Secara etimologi, kata “nabi” berasal dari kata “naba” yang berarti dari tempat yang tinggi, sedangkan pengertian Nabi secara umum adalah seorang manusia laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT yang digunakan untuk dirinya sendiri. Dengan kata lain, wahyu yang diturunkan kepada Nabi kemudian tidak untuk disampaikan kepada umatnya. Wahyu yang didapat tersebut kemudian hanya diamalkan oleh dirinya sendiri dan tidak ada kewajiban menyampaikan kepada umat atau kaumnya.

Pada umumnya umat Islam hanya mengetahui bahwa jumlah Nabi dan Rasul ada 25, tetapi jumlah para Nabi yang sebenarnya itu ada ribuan. “Jumlah para Nabi 124.000 orang, 315 diantaranya mereka adalah Rasul” menurut HR. Ahmad no. 22288 dan sanadnya dinilai shahih oleh al-Albani dalam al-Misykaatu al-Mashoobih. Bagi seorang muslim hanya diwajibkan mengetahui 25 Nabi dan Rasul karena nama-namanya tersebut dalam Alquran yang artinya dalam kisah mereka penuh hikmah yang seorang muslim harus mengetahuinya untuk bahan pelajaran.

Walaupun begitu mengetahui kisah Nabi lain yang namanya tidak tertera di dalam Alquran adalah perilaku yang baik agar menambah wawasan kita sebagai seorang muslim dalam mengetahui perjuangan Nabi-Nabi terdahulu dalam menyebarkan agama islam dan memberantas kebatilan. Sebagai contoh ada kisah Nabi yang bernama Samson atau bisa dipanggil juga dengan nama Nabi Sam’un Ghozi AS.

Nabi Sam’un lahir di masa kekuasaan orang Filistin. Di mana saat itu kezaliman Raja sungguh semena-mena. Maka dari itu Allah SWT pun menakdirkan seorang pasangan saleh Manoah dan istrinya. Kedua pasangan itulah kelak yang melahirkan Sam’un. Tidak lama kemudian, istri Manoah pun mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia diberi nama Sam’un.

Baca Juga:  Siti Hawa Tak Pernah Salah

Kisah Nabi Sam’un terangkum dalam kitab Muqasyafatul Qulub dan kitab Qishashul Anbiyaa. Nabi Sam’un dikaruniai kekuatan fisik yang luar biasa. Disebutkan pula dirinya mampu melunakkan besi dan bisa merobohkan istana. Nabi Sam’un merupakan Nabi yang berasal dari kalangan bani Israil dan diutus di tanah Romawi. Keberadaan Nabi sam’un adalah untuk berperang melawan yang menentang ketuhanan Allah SWT.

Ketangguhan dan keperkasaan yang dimiliki nabi ini digunakan untuk menentang penguasa kafir, yaitu Raja Israel. Oleh karena itu, Raja Israel mencari cara agar untuk membuat Nabi Sam’un tunduk. Akhirnya diadakan sayembara bagi siapa saja yang bisa menangkap Nabi sam’un pemenang sayembara ini akan mendapat hadiah emas dan permata yang berlimpah. Melihat hadiah sayembara  yang sangat besar, maka wanita yang dicintainya yaitu istrinya sendiri tergoda akan hadiah sayembara tersebut.

Istrinya yang bernama Delila yang berasal dari bangsa Filistin dibutakan oleh harta. Dia akhirnya mengkhianati Nabi Sam’un. Dia mencari cara untuk mendapatkan emas dan permata yang dijanjikan oleh Raja. Berbagai macam rayuan Delila ditujukan ke Nabi Sam’un dengan tujuan supaya Nabi Sam’un memberikan rahasia kekuatannya. Tetapi Nabi Sam’un menolak rayuan Delila. Delila terus berusaha untuk mengetahui sumber kekuatannya.

Hingga pada suatu moment Nabi Sam’un pun terperdaya dan membeberkan rahasia kekuatannya kepada Delila. Nabi Sam’un berkata “Saya seorang Nazir Tuhan dan kekuatannya terletak di rambutnya”. Saat Nabi Sam’un tertidur di pangkuan Delila, Nabi Sam’un diikat oleh rambutnya sendiri oleh Delila, Delila pun membawanya kehadapan Raja. Lalu Nabi Sam’un disiksa dan kedua matanya dijadikan buta, Nabi Sam’un diikat tiang penyangga istana dan dipertontonkan di Istana Raja.

Perbuatan Raja bersama rakyat, benar-benar telah melampaui batas. Karena perlakuan tersebut Nabi Sam’un pun memohon kepada Allah SWT yang dimulai dengan taubatan kemudian berdoa kepada Allah SWT. Dalam doanya, Nabi Sam’un meminta agar kekuatannya dikembalikan.  Doanya pun dikabulkan. Tiba-tiba tiang penyangga utama istana bergetar. Nabi Sam’un merubuhkannya dengan kekuatan fisiknya.

Baca Juga:  Muharram dan Kisah Nabi Terdahulu di Dalamnya

Raja yang berpesta pora tak menyadari jika kekuatan Sam’un telah pulih. Istana itu pun runtuh. Raja dan pengikutnya hancur, istri dan kerabat yang mengkhianatinya dibuat binasa. Beliau bersumpah akan menebus dosa-dosanya dengan cara berjuang menumpas kebatilan dan kekufuran selama seribu bulan tanpa henti.

Dari kisah tersebut, kita dapat ambil hikmah bahwa sifat tamak (rakus) yang ada pada diri manusia terhadap harta kekayaan akan mendorong seseorang untuk berbuat khianat. Manusia akan melakukan apa saja demi memenuhi ambisinya untuk mencari kekayaan. Meski manusia paham akan halal haram dan juga paham akan keburukan berkhianat, tidak akan mencegahnya untuk berbuat khianat. Kepahamannya dikalahkan kerakusannya.

Manusia memang membutuhkan harta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk menghindari sifat tamak (rakus) akan harta, kita sebagai manusia yang beriman harus selalu bersyukur akan rezeki yang sudah diberikan oleh Allah SWT. Kita juga harus meningkatkan iman, karena iman yang kuat akan menghindarkan kita dari segala macam bentuk kebatilan. Wallahu A’lam Bishawab. [HW]

Mike Surya Wardani
Mahasiswa Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Kisah