Menggapai Khaira Ummah Bersama Nahdlatul Ulama

Bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan “mulia” diantara dua belas bulan yang diturunkan Allah SWT. Di dalam bulan ini, banyak peristiwa bersejarah yang terjadi.

Diantara yang menjadi topik utama dalam bulan Rajab ini adalah peristiwa Isra’ Rasulullah SAW dari Makkah ke al-Quds kemudian Mi’raj beliau Nabi SAW dari Baitul Maqdis menuju Sidhratal Muntaha.

Selain sejarah tersebut, Rajab juga menyimpan sebuah sejarah penting untuk diingat. Khususnya bagi kaum muslimin Indonesia yakni lahirnya Jam’iyyah Nahdlatul Ulama pada 16 Rajab 1344 Hijriyah.

Khaira ummah tidak hanya sebagai kemuliaan yang melekat secara otomatis kepada kaum Muslimin, tapi juga mengandung konsekuensi sekaligus tantangan sebagai upaya untuk mewujudkannya agar mampu tampil berperan dalam panggung sejarah dunia.

Firman Allah SWT :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

“Kamu sekalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena) kamu menyeru (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekirnya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali Imran 110)

Menurut Ibnu Katsir, ayat ini mengabarkan tentang umat Nabi Muhammad SAW bahwa mereka adalah sebaik-baik umat meskipun khithob ayat ini ditujukan kepada kaum muslimin yang hidup bersamanya, namun berlaku secara umum bagi seluruh umatnya disetiap kurun waktu hingga kini.

Sahabat Abu Hurairah ra. berkata, yang dimaksud dengan khoiro ummah adalah umat Islam termasuk kita adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, maka kita harus mengajak manusia kepada ajaran Islam. (Tafsir Imam At-Thobari).

Baca Juga:  NU Pacet dan Banser Cipanas Cianjur Gelar Dialog Kebangsaan

Sedangkan menurut Ibnu Abbas, khoiro ummah adalah mereka para sahabat yang turut hijrah bersama Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah dan ikut serta dalam perang Badar dan perjanjian Hudaibiyah.

Lebih umum Sahabat Umar bin Khaththab berkata, siapa saja yang memenuhi kriteria pada ayat di atas maka mereka layak menyandang predikat khoiro umah.

Nahdlatul Ulama adalah organisasi ke-agama-an dan sosial kemasyarakatan. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan salah satu tugas Nahdlatul Ulama dalam menjalankan organisasinya. Semua itu demi menggapai Khoiro Ummah seperti yang diinginkan Allah SWT pada umat Nabi Muhammad SAW.

Nahdlatul Ulama sangat serius dalam mengajak warganya menggapai Khaira Ummah tersebut. Keseriusan Nahdlatul Ulama dalam memikirkan tatanan masyarakat yang baik di Negara Kesatuaan Republik Indonesia, telah dibuktikan dalam Kongres Nahdlatul Ulama tahun 1935. Di tahun ini, PBNU masih menggunakan nama HBNO (Hoofdbestuur Nahdatoel Oelama) dan masih mengadakan Kongres, belum mengadakan MUNAS. MUNAS dan KONBES baru diadakan pertama kali di Tahun 1981 dan sudah bernama PBNU.

Mabadi Khaira Ummah adalah prinsip pergerakan yang idealnya harus dapat dijalankan oleh setiap anggota NU dalam upaya menciptakan tatanan masyarakat yang baik. Dalam prinsip ini, KH. Mahfudz Shiddiq menyadari bahwa berjalannya sebuah gerakan memerlukan tatanan ekonomi yang baik. Tatanan ekonomi bagi individu maupun kelompok/organisasi.

Prinsip dasar Mabadi Khaira Ummah pada awal dicetuskan oleh KH. Mahfudz Shiddiq memiliki tiga prinsip dasar sikap (trisila mabadi) atau Mabadi Tsalasa.

Ketiganya yakni: As-Shidqu, Al Amanah wal Wafa’ bil ‘Ahdi dan At-Ta’awun.

As-Shidqu adalah Kejujuran. Bermakna bahwa setiap warga NU haruslah bersikap Jujur dan dapat dipercaya sehingga dapat diandalkan dalam menciptakan tatanan masyarakat yang baik sesuai amanah Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

Baca Juga:  PBNU Resmi Tunda Muktamar Ke-34 NU pada Oktober 2021

Al-Amanah wal Wafa’ bil’Ahdi adalah dapat dipercaya dan menepati janji. Prinsip ini meng-amanahkan pada seluruh warga NU agar dalam bersikap selalu menjaga nilai kepercayaan. Dapat diandalkan dalam masyarakat karena sikap menepati segala janjinya.

At-Ta’awun adalah saling tolong menolong. Bermakna ke dalam dan keluar secara umum. Untuk makna intern, diharapkan setiap warga NU dapat memiliki sikap saling tolong menolong antar sesama anggota NU dalam upaya menguatkan organisasi.

Seiring berjalannya waktu, tiga prinsip dasar Mabadi Khaira Ummah tersebut berkembang dengan ditambahkannya dua prinsip dasar lagi pada MUNAS dan KONBES NU tahun 1992 di Bandar Lampung.

Tambahan dua prinsip tersebut, ialah ditambahkannya Al-Istiqamah dan Al-Adalah.

Al-Istiqamah adalah kontinuitas atau berkesinambungan. Hal ini mengamanahkan agar warga NU dalam menjalankan sesuatu haruslah bersifat berkesinambungan tanpa putus/berhenti.

Al-Adalah adalah Adil, yang mensyaratkan sikap keadilan antar sesama warga bangsa demi terciptanya tatanan masyarakat yang baik khususnya tatanan ekonomi negara.

Jelaslah, bahwa Nahdlatul Ulama sejak awal telah terang-terangan dan gamblang dalam mengajak warganya menggapai Khaira Ummah.

Terbukti, di usianya yang ke-99 tahun saat ini Nahdlatul Ulama telah banyak memberi ke-manfaat-an bagi seluruh umat. Bukan saja kepada warga Nahdlatul Ulama, namun kepada seluruh bangsa Indonesia. []

MUHAMMAD ARIEF ALBANI | Februari 2022

HARLAH NAHDLATUL ULAMA KE-99 TAHUN

Muhammad Arief Albani
Penulis adalah alumni Pesantren Tebuireng, saat ini berdomisili di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dan aktif sebagai Pengurus Cabang LTN NU PCNU Banyumas serta ISNU Banyumas. Sebagai Ketua Koperasi Nusantara Banyumas Satria (NUMas) yang bergerak di bidang Pemberdayaan Ekonomi dan Pertanian di Kabupaten Banyumas. Penulis saat ini aktif ber-Khidmat pada Pondok Pesantren Bani Rosul Bantarsoka, Purwokerto Barat, Banyumas, Jawa Tengah yang didirikan oleh Si Mbah KH. Zaenurrohman bin KH. Ahmad Fauzan (Jepara) bin KH. Abdul Rosul (Penggung).

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini