Menelusuri Kiprah Guru Diniyah SMPN 1 Bandar Dua Pijay Mewujudkan Lulusan Berkarakter dan Intelektualitas

Pesantren.ID – Era covid-19 mewabah di bumi ini termasuk negeri syariat Islam Aceh, tidak menjadi penghalang untuk membumikan pendidikan di negeri ini. Anak sebagai generasi penerus agama dan bangsa sejak dini harus ditanamkan dalam jiwa mereka syariat Islam terutama dalam pelaksanaan ibadah wajib salah satunya salat. Terlebih mereka yang sudah beranjak umur memasuki baligh seperti setingkat pendidikan menengah atau SMP.

Menyadari pentingnya ibadah salat disinilah peran orang tua dan pendidik untuk memberikan pencerahan dan pelaksanaan salat yang benar sesuai yang diperintahkan agama. Menjawab fenomena ini SMPN 1 Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya mencoba melakoninya dengan mempraktekkan salat terhadap anak didiknya.

Praktek ibadah salat digagasi oleh para guru diniyah atau guru PBI (Pendidikan Berkarakter Islami) Pidie Jaya. Program ini merupakan  hasil “ijtihad” Tastafi Pidie Jaya di bawah pimpinan Waled Kiran (Tgk. H. Muniruddin M,. Diah, S. Sos) bersama Dinas Pendidikan Pidie Jaya yang di nahkodai sosok “pembaharu” Saiful Rasyid, M. Pd.

Program guru diniyah merupakan program unggulan sang punggawa Pidie Jaya Abuwa-Waled (Ayyub Abbas-Sayed Mulyadi) sejak tahun 2017 hingga masa jabatannya periode kedua kali menjadi sang nakhoda Pijay.

SMPN 1 Bandar Dua di bawah kepemimpinan Hamidah, M. Pd terus melakukan pembaharuan dan pembenahan di berbagai bidang baik sarana dan prasarana juga di bidang peningkatan kualitas baik siswa dan guru. Sosok “srikandi” pencetus salat dhuha di lembaga pendidikan umum (SMP) di Pidie Jaya ini dengan semangat dan antusias menjadikan dunia pendidikan itu bukan hanya transfer of knowledge (ilmu pengetahuan) namun lebih dari itu.

“Meskipun baru di SMPN 1 Bandar Dua diamanahkan menjadi Kepala Sekolah disini, namun berusaha menjadikan dunia pendidikan ini (SMPN 1 Bandar Dua-maksudnya) bukan hanya anak-anak didik dan memberikan ilmunya (Transfer of Knowledge) namun harus di barengi mendidiknya berkarakter dengan mendidik jiwanya dengan akhlakul karimah (Transfer Of Spritual),” katanya saat diskusi ringan beberapa waktu yang silam.

Baca Juga:  Sayyidah Zainab dan Intelektualitas

Selanjutnya, Ibu Hamidah menambahkan dukungan dan partipasi dari semua pihak baik guru, siswa dan orang tua tentunya mutlak dibutuhkan dalam mewujudkan anak-anak didik berkarakter sebagaiamana diharapkan semua pihak.

“Kami berharap peran dan kontribusi para guru diniyah Tastafi-Dinas Pendidikan Pijay yang merupakan guru senior dari dayah di Pidie Jaya melahirkan siswa berkarakter tersebut sangat dibutuhkan,” pintanya.

Menjawab fenomena tersebut, jauh hari sebelum pandemi Covid-19 telah merumuskan beberapa program namun dengan kondisi dan keadaan Corona menyapa bumi Serambi Mekkah awal tahun 2020. Para guru diniyah harus menyesuaikan diri dengan petunjuk dan arahan pemerintah berkaitan dengan Covid-19.

Meskipun demikian, menyahuti harapan Kepala Sekolah SMPN 1 Bandar Dua, para guru diniyah juga berusaha semaksimal mungkin, diantaranya dengan melakukan praktek salat berjamaah anak-anak SMPN 1 Bandar Dua dilakukan berkelompok minimal tiga atau empat siswa dengan seorang imam juga adanya muazzin.

“Kami disini disamping memberikan teori seputaran kajian ilmu syariat baik tasawuf, tauhid dan fikih atau sering disebut TASTAFI, juga melakukan realisasinya dengan praktek kepada anak didik, salah satunya shalat berjamaah, azan dan lainnya,” ungkap Tgk. Bukhari guru diniyah di SMPN 1 Bandar Dua yang juga salah seorang tokoh agamawan Pijay itu.

Tgk Bukhari yang juga Mahasiswa Pascasarjana IAIN Lhokseumawe itu menyebutkan salah satu upaya untuk membentuk karakter anak-anak adalah dengan sebuah pembiasaan. Pembiasaan itu sendiri merupakan sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.

“Pembentukan karakter religius melalui pembiasaan salat itu dengan cara terprogram secara rutin, memberikan nasehat, motivasi dan pengertian tentang pentingnya shalat, tujuannya untuk mendorong semangat siswa dalam mempraktekan salat secara langsung pada waktu yang sudah ditentukan,” lanjut alumni MUDI Samalanga dan IAI Al-Aziziyah Samalanga itu.

Baca Juga:  Sayyidah Zainab dan Intelektualitas

Sementara itu Tgk. Mursalin menyebutkan sejak dirinya diamanahkan menjadi guru diniyah di SMPN 1 Bandar Dua, para anak didiknya sangat antusias dan bersemangat dalam belajar.

“Keasabaran dan metode belajar yang tidak menoton plus sesuai dengan dunia anak-anak harus menjiwai dalam diri seorang pendidik sehingga anak didik bersemangat dalam  belajar,” ungkapnya yang juga alumni Ruhul Fata Seulimuem dan pimpinan Dayah Irsalul Fata Teupin Pukat, kecamatan Meurah Dua.

Tokoh agamawan dan pendidikan yang juga guru SMA Unggul Pijay itu mengatakan di era millennial saat ini seorang pendidik tidak boleh memaksakan metode pendidikan ala sendiri namun harus menyesuaika dengan zaman.

“Ini sesuai dengan pesan dalam sabda Rasulullah SAW: “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”. Artinya, ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan kehidupan masa depan,” paparnya

Tentunya kita semua berharap Covid-19 cepat berlalu dan dunia pendidikan khususnya di SMPN 1 Bandar Dua lewat sang “tangan dingin” murah senyum bukan hanya “hamidah” (hamidah artinya pujian) atas namanya juga “hamidah” untuk SMPN 1 Bandar Dua plus mampu membenahi dan menahkodai sekolah yang berada di ujung negeri Japakeh ini lulusan berkarakter dan dibarengi intelektualitas juga menjadi kiblat dunia pendidikan khususnya Pijay dan Aceh umumnya. [HW]

Helmi Abu Bakar El-Langkawi
Dewan Guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Pengajar di IAI Al-Aziziyah Samalanga, Ketua PC Ansor Pijay.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Berita