Alhamdulillah Hamdan Yuwafi dan Dalilnya

Selalu berdoa dengan Alhamdulillah hamdan yuwafi ni’amahu wayukafi’u mazidah, ternyata ini dalilnya…

Salah satu cara terbaik agar doa yang kita panjatkan cepat diijabah dan dikabulkan oleh Allah adalah dengan mengetahui serta mengamalkan adab-adab berdoa. Para gur-guru kita telah memberi contoh terbaik dalam hal berdoa mengikuti tuntunan Rasulullah saw.

Ada ungkapan populer yang berbunyi, “man laisal adab fahuwa kadzzubab”, siapa yang tidak mempunyai adab tak ubahnya seperti seekor lalat. Dan adab bagi siapapun yang berdoa adalah hendaknya memperhatikan makanan yang ia konsumsi, apakah halal atau tidak, bersuci terlebih dahulu, menghadap kiblat, memulai dengan basmalah, hamdalah, shalawat serta pujian-pujian kepada Allah SWT.

Umumnya, dalam pemilihan redaksi basmalah tidak banyak perbedaan di antara guru-guru kita. Begitu pula dalam hamdalah, hampir setiap doa yang kita dengar dari alim ulama, kyai-kyai dan para ustadz selalu menggunakan redaksi “Alhamdulillahi robbil ‘alamin hamdan yuwafi ni’amahu wa yukafiu mazidah” atua dengan menambah redaksi “hamdan na’imin hamdas syakirin”.

Tidak hanya sebatas sampi disitu, hampir setiap panduan doa yang terdapat dalam buku-buku, seperti buku yasin, majmu awrad (kumpulan wirid), dan tuntunan sholat juga diawali dengan hamdalah yang serupa tersebut.

Adapun arti dari redaksi tersebut adalah segala puji  kepunyaan Allah Tuhan semesta alam dengan pujian sebagaimana pujian orang-orang yang diberi nikmat dan orang-orang yang bersyukur, dengan pujian yang sesuai (sebanding) dengan nikmat-Nya dan mencukupi (menjamin) tambahan nikmat-Nya.

Lalu adakah alasan khusus mengapa para ulama menggunakan lafadz tersebut?

Al-‘Alim Al-‘Allamah Abi Bakar Utsman bin Muhammad Syata Al-Dimyati Al-Bakri Al-Makki, mengetengahkan argumentasi keutamaan penggunaan redaksi khas tersebut dalam kitab karya monumentalnya, “Ianatut Thalibin ‘Ala Halli Alfazi Fathul Muin”. Sebagaimana kita tahu ,bahwa karya beliau yang mensyarahi kitab Syekh Zainuddin Malibari ini merupakan salah satu rujukan utama dalam dunia pesantren.

Baca Juga:  Wasiat dan Doa-Doa KH. Zubair Dahlan Sarang

Adapun mengenai keutamaan alhamdulillah, karena kalimat tersebut mencakup delapan huruf sebagaimana jumlah pintu-pintu surga. Maka siapapun yang mengatakannya dari lubuk hatinya yang bersih, ia berhak masuk dari pintu surga manapun yang ia kehendaki. Demikian yang termaktub dalam I’anatut Thalibin.

Selanjutnya, Syaikh Abu Bakar Syata dalam keterangannya menyebutkan bahwa redaksi pujian terbaik di antara pujian-pujian lain adalah ketika seorang hamba mengucapkan “alhamdulillah hamdan yuwafi ni’amahu wa yukafiu mazidah”.

Hal ini menurut beliau bukan tanpa alasan.  Beliau lalu menuturkan kisah terkait keutamaan tersebut. Kisah tersebut bermula semenjak Nabi Adam.

Tatkala Allah menurunkan leluhur kita, Nabi Adam ke persada bumi. Nabi Adam memohon, “Wahai Tuhanku, mohon ajarilah daku pekerjaan-pekerjaan dan juga mohon ajarilah daku sebuah kalimat yang mengumpulkan segala macam pujian.”

Allah mengabulkan permintaan beliau, Allah kemudian mewahyukan kepada Nabi Adam, “Ucapkanlah sebanyak tiga kali di kala pagi dan petang, Alhamdulillah hamdan yuwafi ni’amahu wa yukafiu mazidah.”

Syeikh Abu Bakar Syata kemudian mengatakan, “Andaikata seseorang bersumpah ‘sungguh, aku akan memuji Allah dengan seluruh pujian’ kemudian ia mengucapkan kalimat tersebut, maka dengan redaksi hamdalah itu ia telah memenuhi sumpahnya.”

Alhasil, dari pernyataan dan argumentasi yang dikemukakan Syeh Abu Bakar Syata’, kita dapat mengetahui alasan kuat mengapa para guru-guru kita mengajarkan dan mencontohkan dalam doa-doanya agar mengawalinya dengan redaksi hamdalah sebagaimana tersebut. Demikian besarnya faedah dan keutamaan redaksi tersebut, sehingga Allah sendirilah yang mewahyukan Nabi Adam dan mengajarkan kepada beliau. Redaksi lafadz tersebut juga telah mencakup semua bentuk pujian kepada Allah SWT. []

Wallahu A’lam.

Muhtarul Alif
Mahasiswa Magister di Institut PTIQ Jakarta program studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir melalui Program Kader Ulama Masjid Istiqlal.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Doa