Alam seperti telah lama merunduk, kemudian mengambil kembali apa yang memang miliknya.

Kata “milik” memang sangat berharga bagi manusia. Saking berharganya, manusia merasa memiliki apapun yang ada di alam. Oleh sebab itu Proudhon menulis “Hak milik adalah curian.”

Dalam hal ini kita sepakat, banyak sekali yang kita curi dari “alam”. Kita membangun pemukiman yang tidak pernah dibuat spesies manapun di planet bumi. Seandainya semut, sapi dan gajah digabungkan, hanya sedikit permukaan bumi yang akan berubah atas pemukiman mereka.

Kita berbuat lebih jauh, bahkan terlalu jauh. Kita memotong sungai dan daratan. Memutus rute ikan bertelur dan menghancurkan migrasi hewan yang bergantung pada sistem memutar dalam mencari makanan. Kura-kura, kepiting dan hewan melata mati di tengah jalan tol.

Kita masuk ke dalam ekosistem yang terlarang bagi manusia. Selama 2,5 juta tahun, para leluhur, manusia neolitik, animis dan dinamis menciptakan sosok-sosok mistis agar manusia tidak berjalan lebih jauh.

Semakin besar hutan, semakin banyak legenda yang diceritakan. Hutan adalah dunia kecil. Siklus yang akan menormalisasi segala pertentangan. Ia memiliki banyak obat penyembuh sekaligus menyimpan penyakit mematikan. Tapi hutan mampu menjaganya. Monyet tidak menebang pohon atau gajah tidak pernah membendung air. Udara, suara burung, tarian daun bergerak sesuai harmoni.

Itu mungkin menjadi penyebab mengapa jutaan bom Amerika di Hutan Vietnam tahun 1976 tidak sedikitpun berakibat fatal pada hutan. Ledakan proyektil melambat oleh tekanan udara tropis, daun, lumut yang licin dan menyelamatkan manusia yang bersembunyi di dalamnya. Lain soal kalau Ho Chi Minh bertarung dipemukiman kota: nasibnya akan seperti Nguyen van Lem. Gerilya hanyalah konsep, hutanlah yang membuat mereka menang. Mungkin kebetulan semata apabila Vietnam dianggap sukses mengatasi Corona. Itulah legenda.

Baca Juga:  Hukum Iktikaf Ramadan di Rumah Sebab Corona

Di hutan kalimantan terdapat siluman Mariaban. Ia dikenal beringas dan haus darah. Atau blau hantu nakal yang menyesatkan manusia. Namun kedua legenda itu memiliki dua pesan yang sama: pertama, jangan sesekali masuk hutan terlalu dalam!, kedua, para hantu itu adalah cerminan perilaku manusia sendiri.

Begitupun Corona. Anda boleh menyebutnya hasil labotarium. Silahkan. Namun lihatlah sejarah, semua jenis penyakit itu tidak datang dengan sendirinya. Ia diangkut dari dalam hutan.

Ebola, Zika, virus Corona, flu kuning, varian dari avian influenza, dan flu babi adalah beberapa patogen yang keluar dari pedalaman terpencil menuju pinggiran urban, ibukota, dan akhirnya jejaring global. Dari kelelawar buah di Kongo membunuh orang-orang di Miami dalam beberapa minggu saja.

Semua memang terlanjur salah. Cara hidup kita sudah melampaui keseimbangan alam. Kita memproduksi bahan pangan dan peternakan dengan jumlah luar biasa. Semua hewan dan tanaman disatukan dalam satu lokasi. Satu ayam terkena penyakit, jutaan tertular dan langsung menyebar ke seluruh dunia oleh mekanisme ekspor antarnegara.

Lihatlah ecoli. Hinggap di tanaman sayur dan segera menyebar keseluruh dunia. Ini karena cara kita memperlakukan tanaman dan hewan sudah sedemikian buruk. Kita mengeksploitasi mereka melebihi taraf yang pernah diberikan alam. Bayi ayam 4 minggu sudah bisa dipanen dengan ukuran badan besar hasil suntikan dan kaki yang belum bisa menopangnya. Ayam negeri yang kita makan adalah hasil siksaan. Baru-baru ini penelitian menunjukkan gajah-gajah millenials jarang menumbuhkan gading. Menurut ahli genetika; hal itu merupakan warisan leluhurnya yang tersimpan dalam kode informasi genetik gajah agar berhenti menumbuhkan gading atau punah.

Apa boleh buat, ayam kampung yang dipelihara dengan usia normal hanya milik kelas atas dengan harga yang cukup mahal. Getah kerusakan alam akan menyasar kaum miskin terlebih dahulu.

Baca Juga:  Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti

Inilah yang terjadi. Planet bumi sudah memperingati. Gunungan sampah memenuhi kawasan alam paling perawan. Atas nama menikmati alam beberapa gunung padat wisata sudah dilapisi urin manusia. Taik-taik pelancong alam memenuhi puncak pegunungan. Dilaut ikan-ikan mengandung plastik. Di negara Skandinavia mereka menyebut membunuh paus sebagai tradisi, padahal tidak dimakan. Lain soal dengan Jepang yang memakan semua apapun yang ada dilaut. Bangsa mereka tidak merusak laut. Tapi milyaran dollar dibayar Jepang pada nelayan resmi maupun ilegal sehingga sengketa perbatasan laut Cina selatan memperburuk keadaan. Program perlindungan biota laut seperti membangun rumah pasir dikala hujan badai.

Setelah terdampak Corona, emisi karbon di cina turun 25% dalam satu bulan (Februari-Maret). Di Venice Italia air menjadi lebih jernih dan ikan-ikan mulai bermunculan setelah tak terlihat sejak Renaissance.

Bulan Maret 2020 pencitraan satelit NASA melaporkan bagian Utara Amerika Serikat polusinya turun hingga 30%. Itu akibat banyak manusia mengurung diri. Kita tentu tidak benar-benar menghentikan perusakan alam yang sudah menjadi tradisi industri sejak abad ke-18.

Bumi sedang beristirahat sejenak. Mari merenung dengan bijak. Kita bisa belajar dari serigala. Sampai Tahun 1995 Taman Nasional Yellowstone, AS merupakan kawasan yang mengalami defoliasi, erosi dan ekosistem yang tidak seimbang.

Kemudian pemerintah mengadakan program pengendalian predator. Menempatkan dua serigala disana. Serigala mulai memburu rusa yang kelebihan populasi. Merubah rutenya sehingga rerumputan bisa tumbuh bebas.

Akibatnya, daerah-daerah itu mulai beregenerasi, dan spesies seperti burung, berang-berang, tikus, dan beruang kembali. Kehidupan tanaman sekali lagi tumbuh subur di sepanjang tepi sungai dan erosi menurun secara signifikan.

Stabilisasi tepian sungai sebenarnya membuat sungai dan aliran berubah arah. Dengan diperkenalkannya kembali hanya sejumlah kecil serigala, lanskap seluruh taman berubah. Wajar bila diberikan judul “dua serigala merubah sungai”.

Baca Juga:  Corona dan Hilangnya Tradisi Masyarakat

Salah satu kuncinya: serigala hanya mengambil apa yang mereka butuhkan. Menyisakan makanannya untuk dimakan ulat belatung dan predator yang lebih lemah. Rerumputan yang bebas tumbuh dapat menyimpan air lebih banyak dan menghentikan erosi sungai.

Selama 20 tahun penduduk adat berjuang berdemonstrasi melawan undang-undang anti-serigala. Selama itu Serigala mengajarkan bagaimana caranya menjadi puncak rantai makanan.

Sangat wajar kalau penduduk asli Amerika Utara sangat menghormati serigala dalam setiap ritual adat mereka. Kita bisa melakukan hal sama. Anda tidak perlu menyembah serigala dan percaya arwahnya akan membunuh anda. Anda hanya perlu cukup percaya; jadilah spesies puncak rantai makanan yang bijaksana.

Bagaimana dengan manusia? Sendirian, Suhendri berhasil menanam 3 hektar pohon di Kalimantan. bahkan Sadiman menanam 250 hektar di gunung Lawu yang mulai kritis. Sekali saja serius; tahun 2018 program pemerintah Cina membangun hutan seluas Irlandia. Tentu berbanding terbalik dengan kebun sawit ditanah air yang dimiliki beberapa orang saja. Mereka bisa saja merubahnya menjadi hutan. Namun mereka memilih mengambil lebih. Sedang kita memalingkan muka. [HW]

Iman Zanatul Haeri
Guru Sejarah MA Al-Tsaqafah Said Aqil Siroj Foundation, Alumnus Universitas Negeri Jakarta.

Rekomendasi

Opini

Jalan Tempuh Awam

Menyimak sesi pengajian online dari para Kiai di bulan Ramadan yang bertepatan dengan ...

Tinggalkan Komentar

More in Hikmah