Sedekah merupakan suatu amalan yang baik, kewajiban sebagai seorang muslim untuk saling membantu antar sesama atau kepada orang yang membutuhkan bantuan. Sebagaimana yang diterangkan dalam Alquran Surah Al-Baqarah (2) : 195 “ Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. Kita sebagai seorang muslim yang diperintahkan untuk menyisihkan sedikit harta kita untuk orang yang sangat membutuhkan, karena Allah selalu melimpahkan kenikmatan yang luar biasa yang dapat kita rasakan secara bersama-sama.

Pada masa pademi COVID-19, kita dihadapkan musibah yang menyerang keseluruh pelosok negeri terutama di negara tercinta kita negara Indonesia yang semakin hari penyebarannya semakin meningkat. Banyak dihadapkan permasalahan-permasalahan yang sangat serius, salah satunya kesehatan dan perekonomian. Banyak pekerja yang di PHK atau diberhentikan dari pekerjaannya sehingga tidak menutup kemungkinan biaya hidup yang didapat akan berkurang dan mengalami kemiskinan, serta di hadapkan pada banyak alat penunjang untuk tenaga medis yang kehabisan stok, sehingga garda terdepan se akan kehilangan tameng pelindung diri dalam menghadapi Covid-19. Lalu muncul satu persatu secara cepat bantuan yang ditujukan untuk orang yang sangat membutuhkan bantuan.

Di media sosial banyak sekali postingan-postingan yang menampilkan bahwa dirinya atau si pemilik akun sosmed, telah membantu orang yang membutuhkan bantuan. Baik berupa uang tunai, sembako, masker atau pun alat pelindung diri untuk tenaga medis. Dan banyak juga orang yang menawarkan donasi atau penghimpun dana untuk penanganan COVID-19 ini, dengan jumlah yang sangat luar biasa dari semua jumlah bantuan yang ada.

Hal tersebut pasti membuat kita berfikir suuzhon “untuk apasih di posting? Bukankah akan lebih baik ketika tangan kiri tidak tahu yang dilakukan tangan kanan? Bukankah sama halnya kita mempermalukan orang yang kita bantu dengan kita memposting?”. Sebagaimana hadis Nabi SAW bersabda “Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebijakan. Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau bisa menurunkan hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan. Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya.” (HR. Abu Daud No. 4084 dan Tirmidzi No. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan shahih sanadnya dan Al Hafizh Ibnu Hajar juga menyatakan shahih hadis ini).

Pemikiran yang terlalu jauh akan membuat kita memiliki prasangka buruk terhadap sesuatu yang meragukan, apalagi jika melihat orang yang baik yang memberi bantuan dan orang tersebut memposting di sosmed, pasti muncul pemikiran yang negatif. “Pansos atau sedekah ya mbak?”. Siapa sangka jika orang yang tersebut hanya ingin menyebarkan kebaikan agar bisa menularkan kebaikannya kepada orang lain yang masih tertutup hatinya untuk bersedekah.

Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran Surat Al-Hujarat : 12 “Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Hujarat : 12).

Dalam ayat tersebut dijelaskan kepada kita untuk menjauhi prasangka, karena sebagian besar prasangka adalah dosa. Maka kita sebagai seorang muslim yang baik hendaknya kita menghormati dan mendukung sesama dalam hal kebaikan. Bukannya berprasangka yang belum tentu jelas kebenarannya, sehingga dapat merugikan diri sendiri maupun juga dapat merugikan orang lain.

Dalam islam mukmin diajarkan untuk berperilaku husnuzhon atau berbaik sangka, berprasangka yang positif kepada orang lain. Hadis Nabi SAW juga menjelaskan kepada kita untuk berprasangka yang baik. “Sesungguhnya Allah berkata : Aku sesuaikan Prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk maka keburukan baginya.” (HR. Muslim No. 4849).

Sudah dijelaskan secara jelas bahwa berprasangka baik akan membawa dampak positif juga pada diri kita. Maka dari itu janganlah mudah berprasangka yang tidak baik, apabila kita melihat seseorang berbuat baik, dan janganlah membuat atau menyebabkan orang lain berprasangka kepada kita, karena perilaku kita yang berlebihan atau perilaku yang dapat menggangu orang lain dan merugikan orang lain. Dan sebaik-baiknya orang adalah pintar menyembunyikan kebaikan. Insya Allah, Allah Ta’ala akan menggantinya dengan memberikan Ganjaran atau nikmat yang lebih baik. [HW]

Laila Maghfiroh
Mahasiswi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini