“Barakna Haulahu” Diberkati Sekelilingnya dalam Surat al-Isra’

Beberapa kali penulis ditanya, apa makna yang tersembunyi dalam “Haulahu” sekelilingnya dalam Surat al-Isra’. Penulis hanya menuliskan beberapa tafsir dan beberapa pendapat ulama terkait dengan “Barakna Haulahu”.

Ada yang mengartikan haulahu dikembalikan kemakna asalnya, “Haula” yang bermakna kekuatan (al-Quwwah), kemampuan (al-Qudrah), kecerdikan (al-Bara’ah), dan ketajaman pikiran (al-daha’).

Allah memberkati “sekitar-nya”, adalah memberkati orang-orang yang hidup untuk Baital Maqdis, dan hatinya yang terpaut dengannya, dan yang membelanya dan yang berusaha untuk menyingkirkannya dari segala bahaya, angkara dan agresi, pendapat ini dalam Barakna Haulahu, Jabir Quhaimah.

Tetapi secara ijma’ (konsensus, kesepakatan) ulama arti “di sekitarnya” dalam arti spasial: yaitu, sesuatu yang meliputi masjid al-Aqsha (bait al-Muqaddas) baik itu beberapa tempat (amakin) atau tanah (Aradhin).

Dalam tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Haul (sekeliling) menunjukkan pada sebuah tempat dekat dengan tempat yang dikenal dan disadarkan padanya (bait al-Maqdis).

وحَوْلَ يَدُلُّ عَلى مَكانٍ قَرِيبٍ مِن مَكانِ اسْمِ ما أُضِيفَ (حَوْلَ) إلَيْهِ

Dan terkait dengan penegasan akan “keberkahan” masjid al-Aqsa dan sekitarnya, karena masjid ini mulai banyak dilupakan oleh orang Nasrani karena mereka membenci orang-orang Yahudi, dan orang-orang Arab tidak mengenal tempat ini, sedangkan orang Yahudi juga menjauhi tempat yang diberkati ini.

ووَجْهُ الِاقْتِصارِ عَلى وصْفِ المَسْجِدِ الأقْصى في هَذِهِ الآيَةِ بِذِكْرِ هَذا التَّبْرِيكِ أنَّ شُهْرَةَ المَسْجِدِ الحَرامِ بِالبَرَكَةِ وبِكَوْنِهِ مَقامَ إبْراهِيمَ مَعْلُومَةٌ لِلْعَرَبِ، وأمّا المَسْجِدُ الأقْصى فَقَدْ تَناسى النّاسُ ذَلِكَ كُلَّهُ، فالعَرَبُ لا عِلْمَ لَهم بِهِ والنَّصارى عَفَّوْا أثَرَهُ مِن كَراهِيَتِهِمْ لِلْيَهُودِ، واليَهُودُ قَدِ ابْتَعَدُوا عَنْهُ، وأيِسُوا مِن عَوْدِهِ إلَيْهِمْ، فاحْتِيجَ إلى الإعْلامِ بِبَرَكَتِهِ

Baca Juga:  Kenapa Dhomir dalam Surat Al-Fath Ayat 10 Dibaca Alaihu? Ini Jawabannya

Sedangkan mernurut Imam al-Alusi dalam kitab Ruh al-Makni, yang dimaksud dengan “keberkahan” di sekelingnya karena tempat sebagai tempat peribadatan para nabi dan sebagai kiblat bagi mereka, dan serta karena banyaknya sungai dan pohon di sekitarnya, dan masjid al-Aqsa sebagai salah satu dari tiga masjid yang paling banyak dikunjungi ( 15/16), Dan dari beberapa keterangan, “keberkahan” itu meluas dari Al-Arish ke Efrat.

والبَرَكَةُ حَوْلَهُ مِن جِهَتَيْنِ: إحْداهُما النُبُوَّةُ والشَرائِعُ والرُسُلُ الَّذِينَ كانُوا في ذَلِكَ القُطْرِ وفي نَواحِيهِ ونَوادِيهِ، والأُخْرى النِعَمُ مِنَ الأشْجارِ والمِياهِ والأرْضِ المُفِيدَةِ الَّتِي خَصَّ اللهُ الشامَ بِها، ورُوِيَ عَنِ النَبِيِّ صَلِيَ اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ أنَّهُ قالَ: « “إنَّ اللهَ بارَكَ فِيما بَيْنُ العَرِيشِ إلى الفُراتِ، وخَصَّ فِلَسْطِينَ بِالتَقْدِيسِ”

Dalam al-Muharrar al-Wajiz, “Keberkahan sekelilingnya” dapat dilihat dari dua aspek, yaitu 1) kenabiaan, syariat dan para rasul berada di tempat tersebut serta sekitarnya. 2) berbagai macam pepohonan. Air, tanah yang memberikan manfaat, khususnya di negeri Syam.

Dan masih banyak pendapat lainnya, terkait dengan makna “Haulahu” sekitarnya. []

Halimi Zuhdy
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Pengasuh Pondok Literasi PP. Darun Nun Malang, Jawa Timur.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Pustaka