Dalam hidup keseharian kita pasti selalu mendapatkan ujian hidup, karena tanpa ujian hidup, hidup ini terasa hambar dan tidak memiliki tantangan. Namun banyak diantara kita sebagai umat muslim yang percaya dan yakin akan kuasa Allah, kita sering mengeluh bahkan marah dengan berbagai ujian hidup yang datang kepada kita, entah itu ujian yang datang dai kerabat, teman, saudara, orang yang tidak kenal, bahkan tak jarang orang tua kita sendiri. Keyakinan akan dalil bahwa Allah tidak pernah menguji kemampuan hambanya diluar kemampuan hambanya sebagaimana dalam awal ayat 286 Surah Al-Baqarah yang Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Sangat sering sekali kita lalaikan.
Imam Abu Laits As Samarqandiy dalam kitabnya “Tanbihul Ghofilin” mengutip riwayat hadis pada “Bab Menahan Emosi” yang memberikan kita anjuran untuk bersabar dalam menghadapi kemarahan, dan menganjurkan kita untuk takut ketika kita terburu-buru dalam keadaan marah yang mengakibatkan kita melampiaskan kemarahan kita kepada orang lain, dijelaskan dalam kitab tersebut bahwa terburu-buru ketika marah bisa mengakibatkan tiga hal kepada diri kita, yakni :
- Menimbulkan penyesalan bagi diri sendiri, hal ini pasti kita sadari sendiri ketika kita marah akan kesalahan seseorang kepada kita, lalu kita melampiaskan kemarahan kepada orang tersebut, sangat bisa dipastikan hanya akan menimbulkan penyesalan bagi diri kita sendiri, terlebih jika orang yang menjadi pelampiasan marah kita adalah sahabat karib kita yang sudah lama kita kenal, yang mengakibatkan hubungan kita menjadi tidak baik dengan sahabat kita. Sangat mudah bagi kita untuk mengingat tentang kesalahan orang lain sekecil apapun itu, namun tanpa kita sadari begitu sulitnya kita untuk ketika mengingat kebaikan orang lain kepada kita sebanyak apapun kebaikan tersebut ketika sebuah kesalahan datang kepada kita.
- Menyebabkan dihina di kalangan sesama, selain menimbulkan penyesalan bagi diri kita sendiri, kemarahan yang terburu-buru kita lampiaskan, apalagi kemarahan yang dilampiaskan secara brutal sehingga menyakiti orang lain, akan begitu mudah di lihat dan dinilai orang lain, sehingga menimbulkan omongan-omongan negatif mengarah kepada kita.
- Menjadikan siksa di hadapan Allah, Allah adalah Dzat yang maha pengampun lagi maha memaafkan, sudah pasti bahwa Allah sangat membenci kepada hambanya yang mudah marah dan melampiaskan kemarahannya.
Disebutkan dalam maqalah selanjutnya yang menjelaskan tentang sabar. Dijelaskan dalam sabar ketika kita marah terhadap orang lain kita akan mendapatkan tiga hal yang lain yakni ;
- Menyenangkan diri sendiri, semua orang dengan nalar sehatnya pasti akan sepakat ketika kita bisa sabar dan menahan marah kita, dalam nalar normal akan membuat diri kita senang dan nyaman karena tidak perlu membebani pikiran dengan hal-hal yang memberatkan, apalagi hanya dengan hal-hal yang sepele yang kadang dengan mudah membuat kita marah.
- Dipuji di kalangan sesama, orang yang sabar dalam menghadapi segala ujian pasti akan terkenal di kalangan sesama, sehingga membuat orang lain kagum dan mengambil pelajaran dari kesabaran yang kita lakukan.
- Diberikan pahala oleh Allah, Allah adalah dzat yang Maha sabar, dengan kita sabar ketika kita menghadapi kemarahan kita telah beramal di dunia sebagaimana Asmaul Husna (الصّبور).
Dalam akhir kalamnya dijelaskan bahwa sifat bijaksana itu pasti akan dirasakan pahit di awalnya namun akan terasa manis di akhirnya. Hal ini mengingatkan kepada kita bahwa bijaksana dan sabar adalah sebuah hal yang sulit, namun di setiap kesulitan Allah selalu memberikan kemudahan lain yang sering kita lalaikan. Sebagaimana ucapan syair dalam penutup maqalah ini yang berbunyi
الحلم اوله مر مذقته – ولكن اخره احلى من العسل
“Bijaksana awalnya terasa pahit – tetapi akhirnya lebih manis dari madu”.
Wallahu a’alam bish showaa. [HW]