Hijrah dan 1 Muharram (Kalender Hijriah Dibuat Setelah 17 Tahun Peristiwa Hijrah)

1 Muharram ditetapkan dan disepakati oleh kaum muslimin pada masa Khalifah Umar bin Khattab, atas inisiatif Khalifah sendiri. Berawal dari surat Abu Musa pada Khalifah Umar, bahwa surat-surat Khalifah tidak tercantum “tanggal” di dalamnya, sehingga berbagai peristiwa tidak diketahui. Muncullah inisiatif dari Khalifah untuk membuat kalender dalam Islam.

Peristiwa hijrah terjadi tidak bertepatan dengan 1 Muharram tetapi pada bulan Shafar, dan ada pendapat lain peristiwa hijrah pada bulan Rabiul Awwal. Tetapi, nama kalendernya adalah Hijriah yang berdasarkan hitungan bulan. Dengan visi membawa semangat hijriah yaitu meninggalkan kebatilan menuju yang hak, demikian pendapat Khalifah Umar.

Sama dengan Tahun Baru Masehi, sebagai penanda Nama Tahun, dan Masehi adalah era kalender yang dihitung sejak kelahiran Isa Al-Masih. Tetapi, Isa Al-Masih tidak lahir pada 1 Januari, tetapi tanggal 25 Desember sebagai tanda kelahiran Isa Al-Masih dalam kalender Masehi. Sama halnya dengan tahun Hijriah, yang kemudian dinisbatkan pada peristiwa hijrahnya Nabi, tetapi 1 Muharram bukanlah hari/tanggal ketika peristiwa hijrah itu terjadi. Dalam hitungan kalender Hijriah (Sebelum Hijriyah, SH), peristiwa hijrahnya Nabi terjadi pada bulan Shafar dan bulan Rabiul Awwal, yaitu bertepatan dengan bulan Juni dan Juli pada tahun 622 M). Bulan shafar (akhir bulan) ketika Nabi berangkat dari Makkah, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awwal.

Berbeda dengan kalender Masehi, penandanya adalah Kelahiran Isa Al-Masih yang disebut dengan Kalender Georgia, sedangkan penanda Tahun Hijriah adalah peritiwa Hijrahnya Nabi yang dinamakan Tahun Hijriah, sekali lagi dimulainya Hijriah bukan hari atau tanggal dimana Nabi melakukan hijrah, tapi Sanah (tahun) Hijriah. Kalender Hijriah dibuat setelah 17 Tahun peristiwa Hijrah.

Nama-Nama bulan sebelum Islam adalah Al-Mu’tamar (Muharram), Najir (safar), Khawwan (Rabiul Awwal), Busshan (Rabiul Akhir), Alhanin (Jumadil Ula), Rabbi/Rabbah (Jumadil Alkhirah), Al-Asham (Rajab) dan Ghadzil (Sya’ban), Nathiq (Ramadhan), Wa’il (Syawwal), Warnah (Dzulqa’dah), Bark (Dzulhijjah)

أوضحت الدارة أسماء الشهور الهجرية وما يقابله من اسم الذي كان يطلقه عليه العرب قبل الإسلام، مثلا: المحرم كان اسمه عندهم “المؤتمر”، أما صفر فيسموه “ناجر”، وربيع الأول “خوّان”، وربيع الآخر “وبصان”، وجمادى الأولى “الحنين”، وجمادى الآخرة “ربّى”أو”ربّة”، ورجب “الأصمّ”، وشعبان “عاذل”.أما شهر رمضان فكانوا يسمونه بـ”ناتق”، فيما يسمون شهر شوال بـ”وعل”، وذو القعدة بـ”ورنة”، وذو الحجة “برك”.

Baca Juga:  Mengkhusyu’i Tapak Hijrah Kanjeng Nabi

Mudahnya, semangat hijrah adalah nama yang dipilih untuk nama tahun dalam kalender Islam. Apakah salah bila peringatan tahun Hijriah dikaitkan dengan hijrahnya Nabi? Loh, siapa yang menyalahkan!!, tidak salah lo. Karena dalam pergantian tahun yang dibawa adalah semangat perubahan sebagaimana ashab hijrah, dari kemusyrikan menuju ketauhidan, dan dari dunia kelam (batil) menuju dunia yang derang (hak) sebagaimana alasan Khalifah Umar dalam memilihnya. []

***
Dalam foto di bawah, tertulis khalifah Ali, yang benar adalah Khalifah Umar (secara Ijma’), saya belum mendapatkan ide kalender hijriah dari Khalifah Ali (mungkin ada yang memberi rujukan). Foto wikipedia

Halimi Zuhdy
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Pengasuh Pondok Literasi PP. Darun Nun Malang, Jawa Timur.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Pustaka