Bahaya Salah Niat dalam Mencari Ilmu

Ilmu adalah mahkota bagi setiap manusia. Dengan ilmu, manusia memiliki pengetahuan, pemahaman, dan bekal dalam mengarungi kehidupan. Bagi umat Islam, ilmu merupakan bekal utama untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Kewajiban ini melekat sejak dari lahir hingga memasuki liang lahat. Siapapun dan dari kalangan manapun wajib hukumnya menimba ilmu sebanyak mungkin. Kewajiban mencari ilmu ini telah diterangkan langsung oleh Rasulullah SAW :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majjah)

Bagi seorang muslim, menuntut ilmu (thalabul ilmi) merupakan kewajiban yang harus selalu ditunaikan. Namun demikian, dalam pelaksanaannya, aktifitas menuntut ilmu tidak boleh dilaksanakan secara sembarangan. Menuntut ilmu wajib dilandasi dengan niat yang suci dan ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah SWT.

Mencari ilmu yang didasari niat mengharap ridha Allah SWT akan membawa kemudahan dalam prosesnya, serta mendatangkan keberkahan bagi tiap-tiap tetes ilmu yang diperoleh. Dalam aspek kemanfaatan, ilmu yang didapat dengan niat yang lurus, diyakini memiliki nilai kemanfaatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ilmu yang hanya diniati untuk memenuhi hawa nafsu.

Lantas bagaimana dengan aktifitas mencari ilmu yang diniatkan bukan karena Allah SWT? Bagaimana jika niatnya untuk mengejar harta dan nafsu duniawi?

Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari menerangkan dalam kitabnya Adabul ‘Alim wal Muta’alim bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap orang Islam. Dalam menuntut ilmu, seorang muslim wajib meneguhkan niatnya hanya untuk mengharap ridha Allah SWT semata. Mencari ilmu yang niatnya digunakan untuk memperoleh kekuasaan dunia, menandingi dan mendebat para ulama dan ahli fikih, apalagi untuk menjauhkan diri dari Allah SWT adalah suatu kesalahan yang amat besar. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW berikut :

“Barangsiapa menuntut ilmu untuk menandingi ulama, mendebat para ahli fikih, atau menjauhkan manusia dari Tuhannya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” (HR. Bukhori)

Hasyim Asy’ari juga menjelaskan betapa bahayanya orang yang menimba ilmu hanya untuk memenuhi nafsu duniawi. Sebab ilmu yang diperuntukkan bagi pemenuhan nafsu duniawi, hanya akan membawa dampak negatif bagi yang bersangkutan. Hal ini justru akan menjerumuskan umat ke dalam kefasidan. Dalam satu riwayat disampaikan, bahwa Nabi SAW telah bersabda:

“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya bertujuan meraih ridha Allah SWT, akan tetapi dia mempelajari ilmu dengan tujuan merih harta duniawi, maka dia tidak akan mencium bau surga.”

Sementara itu, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali menyampaikan, “Sungguh apabila dengan menuntut ilmu engkau bermaksud bersaing, membanggakan diri, mengungguli teman-teman, menarik perhatian manusia dan mengumpulkan harta benda dunia, maka engkau sedang bergerak meruntuhkan agamamu, membinasakan dirimu sendiri dan menjual akhiratmu dengan dibayar dunia.”

Beberapa riwayat tersebut telah menerangkan betapa bahayanya menuntut ilmu yang dilandasi kepentingan dan nafsu duniawi, dan bukan semata mencari ridha Allah SWT. Oleh karenanya, menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk senantiasa menata niat dengan sebaik-baiknya dalam proses thalabul ilmi kapanpun dan di manapun tempatnya.

Allah SWT akan menganugerahkan keutamaan dan kemuliaan kepada setiap hamba, terutama mereka yang cinta kepada ilmu. Keutamaan dan kemuliaan ini diperuntukkan khusus bagi siapapun yang menimba ilmu, mengamalkan ilmunya, yang baik budi pekertinya, dan bertakwa dengan tulus hanya karena Allah SWT sembari mengharapkan kedekatan di sisi-Nya dengan memperoleh kenikmatan surga. Bukan untuk mereka yang menjadikan ilmunya sebagai modal untuk memperoleh keuntungan-keuntungan duniawi seperti tahta, harta, dan pengikut, serta murid yang banyak.

Maka dari itu, menjaga niat dalam menuntut ilmu adalah hal pokok yang harus dipegang teguh oleh setiap muslim. Niat yang murni hanya untuk mengharap ridha Allah SWT. Adalah salah apabila mencari ilmu hanya karena mengejar harta, jabatan dan segala urusan duniawi. Sebab hal yang demikian hanya akan membawa seseorang pada kepentingan sesaat yang dapat berujung pada jurang kemudharatan. Wallahu a’lam. [HW]

Sumber : Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’alim, (Jombang: Pustaka Tebu Ireng, t.t)

Habib Wakidatul Ihtiar
Pengajar di IAIN Tulungagung dan Gudurian Trenggalek.

Rekomendasi

1 Comment

  1. […] Dalam menghadapi tugas dan aktivitas hidup ada yang mengawali dengan semangat, ada yang malas. Ada yang bekerja dengan antusias, ada yang tak bergairah. Ada yang menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas, ada yang tidak selesai dan gagal. Kejadian-kejadian ini bisa disebabkan oleh faktor eksternal, apakah bersifat fisik atau sosial. Namun bisa juga, bahkan seringkali yang relatif lebih menentukan adalah faktor internal, utamanya motivasi atau niat. […]

Tinggalkan Komentar

More in Opini