Dekadensi Moral Anak Bangsa di Tengah Era 4.0

Di tengah kemajuan teknologi yang semakin canggih memudahkan masyarakat untuk mengakses berita-berita yang berkaitan dengan segala hal, baik di bidang ekonomi, politik, agama, dan lain sebagainya. Anehnya lagi di tengah kemajuan ini segala jenis ekspresi kehidupanpun bisa dituangkan di ruang publik seperti halnya Facebook, WhatsAap, Instagram, Twiter, YouTube, dan lain sebagainya. Tidak sedikit dari kita yang mengikuti proses kemajuan ini, karena kemajuan ini memiliki daya tarik yang sangat kuat sehingga membuat kita merasa menyesal tidak mengikutinya, terutama bagi para pemuda milenial.

Bagi seorang pemuda menganggap perkembangan ini bisa mengubah pola pikir dan pola hidup mereka dengan menganggap semua yang ada pada aplikasi tersebut bisa memberi manfaat kepada mereka. Padahal melihat fakta yang ada tidak semua aplikasi yang ada bisa memberikan manfaat bagi mereka melainkan memberikan sebuah mafsadat bagi mereka, namun mereka tidak menyadari bahwa sebagian aplikasi tersebut sedang menjajah para generasi-generasi penerus bangsa. Salah satu contohnya adalah aplikasi Tik-Tok, aplikasi tersebut secara tidak langsung mengubah pola pikir bahkan moral anak bangsa.

Banyak dari pemuda kita yang sudah kecanduan dengan aplikasi ini, karena secara leluasa mereka bisa mengungkapkan ekspresi kehidupannya melalui aplikasi Tik-Tok tersebut dengan meniru gaya-gaya dari orang yang memperagakan sebuah ekspresi sesuai keadaan yang ia alami. Padahal dari beberapa fakta yang beredar bahwasanya banyak sekali kerusakan yang menimpa kaum pemuda terutama kemerosotan moral dari diri seorang pemuda itu sendiri.

Moral merupakan sebuah hal yang bersifat dlarury (kebutuhan pokok) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena Negara itu bisa maju dan berkembang tiada lain mengedepankan moralitas anak bangsa. Di samping itu moral merupakan salah satu tuntutan dalam ajaran Islam, dikarenakan moral merupakan penentu kemajuan Islam itu sendiri. Dikatakan demikian karena Nabi Muhammad diutus ke dunia selain menyebarkan agama Islam juga diutus untuk menyempurnakan moral para umatnya. Hal ini diungkapkan langsung oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis:

Baca Juga:  Ngaji Kitab al-Akhlaq Aristoteles; Nicomachea (4)

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق

Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”

Hadis tersebut sudah jelas bahwasanya sebelum kita di perintahkan untuk melaksanakan dan menyebarkan syari’at perlu tertanam pada diri kita sebuah moral, agar pesan-pesan ke-Islam-an yang kita sampaikan bisa diterima oleh siapapun tanpa adanya sebuah cacian-cacian terhadap Islam itu sendiri. Namun semenjak munculnya aplikasi tersebut khususnya pemuda Indonesia mengalami penurunan moral, disebut demikian karena banyak sekali dari pemuda bangsa yang sudah kehilangan hakikat dirinya sebagai manusia yang diciptakan Allah sebagai makhluk yang berakal dengan sering menampakkan diri dengan berpakaian yang tidak layak untuk dilihat khususnya pada seorang perempuan dalam khalayak umum. Hal tersebut sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi para pemuda bahkan karena saking seringnya sehingga berakibat bertingkah sebagaimana orang gila pada biasanya. Adanya penurunan moral ini menjadi tantangan tersendiri terhadap kemajuan bangsa khususnya agama Islam itu sendiri.

Dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwasanya menjaga moralitas anak bangsa menjadi tugas utama kita bersama sebagai makhluk sosial, karena moral merupakan penentu bangsa itu menjadi berkembang dan maju bahkan menjadikan sebuah bangsa dan Negara itu aman seaman-amannya dan juga untuk menghindari tuduhan-tuduhan orang yang mengklaim Islam itu sebagai agama yang tidak bermoral. []

Muhammad Ihyaul Fikro
Mahasantri Ma'had Aly Nurul Qarnain Sukowono Jember

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini