Muljam sembari menikam tubuh menantu Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.

Ya, penikamnya bernama Abdullah Ibnu Muljam. Seorang hafidz Al-qur’an yang menghabiskan siangnya untuk berpuasa dan mendirikan sholat di waktu malam. Kerap mengutip ayat suci tapi digunakan untuk membenarkan kebatilanya karena merasa diri paling benar sendiri.

Ketika ditangkap, Ibnu Muljam berteriak meronta sembari mengutip firman Allah: “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya.” (Al-Baqarah: 207).

Jika ditarik pada gerakan islam radikal di Indonesia. Sebagaimana data yang dipaparkan dalam buku Negara Pancasila karya KH. As’ad Said Ali. Gelombang gerakan islam radikal di Indonesia mayoritas berasal dari luar negeri (trans-nasional) mereka mulai masuk dan mendapatkan ruang pasca reformasi hingga kini.

Gus Baha’ dalam salah satu pengajianya pernah memaparkan bahwa akar khawarij adalah merasa diri paling suci, benar sendiri hingga menghalalkan kekerasan dan intoleransi. Dan jelas ini menjadi duri bagi kelompok Islam moderat seperti NU dan Muhammadiyah.

Semuanya akan jadi gamblang. Gelombang kebencian yang terorganisir pada NU selama ini datang dari beragam sumber, termasuk dari mereka kelompik ekstrem yang menginginkan konsepsi negara kita dirubah.

Baca Juga:  Melihat Jejak Awal Kemunculan Radikalisme

Di balik kilasan sejarah dan tragedi hari ini sesungguhnya ada pesan tersisipkan bagi generasi milenial untuk masa depan moderasi beragama. Yakni agar selektif dalam belajar Agama tidak serampangan mengikuti trand hijrah tanpa ilmu.

Orang yang baik bisa jadi jahat jika salah pengajian atau belajar dari orang yang salah. Solusinya bukan daulah islamiyah juga bukan khilafah islamiyah tapi solusi nyatanya adalah ngaji. Karena segala faham yang salah selama ini berasal dari penyakit bernama kebodohan.

Semangat agama yang tinggi, tanpa didasari ilmu akan bahaya. kama qola KH. Musthofa Bisri.

Abdur Rouf Hanif
Ketua Lakpesdam PCNU Tanggamus, Lampung.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Berita