Maulid Nabi, Momentum Mahabbah Rasulullah SAW

“Wahai Jibril, serukan kepada seluruh makhluk penghuni bumi dan langit agar menyambutnya dengan riang gembira. Karena sesungguhnya cahaya yang terpelihara dan rahasia yang tersimpan. Yang Aku ciptakan sebelum adanya segala sesuatu dan sebelum terciptanya bumi dan langit mala mini Aku pindahkan kedalam perut ibunya dengan penuh kegembiraan.  Kupenuhi alam ini dengan cahaya. Kupelihara ketika dalam keadaan yatim piatu. Dan Aku menyucikannya beserta keluarganya dengan sesuci-sucinya.”

(Maulid ad-Diba’i, Imam Syaikh al-Jalil Wajihiddin ‘Abdurrahman ad-Diba’i)

Bulan Rabi’ul awal telah datang. Bulan dimana kekasih-Nya terlahir di dunia. Nabi Muhammad SAW namanya. Utusan Allah SWT untuk menyampaikan risalah kepada seluruh manusia. Beliau merupakan khataman nabiyyin (penutup para nabi) sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 40.

Sosok yang mulia yang tidak dimiliki nabi-nabi sebelumnya. Banyak gambaran tentang Sayyidul Musthofa Muhammad SAW dalam berbagai gubahan syair, hizib, rawi shalawat. Meskipun itu belum mewakili khaliyah keseluruhan beliau. Namun jasa muallif (pengarang) telah mampu menambah kecintaan kita.

Seperti Maulid ad-Diba’i, karya Imam Syaikh al-Jalil Wajihiddin ‘Abdurrahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Diba’I al-yamani asy-Syafi’i. Nur (cahaya) Muhammad telah diciptakan Allah SWT sebelum Nabi Adam a.s. dari tanah. Mengalahkan segala apa yang ada di alam semesta. “Inilah pemimpin para nabi yang paling agung diantara orang-orang pilihan serta lebih mulia diantara para kekasih.” Firman Allah SWT.

Malaikat bertanya kepada Allah. “Apakah nur itu Nabi Adam?” Allah berfirman, “Dengan nur ini Aku anugerahkan martabat yang tinggi kepada Nabi Adam.” Malaikat bertanya lagi. “Apakah nur itu Nabi Nuh?” Allah berfirman, “Dengan nur ini Nabi Nuh selamat dari tenggelam, dan binasalah keluarga dan kerabatnya yang menentang.”

Baca Juga:  Sholawat, Kunci Bahagia Dunia Akhirat

“Apakah nur itu Nabi Ibrahim?” tanya malaikat. “Dengan nur ini Nabi Ibrahim sanggup menyampaikan hujjah (argumen) kepada penyembah berhala dan bintang-bintang” Jawab Allah. Malaikat meneruskan. “Apakah nur itu Nabi Musa?” “Musa itu adalah saudaranya, tetapi nur itu Kekasih Allah, dan Musa adalah penerima firman Allah yang berbicara secara langsung.”

Malaikat  bertanya lagi. “Apakah nur itu Nabi Isa?” Allah berfirman. “Dari nur ini Nabi Isa membawa kabar gembira. Dan jarak antara dia dan kenabiannya sangat dekat bagaikan mata dan alis.

Terakhir malaikat bertanya kepada Allah SWT. “Maka siapakah nur yang menjadi kekasih nan mulia yang telah Engkau hiasi dengan keagungan, Engkau anugerahi dengan mahkota kehebatan dan kemegahan, serta engkau kibarkan panji-panji di atas kepemimpinannya?”

“Dialah seorang Nabi yang akan Aku pilih dari keturunan Luay bin Ghalib, yang ayah dan ibunya telah meninggal dunia, dan diasuh oleh kakeknya, kemudian oleh pamannya.

Sayyid Abdullah bin Abbas r.a (seorang yang ilmunya seluas samudera, ulama yang terkenal pada masanya) dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya ada seorang Quraisy yang ketika it masih berwujud nur (cahaya) di hadapan Allah Yang Maha Agung, dua ribu tahun sebelum penciptaan Nabi Adam a.s. selalu bertasbih. Bersamaan dengan itu para malaikat mengikutinya.”

Diceritakan dari Atho’ bin Yasar, dari Ka’ab al-Akhbar ia berkata: “Ayahku telah mengajarkanku kitab Taurat hingga tamat, kecuali satu lembar yang tidak diajarkan. Justru dimasukkan kedalam peti. Maka ketika ayahku meninggal. Aku membuka peti itu, ternyata lembar bertuliskan: Seorang Nabi akan muncul di akhir zaman, tempat kelahirannya di Makkah. Hijrahnya ke Madinah. Pemerintahannya akan meluas sampai ke negeri Syam.”

Baca Juga:  Orang Tua Nabi Masuk Neraka

Kejadian kharikul ‘adah mengiringi kelahiran beliau. Bagaimana tidak? Sosok yang menjadi kekasih-Nya akan menjadi khalifah meneruskan risalah kenabian.

Tatkala kerasulan hampir tiba. Allah SWT memerintahkan kepada malaikat Jibril.

“Wahai Jibril, serukan kepada seluruh makhluk penghuni bumi dan langit agar menyambutnya dengan riang gembira. Karena sesungguhnya cahaya yang terpelihara dan rahasia yang tersimpan. Yang Aku ciptakan sebelum adanya segala sesuatu dan sebelum terciptanya bumi dan langit mala mini Aku pindahkan kedalam perut ibunya dengan penuh kegembiraan.  Kupenuhi alam ini dengan cahaya. Kupelihara ketika dalam keadaan yatim piatu. Dan Aku menyucikannya beserta keluarganya dengan sesuci-sucinya”.

Arsy-pun berguncang dengan penuh suka cita dan riang gembira. Sementara Kursy Allah bertambah wibawa dan tenang. Langit dipenuhi berjuta cahaya, dan bergemuruhlah suara malaikat membaca tahlil, tamjid (pengagungan Allah), dan istighfar (Maha suci Allah, segal puji bagi Allah dan tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar).

Imam al-‘Arif billah Sayyid Ja’far bin Hasan bin ‘Abdul Karim bin Muhammad bin Rasul al-Barzanji dalam gubahan Maulid al-Barzanji menjelaskan ketika Rasulullah SAW lahir dengan posisi meletakkan kedua tangannya diatas tanah dengan mengangkat kepalanya ke langit tingi. Dengan mengangkatnya itu beliau mengisyaratkan kepemimpinannya (atas makhluk) dan ketinggian (akhlaknya) serta mengisyaratkan ketinggian derajatnya atas seluruh manusia.

Ibunya memanggil Abdul Muthalib yang ketika itu sedang melakukan thawaf pada bangunan Ka’bah. Kemudian beliau datang, memandangi bayi yang baru lahir kemudian membawanya masuk ke dalam Ka’bah yang cemerlang. Dengan khusu’ wal khudhur mulai memanjatkan doa (niat tulus). Bayi yang terlahir dalam keadaan bersih, sudah dikhitan, dan dipotong tali pusarnya (atas kekuasaan Allah SWT).

Harum, berminyak rambut, dan sepasang matanya telah bercelak dengan celak ari Tuhan. Ada pendapat lain yang mengatakan bayi tersebut dikhitan oleh kakeknya setelah tujuh malam. Dilaksanakan walimahan, memberi makan orang, dan memberi nama kepadanya “Muhammad”.

Baca Juga:  Ketika Rasulullah Rindu Kampung Halaman

Tidak sedikit keanehan atau tidak bisa dinalar. Namun itu nyata besertaan kelahiran junjungan dan panutan umat manusia. Beberapa hal yang terjadi diantaranya :

  • Langit ditambah penjagaannya, ditolak jin dan syetan. Bintang-bintang yang bersinar itu meranjam syetan yang naik.
  • Bintang-bintang cemerlang menunduk kepada beliau, hingga menyinari lembah dan bukit di Makkah.
  • Bersama belaiu keluarlah cahaya yang menerangi istana-istana kaisar di Syam (Syiria)
  • Padam api yang disembah oleh kerajaan Persi, karena munculnya cahaya yang menerangi dan sinar wajahnya (Nabi Muhammad).
  • Surut danau sawah yang terletak diantara Hamadzan dan Qum di negeri ‘Ajam (non Arab)
  • Meluap Lembah Samawah hingga menjadi keberuntungan pagi penduduk padang pasir. dst…

Momentum kelahiran Sayyidul Anbiya’ pada bulan Rabi’ul Awwal ini menjadi waktu yang pas untuk kita mengenang, menghayati, mengaji, mengamalkan dalam sunnah dan khaliyah Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Kalau Abu Lahab paman nabi yang kafirpun mendapat syafaat setiap hari Senin. Yang hanya bermodalkan bergembira kelahiran Rasulullah. Bagaimana dengan kita? Wallahua’lam bishowab. [HW]

(sumber: Maulid ad-Diba’I & Maulid al-Barzanji)

Madchan Jazuli
Santri PP Miftahul Huda Malang Jawa Timur, Ketua PR IPNU Karanganom dan diamanahi lembaga pers PAC IPNU Durenan Trenggalek

Rekomendasi

Opini

Pentingnya Persahabatan

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) ...

4 Comments

  1. […] Allah swt dan saat itu pula cinta mereka diuji. Zainab yang mendapatkan hidayah mengikuti ajaran Rasulullah SAW dan ia termasuk orang yang beriman. Namun, sang suami agar tidak dianggap berkhianat nak terpaksa […]

  2. […] dengan merayakan kelahiran baginda nabi Muhammad saw. Kita mendapatkan mendapatkan Syafa’at dan berkumpul dengannya kelak di akhirat nanti. Amin. […]

  3. […] lebih penting dan utama dari segala ambisi kekuasaan. Nah, bagaimana jika momen sakral peringatan Maulid Nabi justru digunakan sementara golongan untuk mencaci pemerintah, mendoakan cepat mati para pemimpin […]

  4. […] demikian, berdiri pada saat tertentu dalam rangkaian bacaan Maulid dianggap baik sebagai bentuk tata krama. Karena berdiri merupakan ungkapan kebahagian umat Islam […]

Tinggalkan Komentar

More in Opini