PengajianUlama

Manaqib Buyut Habib Luthfi Bin Yahya, Habib Umar bin Thaha bin Yahya

Habib Umar Bin Yahya merupakan seorang imam (pemimpin) para ulama dan auliya pada zamannya. Seorang Wali Quthub bergelar quthubnya ahli ilmu, Quthb Al-Aqthab, yang membidangi segala hal jurusan bidang ilmu yang tak diragukan atas kemahirannya dalam membidangi ilmu-ilmu tersebut.

Beliau, Quthb Al-Aqthab Ghauts Az-Zaman As-Sayyid Al-Habib Umar bin Thaha bin Hasan bin Thaha bin Muhammad Al-Qadhi bin Thaha bin Muhammad bin Syekh bin Ahmad bin Imam Yahya Ba’Alawi. Berperawakan sedang, hidung mancung, rambut sepundak, tampan seperti bule. Allah memberikan 3 kelebihan kepada beliau; ketampanan, kealiman (‘allamatuddunya), dan kekayaan seperti Imam Asy-Syadzily.

Kelahiran dan Pengembaraan Mencari Ilmu

Habib Umar dilahirkan di Palimanan tahun 1223 H atau 1210 H. Ayahnya bernama Habib Thaha bin Hasan bin Thaha bin Yahya Ciledug, Jatiseeng. Dalam pengembaraan mencari ilmu Habib Umar diberangkatkan ke luar negeri oleh ayahnya pertamakali ke Mekkah al-Mukaramah selama 5 tahun. Setelah itu dilanjutkan ke Hadhramaut Yaman beberapa tahun setelah mendapatkan ijazah.

Habib Umar bin Thaha berangkat dari Indonesia sudah dibekali ilmu oleh orangtuanya. Bahkan meski di usia yang sangat muda Habib Umar terbilang sudah ‘allamah, sangat mahir dalam ilmu agama dan pengetahuannya.

Usai belajar dari Hadhramaut Habib Umar bin Thaha melanjutkan berkeliling ke sumber-sumber ilmu untuk menimba ilmu di sana hingga mencapai 88 negara. Tak heran jika akhirnya Habib Umar bin Thaha Bin Yahya mampu menguasai 37 sampai 47 bahasa.

Perjalanan Dakwah

Dalam pengembaraan mencari ilmu itu Habib Umar bin Thah juga melakukan dakwah. Shanghai pernah jadi tempat dakwahnya selama 6 tahun. Banyak penduduk setempat yang akhirnya mengikrarkan dua kalimat syahadat atas bimbingan Habib Umar.

Saat berdakwah ke India Habib Umar ditemani Habib Abdurrahman Al-Habsyi, Habib Abdullah bin Abdurrahman Al-Hamid BSA dan Habib Ibrahim Ba’Bud. Di sana sempat mendirikan masjid yang diberi nama Nur Selangit. Saat berdakwah di Kalimantan, Habib Umar sempat mendirikan pondok pesantren dan tinggal di Sindang Laut.

Banyak para santri Habib Umar bin Thaha Bin Yahya yang berhasil jadi tokoh dan pengemuka agama. Antara lain Kiai Qayyim, Kiai Absor Bendakerep dan Kiai Abdul Jamil Buntet. Hampir semua kiai-kiai sepuh Cirebon pernah mengambil ilmu dari Habib Umar bin Thaha. Dari didikannya banyak melahirkan tokoh-tokoh yang luar biasa.

Keluarga

Istri pertama Habib Umar bin Thaha adalah orang Belanda. Istri kedua bernama Hababah Maryamah, keturunan Sayyid Al-Qudsi yang merupakan keturunan Kanjeng Sunan Gunung Jati Syaikh Syarif Hidayatullah.

Saudara-saudara Habib Umar bin Thaha:
1. Al-Allamah Al-Arif Billah Al-Habib Al-Imam Abdullah (Imam Masjidil Haram, wafat di Madinah).
2. Al-Allamah Al-Arif Billah Al-Habib Al-Imam Muhammad.
3. Al-Allamah Al-Arif Billah Al-Habib Al-Imam Ahmad (ulama Malaysia, wafat di Singapura).
4. Al-Majdzub Al-Mahbub al-Allamah al-Arif Billah Al-Habib Syekh (Indramayu).
5. Al-Imam Al-Kabir Al-Allamah Al-Arif Billah Al-Habib Hasyim (ulama Haramain, wafat di Madinah).
6. Al-Imam Al-Kabir Al-Masyhur ‘Allamutuddunya Tsani Al-Habib Umar Asadullah.
7. Al-Habib Al-Majdzub Muhib ila Hadhrati Habib Al-Mahbub Sayyid Asy-Syarif Al-Habib Salim (Semarang, berkhalwat selama 40 tahun).
8. Sayyidah Imamah Al-Alimah Syarifah Aisyah.

Jadi Habib Umar bin Thaha bersaudara 6 laki-laki dan 1 wanita. Beliau seorang yang sangat taat dan berbakti kepada orangtua. Memiliki akhlak yang luhur lagi terpuji.

Habib Umar Asadullah

Baca Juga:  Hari Santri, Kita Baca Asal-Usul Pesantren di Jawa

Ketika Habib Umar bin Thaha hendak pulang dari Afrika menggunakan kapal, di dalam perjalanan menuju pelabuhan dicegat oleh seekor singa betina. Rombongan yang menyertai Habib Umar berusaha mengusir singa tersebut. Tetapi singa tersebut selalu kembali mencegat Habib Umar hingga tiga kali. Akhirnya Habib Umar pun paham dan menyuruh orang-orang agar tidak menghalau untuk mengusir singa tersebut.

Singa itu lalu berjalan ke suatu arah dan diikuti oleh Habib Umar bin Thaha. Sesampai di sebuah tempat, ternyata terdapat tiga anak singa yang masih kecil-kecil. Ternyata singa betina itu adalah induk dari tiga anak singa tersebut. Nampak singa betina itu seperti memasrahkan ketiga anaknya kepada Habib Umar sebelum sesaat kemudian mati. Maka dipeliharalah ketiga singa kecil tersebut oleh Habib Umar ikut dalam kapal perjalanan pulang ke Hadhramaut.

Ketiga singa tersebut dipelihara oleh Habib Umar hingga kembali ke Indonesia, dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat. Beliau juga mendapat hadiah seekor harimau dari Kiai Ageng Sela. Satu lagi seekor kuda jantan yang tinggi gagah. Kemana-mana beliau senantiasa menunggangi kuda dan dikawal oleh ketiga singa dan harimau tersebut. Karena dikawal singa ini pula Habib Umar bin Thaha Bin Yahya dikenal dengan sebutan Habib Umar Asadullah (Singa Allah). Singa adalah lambang raja dan ksatria.

Habib Umar bin Thaha Bin Yahya terkenal tegas, tetapi tepat guna dan sasaran. Beliau memiki pendirian yang sangat kuat. Gelar sikap dan sifat “Assadullah” bagi Habib Umar memang sangat pantas.

Jasa-jasa Perjuangan

Pernah ada peristiwa yang terkenal “macanan”, yaitu ketika banyak ulama, kiai dan habaib ditawan oleh Belanda di Pekalongan. Habib Alwi menulis surat kepada Habib Umar di Indramayu meminta pertolongannya. Maka Habib Umar pun bergegas pergi menggunakan kereta api ke Pekalongan dengan menyewa satu gerbong kereta api.

Ketika Habib Umar bin Thaha berangkat para penumpang dan tentara penjaga di stasiun geger ketakutan melihat Habib Umar datang menunggangi kuda gagah serta dikawal oleh tiga singa dan satu harimau. Belanda yang mengetahui akan kedatangan Habib Umar segera mempersiapkan pasukannya untuk menghalangi kepergian dan perjalanan Habib Umar.

Tiap stasiun yang akan dilewati Habib Umar bin Thaha mendapatkan penjagaan yang sangat ketat oleh Belanda. Tetapi nyali mereka semuanya mendadak ciut saat melihat Habib Umar yang gagah menunggangi kuda dengan dikawal oleh tiga ekor singa dan harimau.

Belanda berupaya membujuk dan berdialog dengan Habib Umar. Namun Habib Umar menolaknya, malah memberi tugas pada tiga singanya untuk pergi ke tiga daerah diantaranya Alas Roban dan Gunung Tugel untuk memanggil semua kawanan harimau dan singa datang ke alun-alun Kabupaten Pekalongan.

Jawaban tegas Habib Umar kepada Belanda, “Tidak ada dialog! Silakan kalian berbicara kepada kawanan singa dan harimau ini jika tidak dilepas segera hari ini para tawanan tersebut.” Melihat hal tersebut pihak Belanda pun menjadi ciut dan ketakutan. Akhirnya para tawanan yang terdiri dari ulama, kiai dan habaib semuanya dibebaskan tanpa syarat.

Kemudian setelah para tawanan dibebaskan Habib Umar pun datang dan berbicara kepada Gubernur dan Bupati Belanda untuk berdialog, “Sekarang waktunya untuk berdialog.” Berkat dialog inilah terjadi perubahan aturan politik Belanda yang mulanya tidak memperbolehkan sekolah (dibatasi hanya kelas dua saja) akhirnya diperkenankan untuk sekolah bagi pribumi.

Baca Juga:  Tips Rahasia Keberkahan Hidup dari Para Ulama Nusantara

Habib Umar bin Thaha mempunyai pasukan khusus peninggalan ayahnya, pasukan Cipeuting, sewaktu perlawanan Rafles Inggris hendak menduduki Kesultanan Yogyakarta. Banyak pasukan Inggris yang tiba-tiba dihabisi oleh pasukan Cipeuting ini. Hubungan Habib Umar sangat dekat dengan Kesultanan Yogyakarta.

Karena ketampanan Habib Umar bin Thaha puteri Gubenur Jendral Belanda menjadi tergila-gila kepadanya. Dan akhirnya ia pun dinikahkan dengan Habib Umar bin Thaha setelah peristiwa “Kerawang”. Waktu itu Kerawang daerah Waduk Gede disayembarakan. Karena setiap musim banjir Kota Kerawang terendam oleh air yang mengakibatkan pertanian di daerah tersebut hancur rusak semuanya.

Ternyata ada satu sumber pusat pertemuan sungai Cilimus, Citarum dan Ciliwung, yang menyebabkan alirannya tersendat. Di situ menjadi tempat istana jin, tepat di dalam pusat pusaran tersebut. Dengan izin Allah, Habib Umar bin Thaha yang berhasil menundudukannya. Akhirnya aliran sungai pun menjadi terpecah dan lancar.

Dari kejadian ini lalu Habib Umar diberi penghargaan oleh Belanda. Bahkan waktu itu dibangunkan Tugu Penghormatan dan daerah tersebut dinamakan dengan Waduk Gede. Sejak saat itu Habib Umar bin Thaha kemudian dikenal dengan julukan Keramat Gedongan.

Bukti Kealiman dan Kemuliaan

Pernah suatu ketika datang para ulama mufti dari berbagai negara ke Indonesia. Ada sekitar 200 ulama masing-masing memiliki suatu permasalahan yang hendak dipecahkan. Pada saat itu mereka datang ke Batavia (Betawi). Mufti Betawi pada waktu itu adalah Habib Utsman bin Abdullah bin Aqil Bin Yahya. Beliau hanya bisa menjawab 20 permasalahan dari 200 permasalahan yang disampaikan. Akhirnya Habib Utsman berkata, “Permasalahan ini yang bisa menjawab adalah saudaraku, Habib Umar bin Thaha Bin Yahya Indramayu.”

Akhirnya 200 ulama mufti tersebut berangkat ke kediaman Habib Umar di Indramayu. Habib Utsman lupa untuk memberitahukan kepada Habib Umar perihal akan datangnya para ulama tersebut. Dan ketika sampai di rumah Habib Umar 200 tamu ulama mufti tersebut melihat Habib Umar sedang duduk santai bersanding dengan istrinya yang Bule. Karena Habib Umar juga berperawakan seperti Bule, mereka mengira salah masuk rumah.

Setelah kembali ke Batavia Habib Utsman pun tertawa, dan mengatakan bahwa rumah yang didatangi itu sudah benar, orang yang seperti Bule itulah Habib Umar. Akhirnya mereka kembali lagi ke rumah Habib Umar dan seluruh permasalahan dapat diselesaikan di tangan Habib Umar bin Thaha.

Pada peristiwa ini, ada pelajaran yang sangat mahal dan berharga. Yakni ketika Habib Umar hendak menjawab permasalahan terutama yang terkait dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits beliau minta ijin untuk mandi terlebih dahulu, berwudhu dan melakukan salat. Kemudian keluar menemui kembali para tamu dengan mengenakan pakaian jubah lengkap dengan wewangian yang sangat harum. Tak lupa di tangannya membawa wewangian gaharu, menunjukkan betapa beliau memuliakan serta mengagungkan ilmu.

Pernah Habib Umar kedatangan tamu orang berkebangsaan Perancis. Saat itu beliau sedang berada di pekarangan rumahnya. Namun orang Perancis tersebut yang ditemani oleh penterjemah bahasa tidak mengira kalau yang ditemui di pekarangan rumah tersebut adalah orang yang ingin ditemuinya. Karena penampilan Habib Umar saat itu memang sangat santai dan bersahaja, tak menampakkan seorang ulama besar, walaupun perawakan Habib Umar memang gagah, ganteng dan berkulit bersih. Namun masih saja mengecoh tamunya itu, karena melihat penampilan luar atau baju yang dikenakan Habib Umar.

Baca Juga:  Saatnya Tahun Regenerasi, GUS? (Generasi Unjuk Siap)

Sesaat kemudian Habib Umar pun masuk setelah mempersilakan tamunya duduk. Beliau lalu keluar dari kamar untuk kembali menemui tamunya. Spontan si tamu tersebut terkesima karena orang tadi adalah Habib Umar sendiri.

Lalu dimulailah percakapan oleh tamu tersebut dengan diterjemahkan oleh penterjemah. Habib Umar menyimak dengan baik apa yang disampaikan. Sebelum semuanya disampaikan, Habib Umar bin Thaha sebetulnya tahu maksud dan inti yang disampaikan. Karena Habib Umar memang menguasai 47 bahasa dengan sangat baik, termasuk Bahasa Perancis.

Namun karena memang sifat Habib Umar yang sangat menghargai ketidakpahaman tamunya sehingga beliau menyimak dengan sangat baik apa-apa yang disampaikan. Sungguh hal ini menunjukan akhlak luhur nan mulia. Akhlak yang diajarkan oleh Datuknya Baginda Nabi SAW. Serta hal ini menunjukkan kealiman Habib Umar akan ilmunya dan mengamalkannya.

Lalu Habib Umar meminta ijin dan menyampaikan kepada penterjemaah untuk diperkenankan bertanya kepada orang Perancis tersebut langsung dengan bahasa Perancis. Habib Umar bertanya, yang artinya, “Apa benar ada sesuatu yang ingin disampaikan empat mata denganku?”

Orang Perancis tersebut pun kaget, karena mengira Habib Umar tidak memahami Bahasa Perancis. Kemudian Habib Umar meminta dengan sangat hormat kepada penterjemaah tersebut menunggu di teras. Dimulailah percakapan antara Habib Umar dengan orang Perancis tersebut.

Setelah unek-unek itu disampaikan semua akhirnya Habib Umar menyampaikan saran, pendapat dan pandangannya atas masalah tersebut. Kembali orang Perancis itu dibuat tekejut dengan apa yang disampaikan Habib Umar, serta mengakuinya betul apa yang disampaikan Habib Umar. Kemudian Habib Umar meminta orang itu untuk mengikuti saran-sarannya saat kembali ke Perancis.

Sewaktu kembali ke Perancis orang tersebut mengikuti semua saran Habib Umar. Dengan izin Allah SWT, dengan mudahnya masalah-masalah yang memberatkan selama ini dapat diselesaikan. Beberapa waktu kemudian orang Perancis tersebut mengajak keluarganya ke Indonesia untuk bertemu Habib Umar bin Thaha di Indramayu. Ketika bertemu Habib Umar pada akhirnya keluarga orang Perancis itu mengucapkan dua kalimat Syahadat di depan Habib Umar bin Thaha bin Hasan Bin Yahya.

Keturunan dan Kewafatan

Anak-anak dari Al-Imam Quthb Al-Aqthab Al-Ghauts Al-Arif Billah Al-Habib Umar Asadullah bin Thaha bin Hasan bin Thaha bin Muhammad Al-Qadhi bin Thaha bin Muhammad bin Syekh bin Ahmad Bin Yahya Ba‘Alawi:
1. Al-Allamah Quthb Al-Aqhtab Al-Habib Al-Imam Abdullah
2. Quthb Al-Mastur Al-Habib Thaha
3. Al-Allamah Mukasyif Al-Habib Ahmad
4. Al-Allamah Al-Arif Billah Al-Habib Aqil An-Naqib
5. Al-Habib Hasan
6. Al-Imamah Hababah Syarifah Zainab
7. Syarifah Al-Fadhilah Sayyidah Nur
8. Al-Imam Al-Allamah Quthb Al-Ghauts Al-Habib Hasyim (kakek Habib Luthfi Bin Yahya)

Habib Umar meninggal pada tahun 1883 Masehi bertepatan dengan tahun 1302 Hijriah, ditandai dengan meletusnya Gunung Krakatau. Pada hari kewafatan Habib Umar, sore dikuburkan, pagi harinya gunung berapi Krakatau meletus. Sebagai pertanda telah dipanggilnya seorang Wali Quthub yang telah diambil kembali oleh Allah SWT.

Beliau dikuburkan di Makam Gedongan, yang menunjukan Habib Umar adalah orang kaya (gedongan) yang dermawan. Beralamatkan di Jl. Pasarean, Karangmalang, Kec. Indramayu, Kab. Indramayu, Jawa Barat, 45213.

Sya'roni Asyamsuri
Alumni Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur

    Rekomendasi

    Tawaduk dalam Berilmu
    Hikmah

    Tawaduk dalam Berilmu

    “Marwah orang yang berilmu ditentukan oleh ke-tawaduk-annya” – Rochmat Wahab Pada dasarnya setiap ...

    1 Comment

    1. […] Maulana Habib Luthfi mengatakan, untuk menjaga hubungan dengan Nabi saw adalah dengan memperbanyak shalawat kepada Nabi. […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Pengajian