Belajar dari Sepak Bola

Sepak Bola, olahraga yang selalu menjadi daya tarik dikalangan manusia,baik laki laki dan tak sedikit perempuan yang menggemari olahraga tersebut, terutama dikalangan eropa yang disebut sebagai kiblat persepakbolaan, di Indonesia sendiri menurut survei yang dilakukan oleh Nielsen Sport, 77% Penduduk Indonesia memiliki ketertarikan pada olahraga si kulit bundar dan menempati urutan nomor 2 di dunia,hanya kalah dari Nigeria yang mempunyai presentase sebanyak 83% yang menempati urutan nomor 1 di dunia.

Meski sepakbola adalah olahraga, tapi tak sedikit menyimpan nilai nilai positif yang patut kita terapkan dalam kehidupan nyata, sehingga kita perlu belajar sikap yang ada dalam sepakbola.

Pertama, Kebersamaan, dalam sepak bola antar pemain memainkan peran yang berbeda-beda,seorang kiper yang mempunyai peran menjaga gawang nya dari kebobolan,defender mempunyai peran menjaga garis pertahanan dan menghentikan laju lawan, Midfielder mempunyai peran menjaga stabilitas lapangan tengah dan mengatur ritme permainan dan striker yang selalu siap menerima umpan dari winger untuk menceploskan bola ke jala lawannya, tetapi semua pemain dalam posisi yang berbeda tersebut mempunyai tujuan yang sama yakni memenangkan setiap pertandingan.

Demikian halnya dengan kita, dalam kehidupan bernegara mungkin kita memiliki posisi, jabatan, kedudukan dan fungsi yang berbeda, ada yang dipercaya menjadi pejabat, ada yang jadi wakil rakyat, ada yang menjadi tenaga pendidik, pengusaha, petani, nelayan, tenaga kesehatan, kiai, dan lain-lain, tetapi kita adalah satu tim besar yaitu Indonesia, dan tentu kita memiliki tujuan yang sama, baldatun thoyyibatun, wa Robbun Gofur, mewujudkan negeri yang makmur, adil, sejahtera lahir batin.

Kedua, Ukhuwwah Basyariah, hal ini mengingat  dalam sepakbola tidak melihat Suku,Agama dan Ras (SARA),melainkan skill-nya,kontribusi dan spiritnya, bahkan dalam induk sepakbola mengutuk adanya rasis dengan jargonnya yakni “say no to racism”, dalam bermasyarakat juga demikian kita tidak boleh  membeda bedakan dalam memilih teman ,menilai teman melalui suku, agama dan rasnya, tidaklah elok berbuat demikian karena kita sama sama ciptaan tuhan,seharusnya kita dapat menjaga perasaan saudara kita agar ukhuwah basyariyah kita tetap terjalin dengan baik.

Baca Juga:  Ijazah Cuma Selembar Kertas Penindas Ilmu

Ketiga, profesional dan proporsional. Jika anda seorang  kiper maka tugas anda adalah menjaga gawang agar tidak kebobolan, jangan ikut-ikutan maju menyerang,maka akan berakibat fatal pada gawang anda. Jika anda striker, maka tugas anda berusaha untuk mencetak gol ke gawang lawan, jangan malah berdiri di depan garis pertahanan anda sendiri karena peran tersebut sudah ada seorang defender yang menjaga lini pertahanan.

Dalam kenyataan hidup pun demikian, hendaknya setiap orang memposisikan dirinya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tidak boleh memaksakan diri untuk  merebut posisi yang bukan keahlian kita. Namun sayang, realita di negeri ini profesionalitas sering kali diabaikan. Contoh: seorang yang dari latar belakangnya tidak pernah menyelami ilmu agama karena popularitasnya ia mengakui dirinya menjadi ustadz dan memberikan fatwa kepada khalayak umum, sebaliknya ustadz yang benar benar mengerti dalam hal ilmu agama diabaikan karena tidak mempunyai popularitas. Dari sinilah orang tidak bisa memposisikan dirinya dengan baik sesuai dengan skill dan ilmu yang dimiliki bahkan mengambil profesi yang seharusnya bukan miliknya. Keadaan seperti ini tentu akan membuat bingung khalayak umum, dan dituntuk untuk jeli terkait memilih dan memilah siapa yang benar dan sebaliknya.

Tentu masih ada banyak lagi contoh-contoh sifat yang dibangun di sepakbola untuk kita ambil contoh, tetapi disini penulis hanya bias menuliskan 3 contoh yang dikira penting dalam kita menjalani kehidupan sehari-hari. []

Muhammad Abu Bakar Minatullah
Ma'had Aly Maslakul Huda Kajen

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini