Konsep Khusyuk Perspektif Tafsir Al-Khazin

Bisa shalat dengan khusyuk adalah pasti keinginan besar bagi tiap-tiap hamba Allah. Sayyidah Aisyah berkata: aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang (hukumnya) menoleh dalam shalat, beliau berkata: “ia adalah copetan yang dilakukan oleh setan terhadap hamba pada saat shalat”. Selain itu dari Abi Dzar, Rasulullah bersabda “Allah Azza Wajalla menerima hamba-hamba-Nya yang shalat selama tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, jika menoleh maka Allah pun akan berpaling darinya”. (HR. Abu Daud dan Nasa’i). Menoleh atau melirikkan mata pada saat shalat dimakruhkan jika menoleh pada area leher, namun akan membatalkan shalat jika menolehkan badannya hingga tidak lagi menghadap kiblat. Kenapa dikatakan copetan? sebab menoleh dapat memecahkan konsentrasi atau khusyuk dalam shalat. Banyak sekali hal-hal yang bisa membuyarkan kekhusyukan dalam shalat.

Syaikh Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Baghdadi dalam kitab tafsir Al-Khazin karangannya berpendapat: Khusyuk adalah mengumpulkan segenap konsentrasi dan meninggalkan apa-apa dari yang selain Allah. Begitu pula merenungkan apa yang diucapkan oleh lisannya, baik itu membaca alquran maupun dzikir, terkadang sedikit debu di dahi saja terasa menggoda untuk tangan mengusapnya. Dalam tafsir Al-Khazin juz V halaman 32 disebutkan hadits dari Abi Dzar r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika seseorang diantara kamu mendirikan shalat, maka janganlah ia mengusap butir-butir pasir yang menempel di dahinya karena itu adalah rahmat”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’i).

Shalat dengan dengan ketundukan penuh bisa didapatkan dengan kekhusyukan badan, hati, pikiran dan lisan. Abu Hurairah berkata: dulu sahabat nabi Muhammad saw. ketika shalat melihat matanya ke atas langit, kemudian setelah turun firman Allah: الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ, mereka menatap mata mereka ke tempat sujud. Khusyuk juga bermakna tidak melihat ke atas. Hal ini selaras dengan hadits dari Anas bin Malik, Rasulullah saw. bersabda: “Apa yang membuat orang-orang itu mengangkat penglihatan mereka ke langit dalam shalat mereka?” kemudian beliau bersabda lagi, “Hendaknya mereka berhenti dari hal itu, atau jik a tidak, penglihatannya akan tersambar”. Jadi tidak hanya gerak-gerik dengan kekosongan penghayatan atau pandangan mata yang jelalatan, tetapi disebutkan dalam kitab tafsir yang sama (Al-Khazin) bahwa khusyuk bermakna takut dan tawadhu’.

Baca Juga:  Mengenal Sosok Kyai Sodiq Hamzah : Memanfaatkan Pandemi dengan Menyelesaikan Tafsir Al-Bayan Fi Ma’rifati Ma’ani Al-Quran

Dikatakan pula, khusyuk yaitu pekerjaan hati, seperti takut dan segan. Ada yang mengatakan khusyuk itu pekerjaan fisik , seperti diam dan tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, menjaga pandangan. Sedangkan menurut pendapat yang paling utama: khusyuk itu mencakup keduanya, yaitu pekerjaan hati dan pekerjaan fisik. Maka orang yang khusyuk dalam shalatnya adalah orang yang khusyuk baik hati maupun anggota badannya. Adapun mengenai hati, yaitu tidak memikirkan apapun kecuali mengagungkan Allah. Sedangkan khusyuk yang berkaitan dengan fisik atau jasmani yaitu tidak bermain-main dengan anggota badannya, diam, tetap melihat tempat sujudnya, tidak melihat orang yang ada di kanan dan kirinya. Allah ta’ala berfirman: قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ “sungguh beruntung orang-orang yang beriman” Ibnu Abbas berkata “sungguh beruntung orang-orang tulus dalam mengesakan Allah dan mereka tetap di dalam surga”. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ “yaitu mereka yang shalat dalam keadaan khusyuk”.

Demikianlah konsep khusyuk dalam tafsir Al-Khazin. Semoga kita semua bisa menjaga kekhusyukan dalam shalat dan tidak hanya melaksanakannya sekedar menggugurkan kewajiban saja. Wallahu a’lam.[]

Vivi Nafidzatin Nadhor
Alumnus Matholiul Falah Kajen Pati, PP Yanbu'ul Ulum Brebes, dan PP Annuqayyah Guluk-Guluk Sumenep

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Pustaka