Metode Sorogan dalam Perspektif Hadits

Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga yang fokus mengajarkan pendidikan keagamaan kepada para santrinya dalam sebuah lingkup wilayah. Pondok pesantren sejatinya telah berdiri sejak zaman walisongo, sekitar abad ke 17. Sistem pendidikan di pesantren berbeda dengan sistem pendidikan pemerintah, dimana pesantren masih memegang erat budaya yakni sorogan. Budaya ini masih lestari hingga sekarang dan dijadikan sebagai pembelajaran utama di pesantren-pesantren salaf.

Metode sorogan ini acap dijadikan pembelajaran santri dalam memperdalam ajaran islam yang termaktup di dalam kitab kuning atau turats. Menurut Bahasa kata sorogan berasal dari Bahasa jawa yaitu sorog yang artinya menyodorkan. Dengan metode ini, santri akan menyodorkan kitab dan materi yang akan dibacanya kepada ustadz secara talaqqi atau khusus atau dalam kata lain disebut praktik

Dalam praktiknya, santri akan diberikan kesempatan oleh ustadz atau kyai yang ahli dalam kitab kuning untuk menyimak materi/bab yang akan dibacakan santri. Sebelum santri akan maju untuk menyetorkan bacaanya biasanya para ustadz maupun kyai menginstruksikan kepada semua santri untuk mempelajarinya terlebih dahulu

Kemudian kyai akan membimbing, mengawasi serta menilai bacaan yang telah dibaca oleh santri. Jikalau ada kesalahan baik berupa harakat maupun pemahaman, kyai akan membenarkan bacaanya dan menyuruh santrinya untuk mengulang bacaan pada pertemuan selanjutnya, adapun kalau dirasa sudah cukup baik dalam segi murod maupun pemahaman maka akan diperbolehkan untuk lanjut ke materi berikutnya. Dengan adanya metode ini kyai dapat menilai perkembangan kemampuan para santri secara langsung.

Bagi santri sendiri kesalahan ketika menyetorkan materi bukan sebuah aib, malah sebuah kebahagiaan. Ada pula yang mempunyai prinsip “Santri wajib salah “. Adapun maksud dari prinsip tersebut selama proses pembelajaran kesalahan merupakan sebuah hal yang lumrah jadi jangan takut akan sebuah kesalahan yang paling penting berani mencoba.

Baca Juga:  Reinterpretasi Hadits Tentang Matahari Bersujud di Malam Hari

Kelebihan dari metode ini yaitu sangat efektik untuk mendorong peningkatan intelektual dan logika santri dalam memahami kitab kuning yang semua hurufnya tidak berharakat. Yang lebih istimewanya lagi keilmuan yang diperoleh santri sanadnya terjaga dan bersambung hingga rosulullah saw. Seperti yang dicontohkan oleh rosulullah dalam sebuah hadits arbain nawawi

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. [رواه مسلم]

Artinya:

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata: Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata: “anda benar“. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata: “anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan“. Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya“. Dia berkata:  “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda:  “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”. aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian“. (Riwayat Muslim)

Baca Juga:  Hadits Romantisme Rasulullah saw pada Malam Nishfu Sya'ban

Dalam hadits diatas terdapat sebuah peristiwa yang menarik untuk dibahas. pada redaksi حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ. Secara makna dari potongan hadits diatas sangat berkaitan dengan budaya sorogan yang ada di pesantren. Hal ini dapat dibuktikan dengan kesamaan praktek dalam pembelajaran kitab-kitab turats. Dimana santri dan kyai duduk bersama dalam sebuah majelis lalu santri menyodorkan bab yang ingin dibacanya. Kesamaan tersebut dapat diperoloeh karena hadits merupakan sumber ajaran ke-2 setelah Al-Qur’an. Dan menjadi hujjah bagi umat Islam. []

Haikal Atilla Lamid
Siswa MANPK Denanyar Jombang

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini