hidup bahagia di usia tua

Secara fitrah manusia itu berproses hidupnya dari lahir yang diawali sebagai anak, remaja, dewasa dan berakhir tua. Ketika anak yang tumbuh dengan baik, ingin menjadi remaja yang lincah. Setelahnya ingin menjadi dewasa yang matang dan produktif. Akhirnya berharap menjadi orangtua yang bahagia hingga mengakhiri hidup di dunia dengan husnul khatimah. Inilah cita-cita kita semua, walau tidak selalu mudah mewujudkannya.

Pada prakteknya tidak semua orang bisa merasakan hidup di usia tua dengan bahagia. Banyak faktor yang bisa menjadi penyebabnya, di antaranya (1) tidak memiliki pegangan hidup agama yang kuat dan tidak taat mengamalkan ajaran agama, (2) tidak memiliki pekerjaan (pensiun), (3) mengalami banyak penyakit, (4) tidak memiliki harta yang cukup, (5) tidak memiliki keluarga dan kerabat dengan hidup sebatangkara, dan sebagainya. Walaupun makna bahagia itu relatif, namun dengan segala keterbatasan, kita semua ingin menjalani hidup tua dengan bahagia

Ada yang meyakini bahwa orangtua yang bahagia itu bersifat given, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa orangtua yang bahagia itu perlu diikhtiarkan. Dengan dinamika sosial yang cepat hidup menjadi tak menentu. Bisa saja semula memasuki usia bahagia, tiba-tiba berubah menjadi tidak bahagia. Terlepas dari kondisi apapun, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk menjadi tua yang bahagia. Pertama, berusaha terus menjaga komitmen beragama dengan selalu mengharapkan ridla Allah swt. Istiqamah dan khusyuk menjalankan ibadah. Bersemangat dan rutin menjalani kehidupan muamalah. Dalam kondisi ini hati dan pikiran menjadi damai dan tenang. Hidup penuh toleran dan bisa beradaptasi dengan lingkungan dengan nyaman.

Kedua, Tetap aktif dalam hal yang disukai. Utamanya yang menjadi passion-nya. Hidup itu sebaiknya tidak hanya dibatasi dengan pencapaian karir dan membangun keluarga yang bahagia saja. Melainkan juga bisa dilakukan dengan menghabiskan waktu untuk aktivitas yang menjadi kesukaan. Terutama dalam mengisi waktu longgar. Dengan mewujudkan apa yang menjadi kesukaan akan menghadirkan kepuasan. Yang pada akhirnya bisa terwujud kebahagiaan. Dengan bahagia, dapat menimbulkan kekebalan. Kondisi inilah yang bisa menghindari berbagai penyakit yang tidak diinginkan.

Baca Juga:  Indahnya Birrul Walidain

Ketiga, Mencoba sesuatu yang baru. Usia tua bukanlah suatu alasan untuk tidak mencoba sesuatu yang baru. Sesuatu yang bisa membuat variasi hidup sehingga muncul perasaan muda kembali. Sesuatu yang baru itu bisa berupa aktivitas fisik dan non fisik. Katakanlah keberanian untuk berkomitmen menulis secara ajeg tanpa memperhatikan insentif. Tetapi secara sadar menuangkan apa saja yang terbesit dalam pikiran dengan tetap memperhatikan kondisinya sendiri. Dengan selalu berhati-hati untuk tidak merugikan orang lain.

Keempat, Menjaga kehidupan sosial. Kehidupan sosial itu sesuatu mahal sekali, terutama bagi yang berusia tua. Menjaga persahabatan, apakah sahabat waktu sekolah atau kuliah serta kolega di tempat kerja atau di bidang sama sangatlah berarti dalam hidup ketika berusia tua. Bernostalgia membuat kita muda dan ceria. Tidak dalam hidup kesendirian yang kadang-kadang diliputi kesedihan. Di samping itu menjaga hidup bertetangga dan bermasyarakat, dengan aktif berpartisipasi dalam kegiatan dan agenda lingkungan tempat tinggal. Juga aktif dalam kegiatan organisasi sosial dan atau keagamaan, sehingga bisa aktif dalam kegiatan sosial. Aktif dalam kegiatan silaturahmi menghadirkan kebahagiaan tersendiri.

Kelima, aktif berolahraga sesuai dengan minat dan kondisi badan. Banyak pilihan olahraga yang mendatangkan kebahagiaan. Tentu olahraga yang rekreatif dengan beban yang tidak melebihi dari kemampuan dan kekuatan serta kondisi fisik. Olahraga dilakukan dengan fun dan bisa untuk menjadi media pertemuan dan silaturahmi dan persahabatan. Olahraga juga perlu dilakukan dengan rutin. Dengan olahraga secara rutin, badan menjadi sehat dan fresh. Yang akhirnya bisa wujudkan hidup yang bahagia. Hidup tua tidak hanya diisi di tempat tidur saja, tapi dengan gerak dan jalan-jalan, sehingga darah mengalir lancar dan badan sehat dan bahagia.

Baca Juga:  Setelah Anak Bersekolah atau Mondok, Lantas Orangtua Ngapain?

Keenam, Tidak membanding-bandingkan diri sendiri. Pada kenyataannya tidak banyak orang terlihat lebih muda dari pada usianya. Realitasnya berusia 50 tahun tapi wajah dan penampilan masih berusia 30 tahun. Sebaliknya ada juga yang masih berusia 30 tahun tapi wajah dan penampilannya seperti 50 tahun. Memang ada kecenderungan bahwa orangtua yang bahagia itu tampilannya relatif lebih muda dari usia yang sebenarnya. Hal ini tidak bisa lepas dari kondisi badan yang sehat dan bahagia.

Ketujuh, Mengkonsumsi makanan yang sehat dengan ukuran menu yang sesuai. Jenis dan pola makanan yang diusahakan dengan baik, dapat berdampak pada kehidupan yang sehat. Terjauhkan dari penyakit fisik dan non fisik. Dengan peredaran darah yang baik dan beban kerja jantung yang terkendali, badan terjaga sehatnya. Jika jarang dihinggapi dan ditimpa dengan penyakit, utamanya penyakit kronis, maka badan sehat. Yang akhirnya bisa merasakan hidup bahagia.

Kedelapan, menggunakan pikiran Dengan benar dan jujur. Menjaga dan menggunakan pikiran secara benar, akan menghasilkan ketenangan dan kepuasan hidup. Produk pikiran yang diorientasikan untuk pengabdian dan pencegahan bagi orang lain akan menghasilkan kepuasan psikologis. Sikap tawaduk yang menyertai karya kreatif dan inovatif, akan menghasilkan prestasi dan penghargaan. Namun sebaliknya bahwa pikiran yang diorientasikan untuk hal-hal yang sifatnya distruktif, akan membikin hidup tidak tenang dan menjatuhkan dari kebahagiaan.

Untuk menjadi tua yang bahagia cenderung tidak datang tiba-tiba. Ingat penggalan sabda Rasulullah, bahwa ingatlah masa mudamu sebelum masa tuamu tiba, ingatlah masa sehatmu sebelum sakitmu tiba, dan ingatlah hidupmu sebelum matimu tiba. Ini Artinya bahwa sekarang dalam usia berapapun seharusnya kita melakukan persiapan yang sebaik mungkin dalam menuju usia tua, sehingga tidak menyesali. Kita sebaiknya tidak membuang waktu dan memboroskan uang dan mengingkari kepercayaan. Mari kita jaga semua, supaya bisa memasuki usia tua dengan bahagia. Sebagai orang tua yang beragama, untuk menjadi bahagia, perlu terus dekatkan diri kepada Tuhan, bersikap sabar, ikhlas dan qanaah. Semakin banyak zikir dan salat malam dan sunnah-sunnah lainnya, perbanyak sedekah, infak dan jariyah, serta amalkan ilmu untuk bekal menghadap Sang Khaliq. Semoga bahagia dunia dan akhirat. Aamiin. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah