Nasihat al-Buthi

Dalam suatu ceramah, Syeikh al-Buthi pernah mengatakan bahwa ibadah itu bukan satu-satunya yang menjamin kedekatan hamba kepada Tuhannya. Masih banyak orang-orang yang beribadah, shalat, zakat, puasa dan haji sekalipun, tetapi justru tidak mendapatkan buah dari ibadah itu.

Mengapa? Karena ibadah kepada Allah yang dilakukan dengan tidak tulus dan bahkan cenderung membangga-banggakan ibadahnya, sejatinya amal ibadah itu di sisi Allah sia-sia belaka. Orang yang shalat dan merasa shalatnya paling sempurna, kemudian membanggakan shalatnya adalah orang-orang merugi.

Menurut Syeikh al-Buthi, perkara yang dapat mendekatkan diri seorang hamba kepada Tuhannya adalah sikap menghambakan diri kepada-Nya, menghinakan dan merendahkan diri dihadapan Tuhannya. Hamba yang senantiasa merasa butuh pertolongan Tuhannya karena ketidaksempurnaan dirinya, inilah hamba-hamba yang senantiasa dekat dengan-Nya.

Syeikh al-Buthi mengajarkan munajat kepada Allah dengan penuh penghambaan berikut:

يا ربي أنا عبدك، الموبق المرتكب المثقل بالأوزار المثقل بالمعاصي
أنا عبدك الفقير الباعث المسكين
وقفت ببابك أنا متبرئ من أوهام حولي وقوتي ولا حول لي ابدا وقوة لي ابدا
أنا جئت متجرد إلى باب كرمك وجودك جئت متجرد من كل شيء
ابسط كف الرجاء وكف الحاجة والسؤال إلى بابك
فيا ربي اعطني يا ربي ارحمني يا ربي اجبر كسر قلبي

Maksudnya: “Wahai Tuhanku, aku hamba-Mu, seorang penjahat, pendosa, banyak kesalahan, penuh kemaksiatan. Aku hamba-Mu yang lemah, aku berdiri di pintu-Mu dalam keadaan tiada daya dan kekuatan. Aku datang menuju pintu kemurahan-Mu. Aku meminta ampunan-Mu dari segala kesalahan dengan penuh pengharapan, penuh rasa butuh di hadapan-Mu. Wahai Tuhanku, kabulkan permohonanku, sayangilah aku dan sembuhkan kegundahan hatiku.”

Inilah pengakuan tulus seorang hamba akan senantiasa dekat kepada Allah.

Baca Juga:  Al-Būtī: Jangan "Menghakimi" Orang Lain

Hamba yang sadar dengan kekurangan dirinya, tetapi senantiasa bermunajat kepada Tuhannya dengan pengakuan yang tulus atas ketidaksempurnaanya adalah orang-orang yang dekat kepada Tuhannya. Meskipun ibadahnya tidak banyak, sekadar menunaikan yang wajib-wajib saja. Atau bahkan terkadang tergelincir dalam kemaksiatan sekalipun.

Jadi, pengakuan hamba atas kekurangan dan kelemahannya serta dibarengi dengan senantiasa “ndepe-ndepe” kepada Allah, inilah jalan mendekatkan diri hamba kepada Tuhannya yang paling mujarab. []

Moh Mufid
Redaktur Maqasid Centre, Penulis Buku dan Dosen Maqasid Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Santri Alumni PP Mambaul Ulum Dagan Lamongan, PP Tambakberas Jombang, dan PP Salafiyah Safi'iyyah Asembagus Situbondo, Alumni Fakultas Syariah Wal Qanun Al-Ahgaff University Hadhramaut Yaman, Alumni Magister Filsafat Hukum Islam IAIN Antasari Banjarmasin dan Doctoral UIN Alauddin Makassar.

    Rekomendasi

    Kisah

    Potret Sang Nabi

    Tak satupun dari sisi kehidupan ini yang tak dicontoh-teladankan oleh Baginda, mulai dari ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Ulama