Padahal tidak hanya masalah kebendaan saja, rezeki bisa berupa kesehatan, keharmonisan rumah tangga, anak yang sholeh dan sholehah, kenyamanan hidup. Itu semua juga termasuk yang diberikan Allah kepada kita.
Selain itu rezeki kadang juga diartikan barang-barang atau harta yang diatasnamakan dengan nama kita, mobil atas nama kita, rumah atas nama kita, tanah atas nama kita.
Disini saya memiliki pandangan yang berbeda mengenai arti rezeki.
Setiap orang memiliki jatah rezeki yang sama
Setiap orang bahkan setiap makhluk yang diciptakan Allah mempunya jatah rezeki yang sama, maksud saya disini adalah apa yang kita nikmati sebagai rezeki yang diberikan Allah itu semua sama.
Misalnya kita makan, mau semahal apapun makanan dan mau sebanyak apapun makanan yang kita makan, maka yang bisa kita nikmati hanya sebatas apa yang masuk ke mulut kita saja, bahkan sebelum dan setelah itu kita tidak bisa menikmatinya, makanan yang sudah melewati mulut dan masuk ke kerongkongan sudah tidak bisa kita nikmati lagi rasanya.
Sebagaiman halnya dengan pakaian kita, misalkan kita mempunya baju sebanyak apapun bahkan sampai beberapa lemari sekalipun, yang dapat kita nikmati hanya yang menempel pada badan kita saja, yang lain hanya menumpuk di lemari atau di keranjang cucian kotor, tidak lebih dari itu.
Kita memiliki mobil semahal apapun, semewah apapun bahkan, yang bisa kita nikmati paling hanya sebatas apa yang menempel pada pantat kita sebagai dudukan. berada di kursi kemudi atau di kursi penumpang, hanya sebatas itu saja. ketika mobil sudah masuk garasi maka kita sudah tidak dapat menikmati rasanya berkendara bukan?
Pemandangan indah yang dapat kita nikmati hanya sebatas jangkauan penglihatan kita saja. tidak lebih.
Bahkan udara yang kita hirup setiap haripun, yang menjadi jatah kita hanya yang masuk ke dalam tubuh kita saja, yang keluar sudah bukan jatah kita lagi.
Merekonstruksi ulang makna rezeki
Dalam artikel ini saya mengajak sahabat-sahabat sekalian untuk merekonstruksi ulang tentang makna rezeki yang mungkin selama ini salah kaprah, bahwa Allah memberikan kita jatah rezeki yang sama baik itu orang yang dianggap kaya, atau dianggap miskin, orang yang sempurna fisik maupun memiliki kekurangan fisik.
Maka yang membedakan diantara kita dihadapan Allah bukan soal rezeki, tapi iman. Apakah kita menjadi hamba yang syukur atau yang kufur.