Menjadi Pendengar yang Tulus

Beberapa hari terakhir ini, sahabat dan teman dekat saya banyak yang menceritakan masalah pribadi mereka kepada saya. Baik dari masalah Pendidikan, ekonomi, keluarga, hingga percintaan. Semakin sering saya mendengarkan masalah dari banyak teman saya, semakin saya sadari bahwa terkadang mereka tak butuh solusi, tak butuh nasihat, namun mereka hanya butuh didengarkan.

Mendengar dan mendengarkan adalah dua kata dengan makna yang berbeda. Di dalam KBBI, mendengar memiliki arti dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga. Kita sadari atau tidak, jika ada bunyi atau suara dengan tiba-tiba, maka alat pendengar kita dengan otomatis dapat mendengarnya. Pendengaran memproses suara melalui telinga dan masuk ke otak dimana itu akan diproses menjadi sumber informasi yang dapat di dengar. Mendengar terjadi dan atau tanpa persetujuan seseorang.

Sedangkan, mendengarkan memiliki arti aktivitas menangkap suara dengan sungguh-sungguh. Mendengarkan merupakan aktivitas alamiah yang dapat dilakukan oleh semua orang. Contoh sederhana adalah ketika orang tua mendengarkan curhatan sang anak ketika pulang sekolah, seorang kakak yang mendengarkan curhatan sang adik tentang hari pertamanya bekerja, ataupun seseorang yang mendengarkan curhatan temannya tentang masalah keluarga atau asmaranya.

Menjadi pendengar yang baik bukan hanya dihargai dan dihormati oleh orang lain, pasti dia akan disukai oleh banyak orang. Harus kita akui bahwa bahwa manusia cenderung lebih suka didengar daripada mendengarkan. secara logika, manusia memiliki dua telinga dan satu mulut, ini memiliki makna bahwa kita sebagai manusia dapat mendengarkan dua kali lebih banyak daripada berbicara.

Dari sebuah laman facebook NET Nitizen Journalist, Saya pernah membaca : ”saat berbicara kamu hanya mengulang apa yang kamu sudah tahu, namun saat kamu mendengarkan kamu akan belajar hal baru”(Dalai Lama). Dengan mendengarkan akan membuat wawasan kita semakin terbuka. Melalui cerita orang lain, kita akan mengalami sesuatu secara tidak langsung. Sehingga, kita dapat mengambil pelajaran dari kejadian tersebut melalui cerita orang lain.

Yang saya yakini hingga saat ini adalah kita semua butuh pendengar yang tulus di dunia ini, yang mendengarkan tanpa menyalahkan, yang mendengarkan tanpa mencela, yang mendengarkan tanpa menghakimi. Jika tak kau temui orang seperti itu, maka jadilah satu diantaranya. []

Mustika Masrur
Mahasiswa UIN Raden Intan Lampung dan Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung

    Rekomendasi

    Opini

    Pendidikan Era Covid19

    Covid-19 menciptakan problem baru pendidikan dan berpotensi mendorong inovasi pendidikan dan pembelajaran” – ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini