Trend Menikah Muda Modal Kata Memantaskan Diri

Sedang rame seorang Dirut menikahi dua bersaudari sekaligus. Sebenarnya persoalan ini jelas terang benderang dalam surat Anisa ayat 23.

وأن تجمعوا بين الأختين إلا ما قد سلف

Ayat ini sambungan tentang larangan menikahi ibu, anak perempuan, saudara perempuan, paman, dan seterusnya termasuk mengumpulkan dua kakak beradik dalam satu pernikahan.

حرمت عليكم أمهاتكم وبناتكم وأخواتكم وعماتكم وخالاتكم وبنات الأخ وبنات الأخت وأمهاتكم اللاتي أرضعنكم وأخواتكم من الرضاعة وأمهات نسائكم وربائبكم اللاتي في حجوركم من نسائكم اللاتي دخلتم بهن فإن لم تكونوا دخلتم بهن فلا جناح عليكم وحلائل أبنائكم الذين من أصلابكم وأن تجمعوا بين الأختين إلا ما قد سلف إن الله كان غفورا رحيما

Dalam kitab اعانة الطالبين jelas ada mahram muabad (mahram selamanya); ibu, saudara perempuan, dan seterusnya seperti disebutkan diatas, dan ada mahram muaqat; saudara perempuan istri, bibi istri dari ibunya, bibi istri dari ayahanya.

Mahram muabad haram dinikah selamanya. Hikmahnya, dalam pernikahan ada hal-hal yang mungkin terjadi seperti perselisihan, pertengkaran yang berakibat pada perceraian. Nah keharaman ini sebagai antisipasi jika terjadi perceraian akan terputus hubungan keluarga, seperti kakak dan adik, ponakan dan bibi.

Sementara adik atau kakak perempuan dari istri atau bibi dari istri masuk dalam klasifikasi mahram muaqat; wanita-wanita yang haram dinikahi secara temporal, sementara waktu. Misalnya jika istrinya wafat, atau diceraikan, maka ia boleh menikahi adik atau bibinya.

المراد به بيان تحريم نكاح أخت الزوجة ما دامت الزوجة حية باقية تحت حبالة الزوجية فهو أوجز عبارة وأحسنها في تأدية المراد وإطلاق الكلام ينصرف إلى الجمع بينهما في النكاح في زمان واحد فلا مانع من أن ينكح الرجل إحدى الأختين ثم يتزوج بالأخرى بعد طلاق الأولى أو موتها ومن الدليل عليه السيرة القطعية بين المسلمين المتصلة بزمان النبي صلى الله عليه وآله وسلم.

Baca Juga:  Ijtihad Umar ibn Khattāb yang Disalahpahami

Karena yang dilarang adalah mengumpulkan dua bersaudara dalam sebuah pernikahan, baik bersamaan الجمع, ataupun beriringan, menikahi adik atau kakaknya dulu, baru kemudian adiknya, kasus yang pertama keduanya batal, kasus kedua urutan pernikahan kedua tidak sah.

Dan ini termasuk ijmak ulama, tidak ada perbedaan. Adanya khilaf jika salah satunya hamba sahaya, amat. Tentu kasus terkahir ini tidak relevan dizaman sekarang jadi tidak perlu dibahas. Cuman saya heran, Direktur utama bank Syariah kok tidak paham persoalan yang begitu jelas, terang. Masalahnya kalau persoalan semudah itu saja gak ngerti, bodoh, bagaimana dalam urusan perbankan, dimana disana mengumpulkan banyak sekali persoalan fikih, murabahah, mudhorobah, bai, ijarah, dll.

Makanya yang perlu dipanjangkan itu belajar, ilmu bukan jenggot. Jujur saya heran, disebagian komunitas ketika ghirah keagamaan meningkat yang dipanjangkan bukan ilmunya malah jenggotnya. (IZ)

Ahmad Tsauri
Dosen IAIN Pekalongan, Alumnus UIN Sunan Kalijaga, dan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini