Lisan Diibaratkan Anjing Galak?

Dalam kitab washiyatul mushtafa bab hifdzul lisan, dijelaskan bahwa setiap manusia diperintahkan untuk menjaga lisan, karena lisan di ibaratkan dengan anjing galak.

ياَعَلِيُّ مَا خَلَقَ الله فِي الاِنْسَانِ اَفْضَلُ مِنَ اللِّساَنِ يَدْخُلُ الجَنَّة وَيَدْخُلُ النّاَرَ فَاسْجُنْهُ فَإنّهُ كَلْبٌ عَقُوْرٌ

Artinya: “Hai Ali, Allah tidak menciptakan apa yang ada pada manusia lebih utama daripada lisan (bahasa/ucapan), sebab lisan manusia masuk surga dan masuk neraka. Maka jagalah lisan itu, karena lisan itu ibarat anjing galak.”

Dan di dalam hadits riwayat Bukhari Muslim juga terdapat perintah Rasulullah SAW untuk menjaga lisan.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata baik atau diam.”

Kita salah satu makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT, dan ditakdirkan bisa berbicara. Namun banyak di kalangan kita yang tidak memanfaatkan mulutnya dengan baik, menggunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan membawa banyak madlarat. Contohnya Sering menggunakan lisan untuk menyakiti hati orang lain, memaki dan menghina orang lain, berkata kasar, dan lain sebagainya.

 Sudah dijelaskan dalam hadis riwayat Bukhari Muslim diatas, bahwa kita diperintahkan untuk berkata baik kepada orang lain agar tidak menyinggung atau menyakiti hati orang tersebut. Jika kita tidak bisa berkata baik, lebih baik menjaga lisan kita dengan cara diam.

Di zaman sekarang ini, kita tidak jarang mendengar istilah body shaming. Sebenarnya apa itu body shaming?. Body shaming adalah perilaku menjelek-jelekan atau mengomentari fisik tubuh orang lain. Hal tersebut membawa banyak akibat negatif terhadap orang lain karena setelah mendapat komentar mengenai fisik tubuh. Orang tersebut merasa tidak percaya diri, merasa minder dengan yang lain. Bahkan bisa juga sampai mengganggu kesehatan psikologis mereka. Itu salah satu contoh akibat buruk yang akan terjadi jika kita tidak menjaga lisan kita dengan baik.

Baca Juga:  Menjaga Lisan di Tengah Keragaman

Contoh selanjutnya adalah membicarakan atau menggunjing keburukan orang lain atau sering kita sebut dengan gosip/ghibah. Gosip/ghibah tidak hanya terjadi di kalangan ibu-ibu saja, bahkan di kalangan santri  juga sudah banyak sekali terjadi. Hal ini juga termasuk tidak menjaga lisan dengan baik, karena membicarakan dan menggunjing orang lain menimbulkan dampak yang tidak baik untuk orang lain, bahkan dapat menimbulkan fitnah. Lebih baik kita membicarakan hal-hal yang positif. Misalnya, memusyawarahkan permasalahan yang ada di sekitar kita (syawir) daripada gosip/ghibah yang tentu saja dapat menyakiti hati orang lain, menimbulkan keributan, dan masih banyak lagi madlarat-nya.

Sudah diterangkan dalam QS. Al-Hujurat:12, bahwa ghibah disamakan dengan memakan daging saudaranya sendiri yang telah mati. Tentu saja tidak ada seorang pun yang mau memakan daging saudaranya sendiri. Maka dari itu, orang yang membicarakan/mengumbar aib orang lain adalah seburuk-buruk manusia, karena tega telah memakan daging saudaranya sendiri.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”

Tidak jarang juga kita mendengar peribahasa “Mulutmu Harimaumu” yang bermakna, setiap kata yang keluar dari mulut kita mempunyai kekuatan yang sangat besar efeknya bagi diri sendiri maupun orang lain, efek buruk maupun efek baik. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita memanfaatkan lisan kita dengan baik, dan tidak memberi efek buruk bagi orang lain ataupun diri kita sendiri. []

Amarani 'Iffata
Siswi MAN 4 Denanyar Jombang dan Santri Denanyar

    Rekomendasi

    2 Comments

    1. Mantap.
      Lanjut terus

    2. Mantap
      Lanjut terus

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini