“Kenapa kamu-.” Kalimat Algha terpotong.

  “Eee, ini pa… Angga tadi kebetulan lewat sini habis nengok temannya.” Jelas Ayla terbata-bata.

  “Iya om, saya nggak sengaja lihat Ayla sama tante Santi di sini, ya udah sekalian mampir.” Jelas Angga agar tak mendapat serangan dari Algha.

  “Kamu gak ingat apa kata saya dulu?.” Kata Algha tegas dengan nada stabil. Angga dan Ayla hanya menundukkan kepala dan tak berani menjawab.

  “Sekarang kamu pulang sebelum emosi saya memuncak.” Angga yang mendengarnya segera pamit untuk pulang.

  “Saya pulang dulu om, tante.” Pamit Angga. Ayla hanya pasrah menunggu apa yang akan dilakukan Algha setelah ini.

  “Maafin Ayla pa.” Algha tak menghiraukan ucapan maaf dari Ayla. Algha meninggalkan Santi, Ayla dan juga Arika.

  “Kak, gimana sih lo.” Kata Ayla setelah tak ada Algha.

  “Kok lu nyalahin gw sih, yang salah itu Angga, kakak tadi udah kasih tau ke Angga kalu kita mau pulang.” Jelas Arika.

  “Sudah, jangan bertengkar, yang harus kalian pikirkan adalah bagaimana caranya papa bisa kalem lagi.” Kata Santi.

  Tak lama Algha datang menghampiri Ayla yang duduk sendirian sambil memejamkan matanya seperti orang sedang kelelahan. Algha menghampiri Ayla dan duduk tepat di sebelahnya. Ayla yang menyadari keberadaan Algha langsung menegakkan duduknya.

  Algha memberikan sebuah coklat yang dibelinya tadi. Ayla melihatnya heran, untuk apa papanya memberikan sebuah coklat untuknya?.

  “Ini buat kamu.” Kata Algha sambil tersenyum pada Ayla.

  “Hah? buat aku pah?.”

  “Iya, buat kamu.”

  “Ouh, ma-makasih pa. Papa nggak marah?.”

 “Ngapain papa marah?.” Jawab Algha sambil mengusap kepala Ayla.

  “Tadi?.”

  “Papa cuman pingin lihat kamu bahagia sekarang.” Ayla mendengar kalimat dari Algha tersebut langsung meneteskan air mata.

  “Kenapa papa ngomong kayak gini? Ayla setiap hari bahagia kok pa.” Kata Ayla dengan suara yang terhambat karena diimbangi dengan tangisnnya.

  “Maafin papa.” Algha menatap Ayla dengan muka haru.

  “Papa salah apa kok minta maaf ke Ayla?.”

  “Ternyata selama ini papa salah, papa kira kamu bahagia dengan sikap papa selama ini, tapi ternyata… kamu menjadi terpuruk.” Ayla menangis mendengarnya.

  Tanpa mereka sadari, Arika sedari tadi menguping pembicaraan Ayla dan Algha. Arika bersembunyi di balik dinding besar yang cukup menutupinya.

  “Kenapa papa pilih kasih sama aku? Papa itu berubah, papa yang ku kenal dulu berbeda dengan papa yang ku kenal sekarang. Papa yang baik, papa yang penyayang, humoris semuanya hilang. Ternyata kenangan indah itu lebih sulit dilupakan daripada kenangan buruk.” Kata Ayla yang masih tak berhenti dari isak tangisnya. Algha yang mendengar penjelasan Ayla sontak lepas tangisnya di saat itu juga.

  “Sebenci apapun papa ke aku, aku tetep sayang papa. Tapi Ayla cuma pengen kehidupan kita bertiga itu imbang. Gak ada cerita pilih kasih kayak gini.” Tambah Ayla

Baca Juga:  Pengabdian dan Pekerjaan

  “Maafin papa hiks…”

  Arika yang sedari tadi menguping di balik dinding ikut menangis mendengar dialog mereka berdua.

  “Papa janji, papa gak akan ulangi kejadian-kejadian kemarin. Papa ingin kita bersatu lagi seperti dulu.” Kata Algha.

  Ayla memeluk tubuh Algha sambil menangis, Algha pun membalas pelukan hangat tersebut.

“Maafin Ayla juga pa, Ayla mau dengan papa yang dulu, dan Ayla tak mau melihat air mata turun ke pipi papa.” Kata Ayla sambil mengusap Air mata Algha.

  “Iya Ay, papa akan menjadi papa yang dulu untuk Ayla. Dan papa janji akan simpen air mata papa ini biar nggak keluar lagi.”

  “Hahah, makasih ya pa.” Ayla memeluk Algha dengan tulus kali ini. ‘sudah lama sekali aku tak di peluk papa setulus ini.’ batin Ayla.

  Arika yang mengintip dari balik dinding ikut terharu dan senang melihatnya.

…..

  Angga membuka pintu kamarnya sambil melepas jaketnya dan melemparkan kesembarang tempat. “Hampir aja gw kena hantaman om Algha.” Gumam Angga.

  Angga mengirim pesan kepada Ayla unuk menanyakan apakah ia baik-baik saja. Namun Ayla tak kunjung membalas pesannya. Angga mencoba menghubungi Arika.

“Halo kak.”

“Iya Ngga… ada apa?.”

“Emm, Ayla gimana kak?.” 

“Gimana apanya Ngga?.”

Ayla terkekeh.

“Yaa, masalah yang tadi kak.”

“Ouh, tenang aja. Ia sekarang sudah tidur nyenyak. Kamu gak usah khawatir.”

“Ouh, syukurlah kalau begitu. Ya udah kak aku tutup ya telponnya, kalo ada apa-apa jangan lupa kabarin.”

“Oke.”

Panggilan terputus.

  Angga yang mendengar kabar Ayla dari Arika akhirnya dapat tidur dengan tenang. Angga kembali merebahkan tubuhnya di ranjang miliknya.

 Jam dinding menunjukan jam 18.00, Angga dibangunkan oleh adik perempuannya. Adiknya yang bernama Aisy itu membangunkan Angga dengan menggoyang-goyangkan tubuh Angga hingga terbangun.

  “Kak, bangun dong kak.. ada telpon nih.” Kata Aisy.

  “Huuaamm… mana handphone kakak?.”

  “Nih.”

10 panggilan tak terjawab dari Ayla.

  Angga terkejut dan langsung menelepon Ayla kembali. Namun nihil, sudah berkali kali Angga menelpon tak ada satu pun yang dijawab. Angga memutuskan untuk pergi ke rumah sakit karna takut terjadi apa-apa.

  Ketika Angga menuruni tangga dan melewati ruang makan, Angga diberhentikan oleh papanya. “Hei, mau kemana itu? Sini makan malam dulu.” Kata Ruby-papa Angga.

  “Angga mau ke rumah sakit dulu pa, penting.”

  “Siapa yang sakit?.”

  Angga bingung harus menjawab apa, karna jika papanya tau bahwa yang sakit Aldi pasti papanya tidak mengizinkan Angga pergi.

  “Anu pa, ya temen Angga lah pa, hehe.”

  “Makan dulu aja Ngga, kasian lo Bundamu udah masakin enak buat kita. Masa kamu gak mau nyicip dulu?.”

Baca Juga:  Syauqi Empat Belas Hari

  “Nanti Angga keburu ditinggal temen-temen pa, kita rombongan soalnya.”

  “Ya udah nanti papa anter, toh nanti pasti bakal ketemu sama temen-temenmu itu.”

  Angga tak bisa mengelak papanya. Akhirnya ia terpaksa untuk makan malam bersama terlebih dahulu.

  Angga melambankan makannya karna memikirkan alasan untuk dapat pergi ke rumah sakit sendiri. Ia tidak konsentrasi saat mencari ide karena Aisy selalu mengoceh menceritakan kegiatannya disekolah. Hal itu memang sudah kebiasaan Aisy sejak kecil hingga dia sekolah SLTP.

Setelah makan malam selesai, Angga memberanikan diri untuk bilang ke papanya, bahwa ia akan pergi sendiri ke rumah sakit.

  “Emm, pa kayaknya Angga harus pergi sendiri deh pa, soalanya nanti kalau sudah sampai sana sama aja papa gak boleh masuk, kan sudah ada temen-temen Angga. Papa tau sendirikan gimana peraturan menjenguk di rumah sakit.”

  “Loh, kan papa juga pingin tau kondisi temen kamu Ngga.”

  “Gak usah pa, nanti daripada papa disuruh nunggu di luar loh.”

  “Hm, yaudah kalau begitu, kamu hati hati ya.”

  “Ouh, pasti dong pa.”

…..

  Ayla ditugaskan Arika untuk menjaga Aldi, karena Arika akan membawa Santi dan Algha pulang untuk istirahat agar dapat menenangkan pikirannya sejenak. Ayla hanya seorang diri menjaga Aldi di ruangannya.

  Ayla yang sedang menyuapi makan malam Aldi tiba-tiba mendengar handphonenya berdering. Ayla melihat handphonenya, ternyata ada panggilan dari Angga. Awalnya Ayla hendak mengangkat panggilan tersebut, namun diurungkan karna ia ingin menyuapi adiknya terlebih dahulu. Bagi Ayla, adiknya lebih penting dari orang yang bukan siapa siapanya lagi.

  “Angkat aja kak.” Kata Aldi.

 “Ah udah biarin aja, ayo habisin dulu makan kamu.”

 “Kakak yakin?.”

  “Hah? yakinlah.” Ayla terus menyuapi Aldi sampai nasi di piringnya habis.

  Beberapa kali handphone Ayla terus berbunyi, masih tetap panggilan dari Angga. Ayla tak menghiraukan telepon itu. Ia lebih memilih menghibur Aldi daripada mengangkat telpon dari Angga.

  “Kak. angkat aja itu panggilan dari kak Angga.”

  “Gak papa dek, gak penting juga.”

  “Kak, gw pengen ngomong sesuatu.” Aldi meraih tangan Ayla dan menampakkan wajah melasnya.

  “Ya?.”

  “Kak, lo masih suka sama kak Angga?.”

  “Hah? kenapa lo tanya gitu?.”

  “kak, lo jangan terlalu sering bohongin orang-orang dong. Gw tau lo lagi gak baik-baik saja, dan gw juga tau kalau lo lagi pura-pura bahagia.”

  “Enggak kok, emang kenyataannya gw selalu bahagia, apaan sih lu.” Ayla gercep menjawab.

  “Lo gak perlu nutupin semua itu.”

  “Udah gitu aja?, gak jelas banget lo ngomongin kayak gini.” Kata Ayla agar Aldi tak membicarakan lebih dalam dari itu. Ia tak ingin adiknya tau tentang masalahnya.

  “Nggak, bukan itu yang mau gw omongin, itu masih baru opening.”

Baca Juga:  Agama, Nalar, dan Televisi Hari Ini

  “Terus apa intinya?

“Lo harus tau yang sebenarnya dari kak Angga.”

 “Maksud lo apaan ngomong gitu?.”

  “Kak Angga dulu itu punya club misterius, hampir seperti Mafia. Club ini cara bermainnya ganas. Orang-orang terdekatnya akan selalu menjadi incaran si bosnya yang dijuluki The God Master. Tak ada yang tau wajah The God Master ini. Ia selalu mengenakan topeng saat berkumpul dengan para anak buahnya. The God Master ini mengatakan bahwa ia akan menjamin kekayaan orang yang mau bergabung.”

  “Terus cara gabungnya gimana?.”

  “Mereka yang baru bergabung akan diberi topeng khasnya, pertemuah mereka harus rahasia, orang yang bergabung diberi syarat untuk merahasiakan club ini. Jika ia memberitahu kepada orang lain, hukumannya adalah dibunuh.”

  “Terus apa hubungannya sama Angga?.”

  “Kak Angga pernah ikut club itu.”

  “Hah? Angga? ngapain dia ikut gituan, kan ia punya duit banyak.”

  “Seingat gw ia ikut karna pingin beliin lo hadiah ulang tahun yang mewah pakai uang sendiri, karna papany gak bakal izinin kak Angga.”

  “Terus gimana?”

  “Oiya kak, lo janji harus jaga rahasia ini.”

  “Tenang aja.” Tiba tiba pintu kamar terbuka.

  “Kak Angga?.” Aldi terkejut dengan keberadaan Angga di sini. Aldi takut Angga mendengarkan perbincangan mereka berdua.

  “Asik banget ceritanya. Lanjutin aja.” Kata Angga.

  “Eh, ngga lo ngapain kesini?.” Ayla mencoba mengalihkan perhatian.

  “Gimana kabar lo? udah mendingan?.” tanya Angga pada Aldi.

  “U-uudah kok kak.”

  “Gimana kalau gw yang lanjutin ceritanya? ha?.” Kata Angga.

  “Beli makan aja yuk Ngga.”

  “Sini duduk aja, dengerin cerita gw. Sampai mana tadi? O.. iya kenapa gw mau ikut club itu. Jadi itu ceritanya, gw dapet informasi club itu dari temen gw, namanya Ferdy. Waktu itu gw habis curhat sama Ferdy kalau gw pengen bisa dapetin uang buat kasih kado buat lo. Terus ia nawarin gw buat ikut The God Master. Awalnya gw nolak, karna memang dari awal gw udah gak seneng sama club itu. Tapi pada akhirnya gw memutuskan untuk ikut. Waktu itu gw disuruh ketemuan di belakang gedung kampus untuk nemuin The God Master sendirian. Bener kata Aldi, gw dikasih topeng mereka, setelah itu gw disuruh untuk ke sebuah tempat malam pukul 20.30. Setelah gw masuk kesana ternyata di sana banyak banget orang judi. Di sana gw melihat banyak banget temen-temen gw. Setelah gw amati, ternyata semua anggotanya adalah dari kampus kita. Mulai dari angkatan kita sampai kating.”

  “Lo gak bohong kan?.” Tanya Ayla.

  “Ini serius.” Jawab Aldi dan Angga serempak.

  “Kenapa jadi barengan gini? ada apa sih sama kalian?.” Tanya Ayla heran.

Nayla Rusydiyah Hasin
Nayla Rusydiyah Hasin adalah Santri DARUL ULUM Hidayatul Qur’an Jombang

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Cerpen