Mengambil dan Menanam Benih Baik dari Al-Qur'an

Setelah dalam tulisan kemarin saya menulis ulang mauidhoh bapak yang menerangkan bahwa tugas seorang penghafal Al-Qur’an adalah menjaga hafalannya setelah dengan penuh kesulitan menyelesaikan hafalan. Juga, bagi yang sudah hafal diharapkan untuk tidak khawatir tentang hidupnya dikemudian hari, karena memang Al-Qur’an adalah sumber yang mengandung banyak hal baik yang bisa dijadikan bekal bagi para penghafalnya. Dan salah satu contohnya adalah surat fatihah. Yang mana surat ini adalah salah satu surat yang bagi umumnya orang islam sudah pasti hafal diluar kepala.

Dalam keterangannya, bapak menerangkan tentang salah satu faedah juga cara mengamalkan wirid fatihah ini. Beliau ngendikan: “Jenenge fatihah, hla niku kenek diarani fatihah karomah. Jeneng liyo maring Sayyid Muhammad Al-Maliki diarani wirdus sa’adah. Padahal niku fatihah. Fatihah karomah, fatihah lek dilakoni wonge dadi keramat (namanya surat Al-Fatihah, tapi bisa juga disebut Fatihah Karomah. Nama lain menurut Sayyid Muhammad Al-Maliki yaitu Wirdus Sa’adah. Padahal itu juga surat Al-Fatihah, namun disebut Fatihah Karomah. Karena siapapun yang mengamalkan amalan ini akan menjadi orang yang mempunyai keramat)”.

Lalu bapak melanjutkan tentang cara mengamalkan fatihah ini, dawuh beliau: “Niki werni kaleh, siji seng dilampahi bakda solat subuh kapeng 30. Bakda solat dzuhur kapeng 25, bakda sholat ashar kapeng 20, bakda sholat maghrib kapeng 15, bakda sholat isya’ kapeng 10. Hlo ngoten niku. Mubeng ngoten niku tok (cara mengamalkan fatihah ini ada dua macam. Yang pertama dibaca setiap hari, dan dibaca setiap selesai sholat subuh sebanyak 30 kali. Setelah sholat dzuhur sebanyak 25 kali. Setelah sholat ashar sebanyak 20 kali. Setelah sholat maghrib sebanyak 15 kali. Dan setelah sholat isya’ dibaca sebanyak 10 kali. Nah seperti itu, dibaca terus dengan putaran seperti itu saja setiap hari)”.

Baca Juga:  Parenting dalam Al-Quran: Pentingnya Peran Ayah dalam Mendidik Anak

Bakdane niku dungo nopo mboten? Diparingi dungo geh kengeng, mboten geh sampun cekap. Mboten nopo-nopo (lalu apakah setelah selesai mengamalkan wiridan fatihah harus berdoa? Ditambahi bacaan doa bisa, tidak ditambahi bacaan doa juga tidak apa-apa. Hanya mewiridkan tanpa berdoa pun sudah cukup)”.

Keterangan ini hanyalah satu contoh yang bisa dilakukan oleh seorang penghafal Al-quran untuk mengambil benih baik dari Al-quran. Juga, bagi yang tidak hafal seluruh Al-quranpun, wiridan ini bisa diamalkan. Dan tambah bapak: “Niku lek puron ngelakoni wes gak karo-karo an( meskipun hanya mengamalkan fatihah ini, namun kalau anda mau mengamalkannya, itu faedahnya sudah tidak karu-karuan banyaknya)”.

Kemudian bapak melanjutkan keterangannya: “Siji kang yaumiah wau. Terus fatihah kang nomer loro fatihah syahriah. Sebulan namung ngelakoni pitung dinten, dikawiti songko dinten ahad awal bulan. Tapi mboten bulan januari. Bulan syawal selo besar niku. Niku rodok angel, mergo niteni dino ahad seng manggon ono awal bulan. Dino ahad fatihah diwaos kapeng 70. Isnain 60. Seloso 50. Rebo 40. Kemis 30. Jum’ah 20. Sabtu 10. Hla namung ngoten niku. Mantun niku mboten moco maleh. Ngenteni mbenjang bulan berikutipun. Nek saget kaleh-kaleh e dilampahi. Nek Kulo loro-lorone kulo lakoni (jenis amalan yang pertama adalah harian, seperti yang saya jelaskan tadi. Nah adapun cara amalan yang kedua adalah fatihah syahriah atau bulanan. Sebulan hanya mewiridkan fatihah selama tujuh hari. Yang mana diawali dari hari ahad pertama disetiap bulannya. Tapi bulan yang januari itu_masehi. Tapi bulan syawal, dan seterusnya itu_bulan hijriah. Ini memang agak sulit, karena harus menandai hari ahad yang berada diawal bulan. Dan caranya sendiri, fatihah dibaca sebanyak 70 kali ketika hari ahad. Senin dibaca 60 kali. Selasa dibaca 50 kali. Rabu dibaca 40 kali. Kamis dibaca 30 kali. Jumat dibaca 20 kali. Dan sabtu dibaca 10 kali. Nah hanya seperti itu caranya. Setelahnya tidak membaca lagi hingga bulan berikutnya. Dan kalau bisa, kedua cara amalan fatihah ini diamalkan. Saya sendiri juga mengamalkan keduanya)”.

Baca Juga:  IQDAM

Bapak kemudian melanjutkan keterangan dan menerangkan tentang keutamaan mengamalkan wiridan fatehah karomah ini: “Keramat niku bahasa arab, coro jowone mulyo (keramat itu bahasa arab, bila diartikan kebahasa jawa maka artinya adalah mulia )”. Maka siapa saja yang mengamalkan wiridan fatihah ini, insyaallah akan dimuliakan oleh Allah. Bapak meyakinkan: “Pun to sampean yakin. Kulo geh insyaallah rodok ajeg. Kulo mulai ngelakoni taseh ten pondok nganti sakniki. Wong nok niki iso diangkat derajate lek nduwe yakin lan cita-cita tinggi. Nek ora nduwe yaqin, ora nduwe cita-cita duwur yo sampean nrimo mung ngono ae (sudah, anda harus yakin. Karena saya pun mengamalkan ini insyaallah 99,9 persen ajeg. Dan sudah mulai mengamalkannya sejak dipondok dulu, hingga sekarang. Dan seseorang, akan diangkat derajatnya apabila mempunyai keyakinan dan cita-cita yang tinggi. Apabila tidak punya keyakinan, dan juga tidak punya cita-cita yang tinggi, maka dia harus menerima menjadi biasa saja )”.

Kemudian bapak memberikan contoh sukses seseorang yang mengamalkan fatihah ini; “Enten cerito. Salah setunggalipun tiang soleh, niku gadah wiridan fatihah syahriah. Tiang niku manggen wonten panggenan kang adoh songko menungso. Piambake wiridane namung fatihah syahriah niku. Kok ketingal keramatipun, iso maringi mangan wong akeh. Mboso diteliti wiridane geh namung niku (ada satu cerita, salah satu orang soleh punya wiridan fatihah syahriah atau bulanan ini. Beliau bertempat disuatu daerah yang jauh dari peradaban manusia. Kemudian dia mengamalkan wiridan ini, dan muncul karomahnya. Beliau bisa menghidupi banyak orang. Setelah diteliti, ternyata amalannya ya hanya fatihah yang syahriah itu )”.

Dan tak lupa, bapak kembali menekankan kepada kita untuk tidak menyia-nyiakan satu sumber hikmah yang telah diberikan oleh Allah, yaitu Al-quran; “Dados geh pramilo sangking meniko, santri-santri sedoyo khususan ingkang nembe dihatami, njenengan mundut ayat utowo surat engkang njenengan senengi (oleh karena itu, santri-santri semua, terutama yang baru saja dihatami ini, anda harus mengambil benih baik yang terkandung didalam Al-Qur’an. Entah itu suatu ayat, atau surat yang anda sukai. Dan kemudian diamalkan sebagai benih baik )”.

Baca Juga:  Saat Kritis: Belajarlah kepada Nabi Yusuf AS

Semoga kita bisa memenuhi harapan baik ini, dan dengan kesadaran mulai menanam benih baik mulai saat ini. Dengan harapan supaya memanen kebaikan nanti, dan menjadi sumber kebahagiaan didua dunia. []

#salamKWAGEAN

Muhammad Muslim Hanan
Santri Alumnus PIM Kajen dan PP Kwagean Kediri

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah