Opini

Perbanyak Ingat Kebaikan Orang Lain

Rasulullah Saw bersabda,”Barangsiapa tidak berterimakasih kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah.”(HR. Tirmidzi).

Mafhum mukhalafahnya, bahwa barang siapa yang berterima kepada manusia, maka kita akan bersyukur kepada Allah swt. Karena itu perbanyaklah ingat kebaikan orang lain.

Menyadari akan hal tersebut, maka ada dua hal yang penting untuk diingat. Pertama, kebaikan orang lain kepada kita. Kedua, keburukan kita kepada orang lain. Namun ada dua hal juga yang perlu dilupakan, Pertama, kebaikan kita kepada orang lain. Kedua, keburukan orang lain kepada kita.

Kita sebagai insan, makhluk yang sejak dari lahir hingga saat ini tidak bisa berdiri sendiri. Karena itu kita bisa eksis tumbuh dan berkembang tidak bisa dilepaskan dari bantuan dan kebaikan orang lain.

Untuk itulah kita harus secara ikhlas mengingat kebaikan itu, walaupun sedikit, dan beterima kasih kepadanya. Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang telah berbuat kebaikan kepada kalian, hendaklah kalian membalasnya. Jika kalian tidak mampu membalasnya, maka berdoalah untuknya, hingga kalian tahu bahwa kalian telah bersyukur. Allah adalah Dzat Yang Maha Tahu Berterima kasih dan sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur.”(HR. Thabrani).

Betapa pentingnya kita perlu selalu mengenang kebaikan orang lain.
Selanjutnya yang penting harus diingat adalah keburukan kita kepada orang lain. Manusia itu tempat lupa dan hilaf. Karena itu kita menyadari apapun yang telah membuat kita salah dan merugikan orang lain, walaupun sedikit, sehingga muncul keburukan, maka kita harus seringkali mengingatnya dan meminta maaf. Ingat haqqul ‘adam.

Barang siapa yang berbuat salah, maka bersegeralah minta maaf. Yang selanjutnya bertaubat kepada-Nya. Karena itulah kita tahun mengadakan Halal bi Halal diharapkan bisa menjadi media untuk saling memaafkan. Tentu meminta maaf perlu dilakukan secepatnya. Juga kita tidak membikin keburukan atau kerusakan di atas bumi, walau sedikit. Jika perlu menihilkan berbuat keburukan, baik sikap, ucapan atau perbuatan.

Baca Juga:  Pergeseran makna Halal bi Halal (Mengurai Kata Halal)

Untuk bisa tetap menjaga hubungan baik dengan orang lain, kita sebaiknya mudah dan bisa melupakan keburukan orang lain kepada kita. Kita harus bisa dengan ikhlas memaafkan keburukan orang lain, sebanyak berapapun keburukan yang diperbuat orang lain.

Jika perlu mau menutup aibnya. Memang hal ini tidak mudah. Namun jika kita lakukan sedikit demi sedikit, insya Allah akhirnya bisa. Bahkan jika kita bisa melakukannya, akan memperlancar perjalanan hidupnya di kemudian hari. Betapa pentingnya menutup keburukan orang lain. Rasulullah saw bersabda:”Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (HR Imam Muslim).

Selanjutnya untuk bisa terjaga hidup kita, maka kita seharusnya, bahkan wajib atau menjadi kebutuhan utama kita dengan melupakan kebaikan kita kepada orang. Hal ini dapat memudahkan kita untuk meraih keikhlasan. Di samping kita juga bisa menghindari diri dari pamer dan ujub. Jika kita pamer dan ujub, maka kebaikan sebanyak berapapun yang telah kita lakukan akan menjadi sia-sia, karena terbakar dengan sendirinya.

Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga perkara yang dapat membinasakan manusia (hamba), yaitu; sikap bakhil yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang kepada diri sendiri.” (HR. Thabrani).

Karena itu wajar kita mengetahui trend baru, orang beramal dengan menyebut Hamba Allah. Harapannya, semakan-akan tangan kanan memberi, tangan kirinya tidak tahu.

Demikian beberapa hal penting yang menjadi concern kita, bahwa kita harus ekstra berhati-hati baik terhadap orang lain maupun terhadap diri kita sendiri yang terkait dengan kebaikan dan keburukan. Semuanya menjadi relatif. Kedudukan amal perbuatan di hadapan Tuhan sangat ditentukan oleh sikap kita. Akhirnya menjadi baik atau buruk di mata Tuhan, Allah swt. Tentu yang menjadi obsesi kita, apapun kondisi dan konteksnya pada akhirnya harus baik di mata Allah, “Radliyallaahu wa radluu’anhu”. Karena itu kita jaga hati kita supaya selalu bersih dan lurus.

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini