“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Baqarah : 218)

Hari ini dan malam nanti kita menyambut Tahun Baru HIJRIYAH 1 Muharram 1441 H. Tidak terasa setahun telah berlalu, kita mensyukuri atas karunia-Nya yang tiada terhingga, terutama iman dan taqwa yang membimbing hidup kita. Kita kurangi dan tinggalkan perbuatan dan amal yang tidak baik dan kurang terpuji. Menyongsong Tahun Baru dengan spirit yang lebih baik.

Tahun Baru Hijriah (H) berbeda dengan tahun Miladiyah (M). Tahun Hijriah berbasis pada keberadaan bulan, sebaliknya Tahun Miladiyah berbasis pada keberadaan matahari. Tahun Hijriah diawali sejak peristiwa Hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah, bukan hari Lahir atau Kematian Rasulullah. Sebaliknya Tahun Miladiyah dimulai sejak lahirnya Nabi Isa. Di tanah air biasanya penyambutan kehadiran Tahun Baru dengan acara yang meriah dengan berbagai hiburan yang kadang-kadang bisa berlebihan sehingga melanggar norma-norma moral. Padahal sebaiknya diisi dengan acara muhasabah, sehingga ke depan hidupnya lebih baik.

Melihat meriahnya penyambutan Tahun Baru Miladiyah, kini diam-diam mulai ada acara penyambutan Tahun Baru Hijriah dengan hiburan dengan format seni Islam. Hal ini sah-sah saja, asal tidak berlebihan. Justru yang lebih baik menyambut kehadiran Tahun Baru Hijriyah dengan menekankan pada acara Muhasabah, dengan memperbaiki niat untuk kehidupan yang lebih baik, terutama berkenaan dengan keimanan, ibadah, muamalah dan akhlaq, di samping kehidupan dalam keluarga, karir dan masyarakat.

Jika kita perhatikan peristiwa Hijriah, banyak pelajaran yang dapat kita petik. Bahwa Rasulullah Saw dalam ancaman orang Kafir tidaklah bersikeras berada di Makkah. Namun demi keselamatan Muhammad sendiri dan perjuangan Islam, diambil langkah yang lebih baik dengan Hijrah ke Madinah. Dengan perlindungan Allah SWT, Muhammad benar-benar diselamatkan Sahabat Abu Bakar di Gua Tzur, padahal jarak antara beliau berdua sangat dekat dan hampir saja ketangkap. Subhaanallah, Allah SWT Maha Kuasa dan Rahman yang telah menyelamatkan dari kejaran orang-orang kafir.

Baca Juga:  Menyikapi Perbedaan 1 Muharram

Peristiwa Hijrah menandai kelahiran peradaban baru, terutama dalam penyempurnaan dalam pengalaman beragama yang lebih sarat dengan kehidupan iman dengan ibadah dan muamalah serta akhlaqul karimah. Hubungan vertikal tetap harus dikukuhkan, tetapi harus juga diimbangi dengan kehidupan horizontal yang harmoni baik yang dengan seaqidah maupun yang berbeda aqidah, sehingga terbangun masyarakat madani yang saling respek dan menghormati. Piagam Madinah senagai kekayaan peradaban kita sebebarnta bisa dimanfaatkan untuk membangan bangsa dan masyarakat yang hitetogin, yang belakangan ini sangat dibutuhkan untuk membangun bangsa yang damai dan harmoni.

Dalam konteks kehidupan bangsa kita yang berbhineka dan hiterogin, baik terkait dengan suku, ras, maupun agama adalah sangat rawan dan rentan dengan konflik. Bahkan jika konflik karena perbedaan itu tidak segera diishlahkan boleh jadi bisa berujung dengan konflik besar dan perpecahan bangsa. Untuk itu spirit ukhuwwah basyariyyah, ukhuwwah wathaniyyah, dan ukhuwwah islamiyyah yang dilandasi dengan nilai-nilai piagam madinah perlu sekali diwujudkan dalam menyambut dan mengisi Tahun Baru Hijriyah dan masa-masa selanjutnya.

Dalam mengarungi hidup kita, tidak ada pilihan yang terbaik, kecuali menyambut dengan penuh optimisme. Semangat dan hidup lebih baik, hidup yang lebih bermanfaat, hidup yang harmoni dan damai di rumah, di tempat kerja, dan di masyarakat. Semoga di tahun 1441 H, hidup sehat jasmaniyah dan ruhaniyyah serta penuh barakah yang diridloi oleh Allah SWT. Aamiin.

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    7 Agenda Strategis
    Opini

    7 Agenda Strategis

    Duet KH. Miftachul Akhyar dan KH. Yahya Chalil Tsaquf adalah duet fakih-intelektual. KH. ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah